Daftar Sultan Banten
Sultan Banten adalah penguasa Kesultanan Banten di provinsi Banten, Indonesia, yang pernah berjaya di ujung barat Pulau Jawa.[1]
Sultan Banten | |
---|---|
Bekas Kerajaan | |
Lambang Kerajaan Banten | |
Syarif Muhammad ash-Shafiuddin | |
Penguasa pertama | Sultan Maulana Hasanuddin |
Penguasa terakhir | Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin |
Gelar | Sultan |
Kediaman resmi | Keraton Surasowan (dulu) |
Penunjuk | Turun-temurun (dari Keluarga Kesultanan Banten) |
Pendirian | 1552 |
Pembubaran | 1813 |
Penuntut takhta | Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin |
Sultan Banten terakhir
Pada saat terjadi peralihan kekuasaan di Nusantara dari Belanda kepada Inggris tahun 1813, Thomas Stamford Raffles dari pemerintahan Inggris membagi wilayah Banten menjadi 4 Kabupaten, yakni Banten Lor (Banten Utara, yang kelak menjadi Kabupaten Serang), Banten Kulon (Banten Barat, kelak menjadi Kabupaten Caringin yang pada tahun 1907 masuk kedalam Kabupaten Pandeglang), Banten Tengah (Kelak menjadi Kabupaten Pandeglang) dan Banten Kidul (Banten Selatan, yang kelak menjadi Kabupaten Lebak).[2] Pada tahun yang sama, Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles[3] yang kemudian berakhir dengan dihapuskannya status Kesultanan Banten oleh pemerintah kolonial Inggris.[4] Setelah status kesultanan dihapuskan, kemudian diangkatlah Rafiuddin sebagai Sultan Bupati atau Sultan Tituler di wilayah Banten,[5] atau di sebagian penulisan sejarah, Rafiuddin diangkat menjadi Bupati di wilayah Banten Hilir (Wilayah Kabupaten Pandeglang), sedangkan Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin kemudian diangkat menjadi Bupati Banten Hulu (wilayah Kabupaten Serang).[2]
Rafiuddin (yang bernama asli Joyo Miharjo[5]) bukan merupakan warga Banten, ia adalah seorang dari Rembang yang kemudian diberi kedudukan di wilayah Banten oleh pemerintah kolonial. Hubungan darah antara keduanya terbentuk karena Rafiuddin menikah dengan adik Ratu Asyiah (Ibunda Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin). Dengan begitu, gelar resmi Sultan Banten terakhir dari trah Kesultanan Banten yang semestinya adalah pada Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (yang berkuasa dari tahun 1809 - 1813), bukan pada nama Rafiuddin dari Rembang (1813 - 1820) yang sekadar sebagai Sultan Bupati atau Sultan Tituler dan bukan dari keturunan para Sultan Banten, karena setelah dinobatkannya Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin sebagai Sultan Banten pada tahun 1809, tidak ada lagi penobatan gelar Sultan di wilayah Banten kecuali dinobatkannya Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja sebagai Sultan Banten ke-18 pata tahun 2016.[2]
Daftar Sultan Banten
Berikut adalah daftar sultan Banten:[1][6][2]
Kesultanan Banten sebagai Negara Berdaulat
No. | Masa/Tahun | Nama Sultan | Nama Lain | Keterangan |
---|---|---|---|---|
Pendiri Kerajaan Banten (1) | 1526 - 1552 | Sultan Syarif Hidayatullah | Sunan Gunung Jati | Sultan ke-2 Kesultanan Cirebon |
1 (2) | 1552 - 1570 | Maulana Hasanuddin | Pangeran Sabakinking | 8 Oktober 1526 M (1 Muharam 933 H) - 1552 M,[7] status Kesultanan Banten sebagai kadipaten di bawah Kesultanan Cirebon[8] |
2 | 1570 - 1585 | Maulana Yusuf | Pangeran Pasareyan | |
3 | 1585 - 1596 | Maulana Muhammad |
|
|
4 | 1596 - 1647 | Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulqadir |
|
|
5 | 1647 - 1651 | Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad |
|
|
6 | 1651 - 1683 | Sultan Ageng Tirtayasa |
|
(Catatan) 1 |
7 | 1683 - 1687 | Sultan Abu Nashar Abdulqahar |
|
(Catatan) 2 |
8 | 1687 - 1690 | Sultan Abu al-Fadhl Muhammad Yahya | Pangeran Ratu | |
9 | 1690 - 1733 | Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainul Abidin |
|
|
10 | 1733 - 1750 | Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin | Pangeran Abdullah | |
1750 - 1752 | Sultan Syarifuddin Ratu Wakil3 | Pangeran Syarifuddin | dalam pengaruh Ratu Syarifah Fatima[2][9] | |
11 | 1752 - 1753 | Sultan Muhammad Wasi Zainulalimin | Pangeran Arya Adisantika | |
12 | 1753 - 1773 | Sultan Muhammad Arif Zainulasyiqin | Pangeran Gusti | |
13 | 1773 - 1799 | Sultan Aliyuddin I | Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin | |
14 | 1799 - 1801 | Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin | ||
15 | 1801 - 1802 | Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin | ||
1802 - 1803 | Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya | Untuk sementara administrasi Kesultanan Banten dipegang oleh seorang Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya | ||
16 | 1803 - 1808 | Sultan Aliyuddin II | Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin | |
1808 - 1809 | Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala | Untuk sementara administrasi Kesultanan Banten dipegang oleh seorang Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala | ||
17 | 1809 - 1813 | Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin | Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin | |
Catatan:
1. Sejak masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, gelar-gelar kebangsawanan Banten ditertibkan: Sultan untuk raja, Pangeran Ratu untuk putra mahkota atau pewaris takhta pertama, Pangeran Adipati untuk pewaris takhta kedua atau adik Pangeeran Ratu[10]. 2. Penobatan ini disertai beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 17 April 1684 dan meminimalkan kedaulatan Banten karena dengan perjanjian itu segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan dalam dan luar negeri harus atas persetujuan VOC[11]. 3. Ketika Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin dibuang ke Ambon, istrinya yang bernama Ratu Syarifah Fatima berhasil membujuk Gustaaf Willem baron van Imhoff selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk menobatkan putranya dari suami terdahulu sebagai Sultan Banten.[12] Pangeran Syarifuddin naik takhta dengan gelar Sultan Syarifuddin Ratu Wakil, tetapi pada kenyataannya yang berkuasa adalah Ratu Syarifah Fatima.[1] Hal tersebut yang menyebabkan tidak diakuinya Sultan Syarifuddin Ratu Wakil maupun Ratu Syarifah Fatima sebagai Sultan Banten ke-11.[13] |
Pewaris Kesultanan setelah dihapuskan Belanda
No. | Masa | Nama | Keterangan |
---|---|---|---|
1 | 1832 - 1888 | Pangeran Surya Kumala | (Catatan) 1 |
2 | 1888 - 1916 | Pangeran Timoer Soerjaatmadja | (Catatan) 1 & 2 |
3 | 1916 - 1986 | Ratu Bagus Aryo Marjono Soerjaatmadja | (Catatan) 3 |
4 | 1968 - 1956 | Ratu Bagus Abdul Mughni Soerjaatmadja | (Catatan) 4 |
5 | 1956 - 2016 | Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja | (Catatan) 5 |
Catatan:[2]
1. Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin yang dibuang ke Surabaya merasa kecewa terhadap perlakuan pihak penjajah sehingga melarang keturunannya untuk menikah dengan kalangan Eropa, hal ini dilanggar oleh Pangeran Surya Kumala, sehingga hak pewarisan tahta Kesultanan Banten dialihkan kepada Pangeran Timur Soerjaatmadja. 2. Pada masa Kevakuman Kesultanan Banten, rakyat Banten di bawah pimpinan para Ulama secara seporadis kerap melakukan perlawanan kepada pemerintah Hindia Belanda. Banyak perjuangan yang menyuarakan spirit kesultanan Banten dan keislaman, yang paling menonjol adalah peristiwa Geger Cilegon tahun 1888. 3. Pada masa awal Kemerdekaan Indonesia sekitar tahun 1947[14], di Yogyakarta terjadi pertemuan antara pewaris takhta Kesultanan Banten (Ratu Bagus Aryo Marjono Soerjaatmadja), Presiden Indonesia (Soekarno), Sultan Yogyakarta (Hamengkubuwono IV), dan Residen Banten (K.H. Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani). Pada pertemuan tersebut, Soekarno mempersilakan pewaris takhta Kesultanan Banten untuk memimpin wilayah Banten kembali, namun pewaris takhta dikarenakan tanggung jawabnya sebagi Direktur BRI (kini setingkat Gubernur Bank Indonesia) menitipkan kepemimpinan Banten termasuk penjagaan dan pengurusan aset keluarga besar Kesultanan Banten kepada K.H. Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani selaku Residen Banten sampai saat bilamana anak atau cucu Marjono kembali ke Banten[14]. 4. Ratu Bagus Abdul Mughni memiliki dua orang kakak laki-laki, dua kakak perempuan, dan dua belas adik. Kedua kakak laki-lakinya (Ratu Bagus Abimanyu Soerjaatmadja (1915 -1917) dan Ratu Bagus Alioedin Soerjaatmadja (1919 - 1943) ) meninggal mendahului ayahnya, Ratu Bagus Marjono Soerjaatmadja (1888 - 1968), sehingga hak kepewarisan Kesultanan Banten jatuh kepada Ratu Bagus Abdul Mughni (1920 - 1956) selaku putera tertua yang masih hidup[15]. 5. Pada 11 Desember 2016, Ratu Bagus Bambang dinobatkan menjadi Sultan Banten ke-18 dengan gelar Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin[16]. |
Sultan Banten di Bawah Provinsi Banten
No. | Masa/Tahun | Nama Sultan | Nama Lain | Keterangan |
---|---|---|---|---|
18 | 2016 - Sekarang | Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin | Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja[17] | Di bawah pemerintah Provinsi Banten, Indonesia |
Referensi
Catatan Kaki
- ^ a b c Pudjiastuti, Titik (2007). Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-650-5.
- ^ a b c d e f Azmatkhan, Tubagus Nurfadhil (2016-12-06). "Sejarah Kesultanan Banten dari Masa ke Masa". Website Resmi Kesultanan Banten (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-14.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Anshoriy Ch, M. Nasruddin (2008). Bangsa Gagal: Mencari Identitas Kebangsaan. Yogyakarta: LKiS. hlm. 67. ISBN 9789791283656.
- ^ R.B., Cribb; Kahin, Audrey (2004). Historical Dictionary of Indonesia (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2nd). Lanham, Maryland: Scarecrow Press. ISBN 0-8108-4935-6.
- ^ a b "Siapakah Sultan Banten Terakhir?". bantenologi.org. 2009-10-11. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-27. Diakses tanggal 2017-06-14.
- ^ Hatmadji, Tri (2005). Ragam Pusaka Budaya Banten. Serang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang. hlm. 81. ISBN 979-99324-0-8.
- ^ Lubis, Nina Herlina (2004). Banten dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara. Jakarta: LP3ES. ISBN 9793330120.
- ^ Wildan, Dadan (2003). Sunan Gunung Jati Antara Fiksi dan Fakta: Pembumian Islam dengan Pendekatan Struktural dan Kultural. Bandung: Humaniora. ISBN 9799231663.
- ^ redaksi. "Ingin Kuasai Banten, Ratu Syarifah Fatimah Malah Dibuang ke Pulau Edam". Timika Satu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-16. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ Djajadiningrat, Hoesein (1983). Tinjauan Kritis tentang Sajarah Banten. Jakarta: Djambatan. hlm. 209 - 10.
- ^ Tjandrasasmita, Uka (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 128. ISBN 9789799102126.
- ^ "Jejak Kyai Tapa: Awal Konflik Internal Banten: Penyusupan Agen Wanita VOC ke Jantung Keraton". Sportourism.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-04. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ Purwadi, Didi (2012-01-08). "Ratu yang Dibenci Rakyat Banten | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ a b Profil Sultan Banten Ke 18, hlm. 88-89.
- ^ Profil Sultan Banten Ke 18, hlm. 86-88.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:0
- ^ hauna. "Pewaris Kesultanan Banten Terima Mandat". bantenraya.com (dalam bahasa in). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-26. Diakses tanggal 2017-06-15.
Bibliografi
- Banten, Kesultanan (2016). Profil Sultan Banten Ke 18 - Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja, MBA. Serang: SUHUD Corporation. All rights reserved. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2017-01-21.