Bahasa Melayu Siak

bagian dari rumpun bahasa Austronesia
Revisi sejak 29 September 2022 18.14 oleh Sebenar (bicara | kontrib)

Bahasa Melayu Siak (Bahaso Melayu Siak; Jawi: بهاس ملايو سياك) atau secara alternatif juga dikenali sebagai Melayu Siak–Pekanbaru (Bahaso Melayu Siak–Pekanbaru; Jawi: بهاس ملايو سياك ڤكنبارو) adalah sebuah variasi bahasa Melayu Riau yang secara dominan dituturkan di Kabupaten Siak, utara Kota Pekanbaru, maupun Kabupaten Bengkalis.[2] Berdasarkan hasil studi analisis linguistik, diketahui bahwa bahasa ini sejatinya merupakan sebuah bahasa yang berasal atau diturunkan dari bahasa Minangkabau Kuno, dan memiliki persamaan leksikal dengan bahasa Minangkabau sebesar 62%.[3] Walaupun cenderung memiliki unsur linguistik Minangkabau yang sangat kentara, bahasa ini kerap diidentifikasi sebagai 'Melayu' ketimbang 'Minangkabau' dikarenakan penutur bahasa ini mayoritas mengaku diri mereka sebagai masyarakat yang beretnis Melayu. Bahasa ini merupakan lingua franca (bahasa perantara) yang secara umum diakui di Kota Pekanbaru.[4]

Bahasa Melayu Siak–Pekanbaru
Bahaso Melayu Siak
بهاس ملايو سياك
Bahaso Melayu Siak–Pekanbaru
بهاس ملايو سياك ڤكنبارو
Pengucapan/bʌ.hʌ.sɔ.mə.lʌ.jʊ.sɪ.ʌʔ/
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Riau
EtnisMelayu Siak
Penutur
Bentuk awal
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologsiak1239[1]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Sejarah

Abstrak

Menurut runtutan sejarahnya, bahasa Melayu Siak bukanlah benar-benar "bahasa Melayu", melainkan sejatinya merupakan salah satu dialek dari bahasa Minangkabau yang 'dicap' atau 'dilabeli' sebagai "Melayu". Pada masa klasik, perkembangan bahasa ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura, yang mana para pembesar kesultanan tersebut mayoritas memiliki darah etnis Minangkabau. Pada tatanan pembesar Yang Dipertuan Besar Siak pun sangat jelas bahwa para datuk dalam kesultanan ini merupakan keturunan langsung Minangkabau yang bermigrasi ke wilayah Siak.

Peran Sultan dalam migrasi Minangkabau

Pada tahun 1760an, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah yang merupakan Sultan Siak ke-4 memiliki terobosan untuk menguasai jalur perdagangan di Sungai Siak dengan mengutus para pembesar dari suku Limopuluah (salah satu suku dalam bangsa Minangkabau) ke daerah Senapelan guna mengadakan musyawarah kerja sama untuk melemahkan pengaruh Belanda yang mendominasi perdagangan di area tersebut pada masa itu. Kemudian setelah ditemukan titik sepakat dengan para warga pribumi daerah Senapelan (kala itu didominasi oleh suku Bonai) dan dipersiapkan segala sesuatunya, sang sultan kemudian membawa serta seluruh perangkat kerajaan dan pindah ke Senapelan.

Senapelan menjadi Pekanbaru

Senapelan yang merupakan simpang lalu lintas perdagangan itu semakin ramai setelah menjadi ibu kota Kesultanan Siak. Pada masa perkembangannya, baginda sultan membangun sebuah pekan (terj. har. 'pasar') untuk mengurangi peran Petapahan yang sebelumnya menjadi pekan bagi saudagar-saudagar dari tanah Minangkabau. Selanjutnya, baginda membuka jalur transportasi menghubungkan dengan negeri-negeri (kini provinsi-provinsi) penghasil lada, damar, kayu, gambir, dan rotan. Perekonomian yang semakin maju di Senapelan tersebut telah memotong jalur perdagangan ke hilir sungai Siak. Akibatnya, Mempura menjadi sepi dan Belanda dirugikan. Dikarenakan hal itulah, daerah Senapelan kemudian lebih dikenali sebagai Pekanbaru dan masih bertahan hingga saat ini.

Konklusi dan kritik

Rentetan sejarah tersebut lah yang menjadi faktor terbesar mengapa bahasa yang dituturkan di Siak maupun Pekanbaru (dan juga meliputi Kampar, Rokan Hilir, dan sebagainya) memiliki unsur linguistik Minangkabau yang sangat dominan dan kentara. Bagi masyarakat beretnis Minangkabau, variasi bahasa ini masih tetap dianggap sebagai bagian dari bahasa Minangkabau, namun bagi masyarakat Melayu, bahasa ini diklaim sebagai "Melayu" dikarenakan faktor egosentrisme yang cukup dilazimkan dalam tatanan masyarakat Melayu.

Referensi

  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Siak Malay". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  2. ^ Reva (13 Mei 2019). "Bahasa Melayu, Gerbang Memasuki Riau". bahanamahasiswa.co. Diakses tanggal 1 Juni 2022. 
  3. ^ Rahma, Siti (2019). "Kekerabatan Antara Bahasa Melayu Siak dengan Bahasa Minangkabau: Analisis Leksikostatistik". 
  4. ^ Alzal (12 Maret 2017). "Bahasa Melayu Logat Siak Diusulkan Jadi Bahasa Persatuan Pekanbaru". www.cakaplah.com. Diakses tanggal 1 Juni 2022. 

Pranala luar