Artikel ini perlu diperbaiki agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk merapikan dan memperbaiki artikel ini. Jika tidak dirapikan, artikel ini akan dihapus sesuai kebijakan WP:KPC#A10 pada 6 Januari 2023.
Kepada pengurus, mohon untuk melihat riwayat suntingan dan menilai kondisi artikel terlebih dahulu sebelum melakukan penghapusan
Artikel bermasalah
Ini adalah artikel yang memenuhi kriteria penghapusan cepat karena tidak diperbaiki atau duplikasi.Untuk kriteria penghapusan, lihat KPC. Jika tidak dirapikan, artikel ini akan dihapus. Lihat KPC A10.%5B%5BWP%3ACSD%23A10%7CA10%5D%5D%3A+Artikel+yang+sudah+jatuh+tempo+perbaikan+atau+terjadi+duplikasi+-.A10
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
Rumah Hijau Denassa lebih dikenal luas dengan nama RHD merupakan area konservasi dan edukasi yang terletak di Jln. Borongtala, Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Taman ekologi atau keanekaragaman hayati ini didirikan pada tahun 2007 oleh Darmawan Denassa (46 tahun), tokoh lingkugan hidup dan literasi. RHD menyelamatkan keanekaragaman hayati dengan cara yang khas, karena selain menanam kembali tanaman lokal, endemik, dan langka, Denassa juga meyelamatkan kisah tentang tanaman-tanaman itu berdasarkan kultur, sosiologi, ekologi Bugis-Makassar dan cerita unik keanekaragaman hayati nusantara. RHD berjarak 19 Km sebelah selatan Sungguminasa, ibukota Kabupaten Gowa atau 31 Km dari Lapangan Karebosi, pusat Kota Makassar dengan jarak tempuh sekitar 60 menit.
RHD telah menjadi salah satu tujuan ekowisata di Sulawesi Selatan, yang banyak dikunjungi siswa TK hingga mahasiswa bahkan tamu dari puluhan negara sahabat untuk belajar lingkungan hidup, pangan lokal, budaya, tradisi, dan literasi. Dengan kian tingginya minat berbagai pihak belajar dan peduli pada lingkungan dan wisata berkelanjutan, Denassa kemudian mendirikan area konservasi baru yang dikenal dengan nama Kebun Denassa atau Denassa Botanical Garden dengan kegiatan utama konservasi, wisata, dan literasi.
Jenis yang Telah Diselamatkan
Sulawesi dikenal dengan tingkat endemisitas keaneragaman hayati yang cukup tinggi. Beberapa jenis endemik itu bisa ditemukan di Rumah Hijau Denassa seperti Kayu Hitam Sulawesi atau Eboni (Diospyros celebica), Kayu Kuku (Pericopsis mooniana), Bitti ((Vitex cofassus), Uru atau Cempaka Hutan Kasar (Elmerrillia ovalis), beberapa jenis jambu-jambuan (Syzygium). Tanaman endemik di Walacea dan Kalimantan juga menjadi koleksi di RHD seperti Cendana (Santalum album), Ulin (Eusideroxylon zwageri). Terdapat pula tanaman kultural bagi masyarakat Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja seperti Katangka, Karunrung, Baga jenis palma bahan membuat tiang lumbung di Tana Toraja, Landi (Bombax ceiba L.) yang dikenal sebagai pohon madu dalam kultur Mandar, Tarung jenis perdu yang digunakan masyarakat Ammatoa (Kajang) mewarnai benang menjadi hitam.
Selain tumbuhan bebepa jenis hewan endemik hidup dan berkembang di sekitar RHD antara lain Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense), Kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum), beberapa jenis serangga, katak, dan lainnya.