Depresi pascapersalinan

kondisi depresi berat yang terjadi setelah melahirkan
Revisi sejak 19 Februari 2024 07.45 oleh RIDO ALIF FIANTO (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan.)


Depresi postpartum atau depresi pasca melahirkan adalah depresi yang dialami setelah melahirkan bayi. Berbeda dengan baby blues syndrome yang dialami oleh 70-80% ibu muda, depresi postpartum dialami oleh 8-20% ibu muda. Baby blues syndrome terjadi hingga beberapa minggu segera setelah melahirkan, sementara depresi postpartum terjadi hingga beberapa bulan setelah melahirkan. Tidak ada batasan jelas kapan baby blues syndrome berubah menjadi depresi postpartum. Kasus depresi postpartum di Indonesia mencapai 2 juta kasus setiap tahun. Depresi pada saat hamil menambah risiko mengalami depresi postpartum.

Gejala

Jika Anda mengalami simtoma di bawah ini hingga berbulan-bulan, maka Anda membutuhkan bantuan profesional;[1]

  • Benar-benar menghindari teman dan keluarga
  • Tidak bisa merawat diri sendiri maupun bayi
  • Susah bonding dengan bayi Anda
  • Takut dan cemas tidak bisa menjadi ibu yang baik
  • Mood swing parah, cemas berlebihan, serangan panik
  • Terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur
  • Tidak tertarik untuk menjalani hari
  • Berikir untuk menyakiti diri sendiri dan/atau bayi Anda
  • Berpikir untuk bunuh diri atau mencoba bunuh diri

Psikosis Postpartum

Depresi postpartum yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi psikosis postpartum yang lebih berbahaya. Psikosis postpartum adalah gangguan mental yang harus ditangani segera.

Gejala psikosis post partum sebagai berikut:

  1. Gaya bicara keras
  2. Menarik diri dari pergaulan
  3. Cepat marah
  4. Gangguan tidur

Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:

  1. Pemberian anti depresan
  2. Berhenti menyusui
  3. Perawatan di rumah sakit

Referensi

  1. ^ "The Basics of Postpartum Depression". WebMD (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-26.