Psikosis

kondisi pikiran yang tidak normal yang melibatkan hilangnya kontak dengan kenyataan

Psikosis adalah kondisi psikologis seseorang yang menyebabkan kesulitan membedakan antara yang nyata dan tidak nyata.[2] Gejala psikosis diantaranya delusi dan halusinasi.[2] Gejala lainnya yaitu ketidakteraturan dalam berbicara dan perilaku yang tidak sesuai dengan situasi.[2] Psikosis juga dapat ditunjukkan dengan gangguan tidur, penghindaran sosial, kurangnya motivasi, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.[2] Psikosis dapat menyebabkan dampak yang serius; penderita dapat menyakiti orang lain dan dirinya sendiri, termasuk bunuh diri.[2]

Psikosis
Ilustrasi berupa lukisan yang menggambarkan seseorang dengan gejala psikosis
Informasi umum
SpesialisasiPsikiatri, psikologi klinis Sunting ini di Wikidata

Psikosis dapat disebabkan oleh berbagai hal.[3] Diantaranya gangguan jiwa seperti schizophrenia atau gangguan schizoaffective, gangguan bipolar, deprivasi sensorik,[4] sindrom Wernicke–Korsakoff atau beri-beri serebral[5] dan dalam kasus yang langka, depresi mayor atau yang disebut juga dengan depresi psikotik. Penyebab lainnya meliputi trauma psikologis, kurang tidur, berbagai kondisi medis, konsumsi obat-obatan, narkoba, alkohol, ganja, halusinogen, dan stimulan.[6] Satu jenis psikosis, yaitu psikosis postpartum, dapat muncul pada perempuan setelah melahirkan bayi.[7] Neurotransmitter dopamine diyakini berperan penting dalam penyakit ini.[8][9] Psikosis akut dinyatakan primer jika berasal dari kondisi psikiatrik, dan sekunder jika berasal dari kondisi medis lainnya.[6] Diagnosa psikosis kesehatan mental seseorang memerlukan eksklusi penyebab potensial gangguan jiwa lainnya.[10] Pengujian dapat dilakukan dengan memeriksa keberadaan penyakit sistem saraf pusat, toksin, atau masalah kesehatan lainnya yang dapat menjadi penyebab psikosis.[11]

Penanganan dapat berupa antipsikotik atipikal, psikoterapi, dan dukungan sosial.[12][13] Penanganan gejala lebih awal dapat meningkatkan hasil.[12] Sedangkan obat-obatan diyakini hanya memberi dampak yang moderat.[14][15] Hasil dari penanganan psikosis tergantung pada penyebabnya.[13] Di Amerika Serikat, sekitar 3% orang mengalami psikosis pada suatu waktu di dalam kehidupan mereka..[12] Psikosis telah dijelaskan sejak abad ke-4 sebelum masehi oleh Hippocrates, dan mungkin lebih awal lagi, yaitu abad ke-16 sebelum masehi di dalam papirus Ebers kebudayaan Mesir Kuno.[16][17]

Referensi

sunting
  1. ^ "Schizophrenia, schizotypal and delusional disorders (F20-F29)". ICD-10 Version:2010. World Health Organization. 
  2. ^ a b c d e Arciniegas DB (June 2015). "Psychosis". Continuum. 21 (3 Behavioral Neurology and Neuropsychiatry): 715–736. doi:10.1212/01.CON.0000466662.89908.e7. PMC 4455840 . PMID 26039850. 
  3. ^ Radua J, Ramella-Cravaro V, Ioannidis JP, Reichenberg A, Phiphopthatsanee N, Amir T, et al. (February 2018). "What causes psychosis? An umbrella review of risk and protective factors". World Psychiatry. 17 (1): 49–66. doi:10.1002/wps.20490. PMC 5775150 . PMID 29352556. 
  4. ^ Gelder, Michael G.; Gath, Dennis; Mayou, Richard (1983). Oxford Textbook of Psychiatry (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-261294-6. 
  5. ^ "Korsakoff Psychosis – Special Subjects". MSD Manual Professional Edition (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-04-10. 
  6. ^ a b Griswold KS, Del Regno PA, Berger RC (June 2015). "Recognition and Differential Diagnosis of Psychosis in Primary Care". American Family Physician. 91 (12): 856–863. PMID 26131945. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-22. Diakses tanggal 2021-12-06. 
  7. ^ Davies W (June 2017). "Understanding the pathophysiology of postpartum psychosis: Challenges and new approaches". World Journal of Psychiatry. 7 (2): 77–88. doi:10.5498/wjp.v7.i2.77 . PMC 5491479 . PMID 28713685. 
  8. ^ Stahl SM (June 2018). "Beyond the dopamine hypothesis of schizophrenia to three neural networks of psychosis: dopamine, serotonin, and glutamate". CNS Spectrums. 23 (3): 187–191. doi:10.1017/S1092852918001013 . PMID 29954475. 
  9. ^ Grace AA (August 2016). "Dysregulation of the dopamine system in the pathophysiology of schizophrenia and depression". Nature Reviews. Neuroscience. 17 (8): 524–532. doi:10.1038/nrn.2016.57. PMC 5166560 . PMID 27256556. 
  10. ^ Cardinal RN, Bullmore ET (2011). The Diagnosis of Psychosis (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 279. ISBN 978-1-139-49790-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-06. Diakses tanggal 2020-06-25. 
  11. ^ Foster NL (2011). The American Psychiatric Publishing Textbook of Geriatric Neuropsychiatry (dalam bahasa Inggris). American Psychiatric Pub. hlm. 523. ISBN 978-1-58562-952-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-19. Diakses tanggal 2020-06-25. 
  12. ^ a b c "RAISE Questions and Answers". NIMH (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 October 2019. Diakses tanggal 23 January 2018. 
  13. ^ a b "Psychosis". NHS. 23 December 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2018. Diakses tanggal 24 January 2018. 
  14. ^ Haddad PM, Correll CU (November 2018). "The acute efficacy of antipsychotics in schizophrenia: a review of recent meta-analyses". Therapeutic Advances in Psychopharmacology. 8 (11): 303–318. doi:10.1177/2045125318781475. PMC 6180374 . PMID 30344997. 
  15. ^ Leucht S, Leucht C, Huhn M, Chaimani A, Mavridis D, Helfer B, et al. (October 2017). "Sixty Years of Placebo-Controlled Antipsychotic Drug Trials in Acute Schizophrenia: Systematic Review, Bayesian Meta-Analysis, and Meta-Regression of Efficacy Predictors". The American Journal of Psychiatry. 174 (10): 927–942. doi:10.1176/appi.ajp.2017.16121358 . PMID 28541090. 
  16. ^ Gibbs RS (2008). Danforth's Obstetrics and Gynecology. Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 508. ISBN 978-0-7817-6937-2. 
  17. ^ Giddens JF (2015). Concepts for Nursing Practice – E-Book. Elsevier Health Sciences. hlm. 348. ISBN 978-0-323-38946-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-19. Diakses tanggal 2020-06-25.