Pura Ulun Danu Bratan

bangunan kuil di Indonesia
Revisi sejak 17 Maret 2023 02.49 oleh Ariandi Lie (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 23121210 oleh 202.58.206.55 (bicara) spam pranala)

Pura Ulun Danu Bratan, Pura Ulun Danu Beratan atau Bratan Pura merupaka[1]n sebuah pura dan candi air besar di Bali, Indonesia - candi utama air lainnya menjadi Pura Ulun Danu Batur. Kompleks candi ini terletak di tepi barat laut Danau Bratan di pegunungan dekat Bedugul, Kabupaten Tabanan. Candi air memenuhi seluruh wilayah di daerah aliran; di tepi hilir ada banyak candi kecil air yang spesifik untuk setiap asosiasi irigasi (subak). Candi ini sebenarnya digunakan untuk upacara persembahan untuk dewi Dewi Danu, dewi air, danau dan sungai. Danau Bratan merupakan salah satu danau penting dalam hal irigasi. Danau Bratan dikenal sebagai danau "gunung suci", kawasan ini sangat subur, terletak pada ketinggian 1.200 meter, dan beriklim sangat dingin.Pura Batur atau Pura Ulun Danu pertama kali didirikan pada abad ke-17. Pura ini didedikasikan untuk dewa Wisnu dan untuk dewi danau Dewi Danu. Danau Batur, danau terbesar di Bali, dianggap paling penting di pulau Bali sebagai sumber air utama untuk kegiatan pertanian di Bali.[2]

Pura Bratan di Bali
Pura Bratan
Pura
Bratan
Titik lokasi Pura Ulun Danu Bratan
Bagian dari kompleks pura yang terletak di pinggir Danau Beratan

Pura ini berjarak sekitar 70 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai dan kurang lebih 50 km dari pusat kota Denpasar. Di Dataran Tinggi Bedugul kita dapat menemukan kompleks pura tepatnya di tepi Barat Laut Danau Beratan dengan Pura Ulun Danu di tengahnya yang berfungsi sebagai subak atau pura irigasi. Seluruh wilayah Danau tepatnya di tepi hilir danau dipenuhi dengan "Pura Air."

Pendiri Pura tersebut diduga adalah I Gusti Agung Putu.[butuh rujukan] Didirikan pada tahun saka 1556 (1634 Masehi) dan dipelihara oleh empat “satakan” dari desa-desa di sekitar area Pura ini, yang terdiri dari: satakan Candi Kuning mewilayahi 5 bendesa adat, satakan Bangah mewilayahi 3 bendesa adat, satakan Antapan mewilayahi 4 bendesa adat, dan satakan Baturiti mewilayahi 6 bendesa adat.[3]

Kompleks Candi

Pura Ulun Danu Beratan memiliki empat kompleks Pura, yaitu Pura Lingga Petan, Pelinggih Dewa Siwa; Pura Penataran Puncak Mangu, Pelinggih Dewa Wisnu; Pura Terate Bang, Pelinggih Dewa Brahma; Pura dalem Purwa, Pelinggih Dewi Danu, dewi air, sungai, dan danau yang juga dikenal sebagai dewi kesuburan.

Sejarah

Hingga saat ini belum ditemukan sumber pasti mengenai tahun pendirian Pura Ulun Danu. Satu-satunya sumber yang dapat ditemukan adalah berdasar pada Lontar Babad Mengwi. Dijelaskan dalam babad Mengwi bahwa sebelum mendirikan Pura Taman Ayun, pendiri Kerajaan Mengwi, I Gusti Agung Putu, telah mendirikan Pura dipinggir Danau Beratan. Tidak disebutkan secara spesifik kapan tepatnya Pura Ulun Danu didirikan. Lontar hanya menyebutkan bahwa Pura Taman Ayun didirikan pada hari Anggara Kliwon Mendangsia tahun Saka Sad Bhuta Yaksa Dewa, atau 1556 Saka (1634 Masehi). Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa pendirian Pura Ulun Danu dilaksanakan sebelum tahun 1556 Saka.

Untuk mengunjungi pura yang berada di tengah danau ini kita harus menggunakan perahu yang sudah tersedia di tepi danau. Selain mengunjungi Pura inti yang berada di tengah danau, kita dapat mengunjungi bangunan pura lainnya karena seperti pura-pura yang ada di Bali pada umumnya, Pura Ulun Danu dibagi menjadi tiga bagian; halaman luar, tengah, dan halaman dalam.

Arsitektur

Halaman Luar (Pura Penataran Agung)

Pada bagian ini kita akan menemukan Candi Bentar yang merupakan pintu masuk halaman luar. Di sini kita akan menemukan sarkofagus dan sebuah batu tegak yang berada di sebelah kiri halaman luar.

Halaman Tengah (Pura Dalem Purwa)

Tidak ada tembok yang membatasi antara halaman luar dan halaman tengah, melainkan susunan batu batas yang di atasnya terdapat beberapa arca. Di halaman tengah kita akan menemukan Kori Agung Stupa yang berhiaskan sapta-nsi dengan tangga masuk berhiaskan patung gajah. Mengintip ke dalam relung stupa maka kita akan menemukan arca Bhiksu, sementara dinding stupanya berhiaskan swastika sebagai perlambang matahari dan kekekalan.

Halaman Dalam (Pura Taman Beiji)

Untuk dapat menjangkau halaman dalam kita harus melalui tiga undakan tangga yang diapit oleh dua pasang arca penjaga. Pada bagian halaman dalam kita akan menemukan beberapa bangunan; Prasada Meru Tumpang Sebelas. Bangunan ini ditujukan pada Siwa dan sakti-nya Parwati.[4]

Referensi

  1. ^ Suweta, I Made (2018-07). "Rekonstruksi Nilai Teo-Ekologi Hindu pada Pemujaan Pura Ulun Danu di Bali". Genta Hredaya. 1 (2598-6848): 2. 
  2. ^ Pringle, Robert (2004). A short history of Bali : Indonesia's Hindu realm. Crows Nest, N.S.W.: Allen & Unwin. ISBN 1-86508-863-3. OCLC 54517415. 
  3. ^ "Pura Ulun Danu Beratan, Salah Satu Pura Kahyangan Jagat Di Bali". Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB, NTT (dalam bahasa Inggris). 2016-03-17. Diakses tanggal 2020-09-26. 
  4. ^ Sedyawati, Edi, 1938-. Candi Indonesia. Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, (edisi ke-Cetakan pertama). [Jakarta]. ISBN 978-602-17669-3-4. OCLC 886882212. 

Pustaka

Pranala luar

8°16′31.21″S 115°9′55.53″E / 8.2753361°S 115.1654250°E / -8.2753361; 115.1654250