"Sumatera versi KBBI lama" vs "Sumatra versi KBBI terbaru"

Perlu anda (Kris Simbolon) ingatkan, bahwa berdasarkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi yang terbaru (bukan versi Orde Lama atau Orde Baru), yang benar itu adalah "Sumatra Utara", bukan Sumatera Utara. Sumber dari link https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Sumatra%20Utara

Jadi, kalau anda (Kris Simbolon) merasa keberatan dengan nama baku "Sumatra", anda silahkan datang langsung ke Kemendikbud yang mengelola KBBI versi terbaru. NggaBags (bicara) 27 Februari 2023 12.00 (UTC)Balas

@NggaBags: Saya tidak akan berdebat dengan polemikus. Saya hanya akan melayani diskusi sehat. Pertama, kita tegaskan kembali bahwa kita membahas Sumatera Utara sebagai nama entitas pemerintahan, bukan sedang membahas kata "Sumatra". Saya sudah jelaskan sebelumnya, bahwa Sumatera Utara bukan semata-mata entri kamus, tapi juga seutuh-utuhnya entitas pemerintahan, jauh sebelum KBBI disusun dan bahkan PUEB dirampungkan, yang setahu saya bahkan dirampungkan di Medan. Saya tidak mengubah nama artikel karena biarkan saja menyamai nama entri kamus, tapi nama resmi "Sumatera Utara" harus dibubuhkan. Nama resmi tidak bergantung apakah KBBI akan mengubah pikiran untuk merevisi kata-katanya ratusan kali lagi. Pun, tidak perlu membentur-benturkan saya dengan Kemendikbud, dengan cara Anda itu. Jika Anda benar-benar mencintai KBBI dan Kemendikbud, saya sarankan cara pertamanya adalah dengan mengganti kata "silahkan" dengan "silakan". Terima kasih. Kris Simbolon (bicara) 27 Februari 2023 13.01 (UTC)Balas
Kalau anda (Kris Simbolon) tetap tidak terima dengan KBBI, silakan anda ikut berdiskusi di WP:SUMATRA untuk lebih tahu tentang Sumatra, dan anda sendiri jangan seenaknya mengubah menjadi Sumatera secara sepihak. Enchanwiki11 (bicara) 4 Maret 2023 23.21 (UTC)Balas

Tokoh Marga

Wikipedia adalah ensiklopedi bebas, namun tetap memiliki kaidah aturan penulisan. Pencantuman nama tokoh dalam halaman sejarah silsilah suatu marga tidak relevan. Karena tidak ada tolak ukur yang pasti untuk dapat dikatakan sebagai tokoh suatu marga, sehingga terkesan sangat subjektif. Sebaiknya isi halaman tentang suatu marga Batak, cukup mengenai sejarah dan silsilahnya. Mohon Anda dapat memakluminya terkhusus dalam pencantuman bagian tokoh dalam halaman Situmeang. Terima kasih. P.Naipospos (bicara) 17 Maret 2023 13.35 (UTC)Balas

Pertama, kau kayaknya butuh satu sesi khusus belajar kosa kata dan makna kata. Kalimat pertamamu di sini aja udh membatalkan tindakanmu.
Kubahas dlu kata-katamu ini, ya. Takutnya gk ada yg mengoreksi kau.
"Pencantuman nama tokoh dalam halaman sejarah silsilah suatu marga". Kau pikir artikel marga di Wikipedia cuma membahas sejarah silsilah? Kalau iya, berarti Wikipedia harus jurnal ilmiah, dan artinya harus peer-review. Yang kulakukan skrg, masuk ke peer-review, walaupun Wikipedia bukan jurnal ilmiah. Nah skrg, kita misalkan Wikipedia itu jurnal ilmiah yang hanya berupa sejarah silsilah marga. Kau pikir wahai Pengguna:Pnaipospos, tulisanmu itu masuk kategori tulisan sejarah? Gak. Kau hanya berpolemik sendiri di halaman itu.
Kedua, nama tokoh itu yang dimaksudkan adalah figur. Kalau udh ditulis artikelnya di Wikipedia, maka orang-orang yang namanya ditulis itu termasuk figur. Karena utk masuk ke Wikipedia juga harus memenuhi klaim kepentingan. Nah, yang mau kuingatkan samamu di sini, kesalahpahamanmu yang terus kaubenarkan, di situ kutulis "tokoh yang bermarga" artinya orang-orang yang ditulis Wikipedia yang bermarga itu. Jelas dia bukan tokoh marga, dalam arti tetua warga. Itulah bedanya catatan Wikipedia dng catatan marga. Sebelum kau bantah ini, tolong pikirkan dlu tiga kalimatku sebelumnya dalam hatimu, pahusorhusorhon jo. Jangan kaubalas kalimat ini sebelum tuntas kaupikirkan.
Terakhir, yang mau kubilang. Cara marga mencatat dirinya, dengan Wikipedia mencatat marga haruslah beda. Nama-nama yang gk kauanggap penting itu, memang bukan tokoh marga melainkan tokoh yang bermarga. Ibaratnya, Wikipedia mengidentifikasi bagian-bagian entrinya yang berhubungan dengan entri itu (dlm hal ini marga). Makanya, ada halaman kategori, ini memudahkan membentuk teori grafik (graph theory). Salah satu fungsinya, agar pengetahuan yang didapatkan ttg marga itu bisa utuh.
Terakhir, ini kurasa gk ada yang bilang samamu makanya pola suntinganmu kekgitu terus. Jangan membuang apa yang ada pada diri kita. Kalau sampai ratusan tahun lagi, di mana informasi smakin bercampur, nama-nama itu gk masuk ke dalam artikel marga, bisa saja diragukan apakah itu marga atau nama biasa? Akhirnya, yang ada malah polemik gk penting, kayak yang kaubuat di artikelmu. Sebagai pembanding, Surat Batak kita yang tersebar di Eropa Barat itu dahulu banyak kali dan gak terurus. Bagi orang Eropa tsb, ya memang apa gunanya? Itu hanya goresan-goresan mirip cacing, dan gk ada pentingnya dibndingkan huruf Latin. Orang yang menerjemahkan dan mengumpulkan itu ke dalam satu buku sampai jadi pembnding di Indonesia, itu namanya Liberty Manik asal Tanah Pegagan, Dairi. Seorang Pakpak, musisi lagi. Padahal pustaha yang diterjemahkan dia kebanyakan pustaha berbahasa Batak Toba. Bayangkan, kalau kayak kau ini prinsipnya? Bisa-bisa dia gk bisa ikut serta di situ, haruslah seseorang tetua yang didatangkan. Segala sesuatu itu harus kita terima secara utuh. Dalam hal adat, ya kita ikuti ruhut-ruhut paradaton. Dalam hal pengetahuan, siapa pun yang menjadi bagian pengetahuan itu, yang merasa terpanggil dan sanggup, harus bertanggungjawab menjaga keutuhan itu. Jadi, jangan sepelekan nama-nama tokoh yang bermarga itu. Karena merekalah saksi bahwa marga itu ada dan eksis.
Apa yang ada sama kita itu smua berharga. Kalau kayak caramu itu, maka hanya ada dua kemungkinan: (1) Pengetahuan kita pincang, karena sebagian terbuang sia-sia. Siapa lagi yang menghargai nama-nama itu kalau bukan marganya? Orang lain hanya akan melihat nama belakangnya sbg kombinasi kata-kata aneh nirmakna. (2) Pengetahuan yang disia-siakan itu akan kembali kepada kita dlm rupa kekuatan yang merusak kita. Karena kita tdk pernah menganggap itu sbg bagian utuh, ya dia akan datang sbg musuh.
Dalam hal ini, aku ngajak kau utk bermenung ttg gugurnya Ompu Si Singamangaraja XII. Kisahnya secara holistik. Ada pengkhianatan karena pengabaian. Ada orang-orang tulus yang menolong dengan bermodal keberanian, bukan modal marga. Ada sejarah yang dibakar, karena bagi org yg membakar kisah-kisah itu gk penting. Bagi org-org yang kisah itu penting, malah gk mau menyimpan, karena si pembuat kisah itu mengabaikan dia. Ini bagian dari sejarah kita. Kita harus menjaga apa yang ada sama kita secara utuh.
Menulis nama-nama itu bukan berarti nama-nama itu harus ditulis di buku Tarombo. Wikipedia bukan buku tarombo. Wikipedia menggunakannya utk mengidentifikasi marga. Kris Simbolon (bicara) 17 Maret 2023 15.55 (UTC)Balas