Dalam ekologi merambah atau meramban (Bahasa Inggris:foraging) adalah kegiatan atau aktivitas mencari sumber makanan di alam liar. Merambah sangat berkaitan dengan kehidupan satwa liar, karena kegiatan merambah sangat mempengaruhi keterampilan dan ketangkasan pada hewan karena memainkan peran penting dalam kemampuan hewan untuk bertahan hidup dan bereproduksi.[1] Merambah adalah satu cabang ekologi yang mempelajari perilaku mencari makan hewan dalam menanggapi lingkungan tempat tinggal hewan tersebut.

Ahli ekologi perilaku menggunakan model dan kategori beradaptasi untuk memahami bagaimana caranya merambah; Model teori merambah membahas bagaimana caranya dalam mengoptimalkan hasil dari upaya merambah. Hasil dari kebanyakan model penelitian ini menyatakan bahwa jumlah energi yang diterima hewan per unit waktu, lebih khusus lagi, rasio perolehan energi tertinggi terhadap biaya saat merambah.[2] Teori merambah memprediksi bahwa keputusan yang memaksimalkan energi per satuan waktu dan dengan demikian menghasilkan hasil tertinggi akan dipilih dan dipertahankan. Kunci atau faktor yang memengaruhi perilaku atau kegiatan merambah antara lain sumber daya, ketersediaan unsur-unsur kelangsungan hidup dan reproduksi yang persediaannya terbatas, predator, organisme yang memakan yang lain, mangsa, organisme yang dimakan sebagian atau seluruhnya oleh yang lain,[1] serta konsentrasi sumber daya alam.

Sekawanan babun zaitun (Papio Anubis) merambah di Lakipia, Kenya. Primata muda belajar dari babun yang lebih tua mengenai cara merambah

Jenis Kegiatan Merambah

Merambah dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama. Yang pertama adalah merambah secara tunggal, yaitu ketika hewan mencari makan sendiri. Yang kedua adalah merambah secara berkelompok.

Merambah Pada Manusia

Pada awalnya makna kata merambah hanya berhubungan dengan ketangkasan atau keterampilan hewan mencari makan di lingkungan. Namun , merambah kini artinya lebih luas lagi. Merambah dapat diartikan sebagai kegiatan mencari sumber makanan apapun yang ada di alam liar , baik itu sayuran, buah, umbi, hijauan, jamur, serangga ataupun hewan kecil yang berpotensi menjadi sumber makanan.

Referensi

  1. ^ a b Danchin, E.; Giraldeau, L.; Cezilly, F. (2008). Behavioural Ecology. New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-920629-2.  [halaman dibutuhkan]
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Hughes1989