Kerajaan Amanuban

kerajaan di Asia Tenggara
Revisi sejak 18 Oktober 2023 13.55 oleh Yandrie B (bicara | kontrib) (hanya tanda baca.)

Kerajaan Amanuban (Banam) adalah sebuah kerajaan yang terletak di pulau Timor bagian barat, wilayah Indonesia. Di era kemerdekaan, Kerajaan Amanuban bersama Kerajaan Molo (Oenam) dan Kerajaan Amanatun membentuk Kabupaten Timor Tengah Selatan (dalam bahasa Belanda disebut Zuid Midden Timor) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan ibu kota So'E.

Raja Kerajaan Amanuban

Cikal bakal

Kerajaan Amanuban (Banam) diawali dengan kehadiran Olak Mali, leluhur Raja Nope, dengan istrinya di Gunung Tunbes. Olak Mali mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan kekuatan untuk memengaruhi suku-suku yang berada di Gunung Tunbes seperti Nuban, Tenis, Asbanu, Nomnafa untuk mengakuinya sebagai penguasanya. (Norholt,1971).

Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Olak Mali dan isterinya yang mampu meyakinkan suku-suku (tsepe) primitif seperti Nuban, Tenis, Asbanu, dan Nubatonis ( Si Nuban yang suka Natoni) di Gunung Tunbes bahwa dia (Olak Mali) adalah penguasa dan Pemimpin Amanuban ( Raja atau Usif). Hal ini dibuktikannya kepada Nubatonis dengan beberapa bukti seperti menanam pohon pisang, menanam tebu, api unggun, memanggil bumi. 'Koe bako mese ma tib mese' sebagai pengesahan pemilihan di Gunung Tunbes, pil nam Tunbes.

Empat kelompok suku yang hidup bermasyarakat di Gunung Tunbes bersama para amaf lain kemudian mengukuhkan Olak Mali menjadi Raja Amanuban ( Banam ) sekaligus peristiwa ini merupakan cikal bakal terbentuknya Kerajaan Amanuban. Bukti fisik yang ada hingga saat ini menunjukkan kehebatan Olak Mali sebagai Raja Amanuban pertama yang mampu menata kehidupan sosial, kemasyarakatan, dan pemukiman masyarakat Tubes secara baik dan teratur. Posisi istana (sonaf) Raja Nope yang berada di tengah dengan pagar batu kokoh sebagai inti (core) yang kemudian dikelilingi dengan pemukiman kelompok suku-suku seperti Tenis, Nuban, Asbanu, Nubatonis, dan Nomnafa menunjukan bahwa istana (sonaf) raja Nope di Gunung Tunbes ini adalah kerajaan Amanuban itu sendiri. Raja Nope di Banam yakni nun ana banam ma let ana banam untuk aman turun temurun on oof ma bilu, he nah sis fafi nalali, he nah mak ane nalali.

Daerah Tunbes sesuai pembagiannya terdiri dari Mnela Ooh ( keempat suku di Tunbes), Kekan ( kawasan lindung), kandang kerbau, Istana (sonaf) dan tempat kuburan raja.Ada empat raja yang dimakamkan di Tunbes.

Awal mula kerajaan Amanuban dipercayai oleh masyarakat karena kerajaan ini memiliki hubungan dengan kerajaan Amanatun dan kerajaan Amarasi, ketiga kerajaan ini dianggap berasal dari tiga orang bersaudara.

Nama Banam - Amanuban

Menurut penelitian dari dr Pieter Middelkop bahwa secara tradisional sehari-hari, penduduk Amanuban dan wilayah Amanuban disebut Banam. Kata Banam atau Banamas digunakan untuk menyebut orang atau masyarakat Amanuban dan juga untuk wilayah Amanuban. Kata Banam terbentuk dari dua suku kata " ba" dan "nam". Ba adalah awalan (prefiks) yang sejajar dengan awalan ber dalam bahasa Indonesia yang berarti mempunyai. Kata 'nam' atau 'na nam' dalam bahasa Timor (uab meto) mempunyai arti merangkak atau merayap. Dalam tradisi adat dan adat istiadat Timor, termasuk Amanuban, penduduk atau rakyat Amanuban yang mau bertemu dengan Raja harus merangkak atau merayap sebagai bentuk penghormatan mereka kepada Raja. Namun sering juga kata Amanuban diidentikan dengan nama salah satu kelompok suku yang ada di kuan tubu Tunbes yang bernama Nuban dengan sebutan Ama atau Am (Bapak). Sehingga Am Nuban = sebutan atau sapaan bapak kepada Nuban. Ama Nuban = Bapak Nuban. Kata Ama atau Am biasa juga digunakan untuk menyapa atau memanggil orang laki-laki di Timor seperti Ama Asbanu atau Am Asbanu (Bapak Asbanu), Ama Nomnafa atau Am Nomnafa (Bapak Nomnafa), Ama Tenis atau Am Tenis (Bapak Tenis). Sebutan atau panggilan Bapak kepada seseorang tidak serta merta diartikan sebagai Raja atau Usif karena tidak semua bapak itu adalah Raja atau Usif. Banam Tuan = Tuan atau pemimpinnya Banam (Amanuban) = Nope ( dipanggil dengan sebutan Nope).

Perkembangan Kerajaan

Dari Tunbes kemudian pusat kerajaan Amanuban dipindahkan ke Pili Besabnao. Perpindahan pusat kekuasaan ini karena sudah terjadi pertambahan penduduk sedangkan luas lahan di Tunbes semakin kecil. Surat dari Apolonius Shot, tertanggal 5 Juni 1613, menyebutkan bahwa saat VOC melakukan kunjungan dagang ke Timor untuk pembelian cendana maka saat itu sudah ada beberapa Raja kerajaan di Timor yang bisa dan senang diajak bersahabat dan bekerja sama. Williiem Jacobsz dan Melis Andriaz juga telah bertemu dan berbicara langsung dengan Raja Amanuban.

Kerajaan Amanuban tahun 1641 telah memeluk Agama Katolik ditandai dengan kunjungan missi padrie Jacinto de Dominggo, namun disayangkan nama baptis mereka tidak dicantumkan dalam daftar nama silsilah raja-raja Amanuban. Bukti prasasti Gereja Katolik di Abi ( Neke) dibangun 1527.

Antonio da Hornay tokoh penting Topas (Orang Kaesmetan-Portugis Hitam) memerintah di Timor 1664-1695 dan ia kawin dengan putri Amanuban dan Ambenu. De Ornay dan Da Costa merupakan dua tokoh penting yang saling merebut kekuasaan di Timor. Putra Dominggus da Costa III yang bernama Simao da Costa kawin dengan bi Noni Nope. Laporan VOC tahun 1764 menyebutkan bahwa Raja Amanuban dan Amanessi meminta diberi gelar Don (Schulte Nordholt,1971). Kekejaman Simao Louis diimbangi dengan membagi-bagikan tongkat kepada Raja yang tunduk kepada Portugis sebagai tanda pengenal untuk boleh mengumpulkan cendana dan lilin untuk dijual kepada Portugis. Antonio de Ornay kemudian menggantikan Simao Louis sebagai capitao mor di Timor.

Dalam surat Kaiser Sonbai tanggal 23 September 1703, yang dikirim ke Batavia, menyebutkan bahwa Sonbai sedang menghadapi masalah dengan Ambenu, Amanuban, Boro, Asem, Mina, dan Likusaen. Kemudian terjadi pertempuran antara Molo dengan Amakono, Amfoan serta Amanuban dimana dalam pertempuran itu di pihak Amanuban tewas 5000 orang. (Hans Hagerdal, 2004). Batu bertulis ANNO 1709 (secara jelas batu tersebut tertulis DRB dan tulisan ANNO 1709, batu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 31 cm dengan tebal batu 13 cm).

Setahun setelah Perang Penfui dalam dokumen VOC 1750 menyebutkan bahwa Raja pemimpin Amanuban saat itu adalah Don Michel (Don Migil) bersama Don Bernando dari Amfoang datanng ke Kupang bersama Kaiser dari Amakono dengan harapan hidup berdamai dengan Belanda. Karena sebelum pecahnya perang Penfui Amanuban bersama Amakono, Sorbian, Amanatun, Amarasi-Amanesi adalah sekutu Portugis dan Topas.

Pada tahun 1756 Raja Amanubang Don Louis II juga ikut menandatangani trakta kontrak Paravicini bersama raja-raja Timor lainnya. Contract Paravicini yang di buat oleh Komisaris Johanies Andreas Pavicini pada 9 Juni 1756, menurut catatan VOC 1941, itu selain di tanda tangani oleh Raja Don Louis juga di tanda tangani oleh Don Bastian fettor dari Amanuban dan Temuku dari Amanuban.

Pada tahun 1786 suku Amanuban yang anti Belanda menyerang sonaf Raja Jacobus Albertu dari Amanuban di Kobenu yang letaknya setengah hari perjalanan dari Kupang. Jacobus Albertus pada tengah malam harus menyelamatkan diri bersama dua putranya kemudian menuju tanah tumpah darahnya Amanuban-Banam yang berjarak tiga hari perjalanan. Sepupu Jacobus Albertus yang bernama Tobani diakui sebagai Raja Amanuban.

Perpindahan ke Niki-niki

Raja Don Louis III kemudian memindahkan pusat kerajaan Amanuban (Banam) dari Pili Besabnao ke Niki-niki hingga sekarang. Raja Don Louis III bertakhta 1808-1824, semenjak itu ia dikenal sebagai pendiri kota Niki-niki dan menetapkan nama Nope (awan) sebagai marga dinasti Nope selanjutnya. Adik dari Raja Don Louis III bernama Tanelab di Babuin dan Taifa di Mei. Raja Baki Nope-Baki Klus mempunyai saudari bi Bia Nope (Oenino) dan bi Nino Telnoni (Ofu). (Baki Klus). Raja Don Louis III wafat di Niki-niki tahun 1824 dan dimakamkan di Niki-niki, sekarang pemakaman Cina - Son Leu. Bi Lese Nenosae adalah istri dari Raja Don Louis III. (Regeeringsalmanak van Belanda)

Latar belakang perpindahan ke Niki-Niki karena tempat ini sangat strategis untuk pertahanan terhadap serangan musuh dan layak sebagai istana raja. Perkataan Niki-Niki berasal dari kata Nik Nik yang berarti menjilat-jilat dan melihat ke belakang.

Raja Sufa Leu

Digambarkan dalam laporan Belanda, Raja Sufa Leu sebagai kekuasaan yang berdiri secara kuat dan bebas dari pengaruh dan tekanan kolonial yang memerintah dengan keras dan saling mencurigai, semua rakyatnya tunduk dan patuh kepadanya dengan rasa hormat dan takut. Setiap rakyat Amanubang yang berhadapan dengan Raja Sufa Leu dilarang keras menentang dan memandang wajah raja ini (harus menutup mata / na bil). Raja Sufa Leu pada tanggal 1 Juli 1908 menandatangani Korte Verklaring sebagai landschapen Amanubang dan Koko Sufa Leu sebagai Kaiser Muda Amanubang dan Zanu Nakamnanu.

Setelah Raja Sufa Leu alias Raja Bil Nope gugur sebagai pahlawan dengan membakar dirinya (Lan Ai) pada bulan Oktober 1910, maka diangkatlah adik kandungnya Noni Nope sebagai penggantinya oleh Belanda. Raja Noni Nope sebagai kepala zelf bestuur Amanuban dengan dibantu oleh dua orang fettor yakni fetoor Noe Liu Zanu Nakamnanu (Noe Nakan) dan Fettor Noe Bunu Boi Isu (Noe Haen) dengan satu mafefa Tua Isu. Raja Noni Nope menandatangani korte Verklaring Maret 1912.

Menurut Arsip Nasional di Den Hag Belanda tentang Raja-raja Amanuban menyebutkan bahwasannya Raja Baki Nope melahirkan putra sulung bernama Raja Zanu Nope dengan saudaranya Pa'e. Menurut catatan Kruseman tentang Timor menyebutkan Raja Louis Nope baru meninggal pada tahun 1824 berusia lanjut dan putranya bertakhta menggantikannya tetapi bertentangan dengan pamannya. Adik kandung dari Hau Sufa Leu gelar Bil Nope ada dua orang laki-laki yaitu Kusa Nope (Fatu Auni), Raja Noni Nope (Neke), dan seorang perempuan bi Natu Nope.

Raja Pae Nope

Raja Pae Nope menggantikan ayahnya Raja Noni Nope sebagai Raja Amanuban 1920. Raja Pae memekarkan dua kefetoran utama Amanuban menjadi tiga kefetoran dengan menambah lagi kefetoran Noe Beba yang dipimpin oleh keluarga Nope sendiri. Pada tahun 1939 Raja Pae Nope memekarkan lagi kefetoran di Amanubang menjadi tujuh kefetoran yakni Noe Bunu, Noe Hombet, Noe Siu, Noe Liu, Noe Muke, Noe Beba, Noe Meto.

Permaisuri dari Raja Pae Nope bernama Ratu bi Siki Nitibani berdiam di istana kerajaan Amanuban (Sonaf Naek) yang melahirkan putera mahkota raja Amanuban Johan Paulus Nope ( 1946-1949) dengan ketiga adiknya yaitu Kusa Nope ( fettor Noe Meto), bi Feti Nope, dan Kela Nope (juga menjadi fetor Noemeto). Raja Pae Nope juga mempunyai beberapa orang istri seperti bi Fanu Tnunai, Bi Kohe Nitibani (ibunda dari Raja Kusa Nope), bi Oba Sonbai, bi Tipe Asbanu, bi Oko Tuke, bi Koin Tunu, bi Kohe Babis, bi Bene Boimau, dan bi Seong Wun. Bi Kohe Nitbani adalah anak dari bi Oki pelayan (ata) yang tinggal di dalam sonaf Neke.

Raja Pae Nope pernah menandatangani korteverklaring pada 21 Februari 1923 di Niki-Niki.

Raja Johan Paulus Nope ( Leu Nope )

Putra Mahkota Johan Paulus Nope atau RajaLeu Nope menggantikan ayahnya sebagai Raja Amanuban 1946 karena raja Pae Nope sudah berusia lanjut dan tak kuat melaksanakan tugas pemerintahan kerajaan. Raja Johan Paulus Nope juga memiliki banyak istri yakni bi Nino Selan, bi Kohe Nitibani,bi Obe Banamtuan, bi Fenu Selan, bi Muke Tse, bi Liu Tse, bi Sufa Asbanu, bi sabet Abanat, dan bi Kaes Beti. Raja Leu Nope atau Johan Paulus Nope kemudian dibaptis menjadi Kristen Protestan dan bersama seluruh rakyat Amanuban menjadi penganut agama Protestan. Seluruh rakyat Amanuban sering juga menyebut Raja Leu Nope dengan sebutan-sebutan seperti Usi Anesit (Raja yang mempunyai kelebihan - kelebihan dalam kalangan bangsawan Nope), Usi Nakfunmanu (Raja berambut panjang) , Usi Tata (Raja yang juga seorang kakak dalam kalangan keluarga sonaf-istana Amanuban).

Pada tanggal 21 Oktober 1946 Raja-Raja seluruh keresidenan Timor mengadakan sidang atau konferensi di Kota Kefamenanu guna membentuk Timor Eiland Federatie (gabungan kerajaan afdelling Timor - Dewan Raja-raja Timor). Dalam sidang tersebut, H. A. Koroh (Raja Amarasi) dan A. Nisnoni (Raja Kupang) terpilih masing-masing sebagai ketua dan ketua muda Timor Eiland Federatie.

Raja Amanuban Johan Paulus Nope yang hadir dalam sidang tersebut dari Kerajaan Amanuban. Masih dalam forum yang sama berhasil dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Timor Eiland Federatie Amanuban mendudukan S.L Selan mewakili Kerajaan Amanuban, Ch. Tallo mewakili Kerajaan Amanatun dan T Benufinit mewakilikerajaan Mollo, sebagai DPRD Timor dan Kepulauanya.

Karena faktor kesehatan Raja Johan Paulus Nope yang terganggu maka kontroleur Belanda mengusulkan adiknya Kusa Nope yang baru tamat sekolah praja di Makasar untuk melaksanakan pemerintahan sehari-hari kerajaan sambil menantikan dewasanya Putra Mahkota kerajaan Amanuban anak laki-laki dari Raja Johan Paulus Nope yang bernama Louis Nope dan Mahteos Nino Nope untuk dinobatkan menjadi Raja Amanuban. Raja Pae Nope dan Raja Johan Paulus Nope wafat pada tahun 1959 di Niki-Niki.

Kusa Nope kemudian menjadi Kepala Daerah Swapraja Amanuban (KDS Amanuban). Kusa Nope juga kemudian menjadi Bupati Timor Tengah Selatan pertama. Istri pertama Kusa Nope bernama bi Malo Nitibani disusul bi Kina dan bi Sole. Ada tujuh raja Amanuban yang dimakamkan di Son Nain Niki-Niki. Kedudukan raja adalah turun temurun, dan putera mahkota berhak menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Putra mahkota adalah putra sulung raja yang lahir dari permaisuri.

Raja-raja

Adapun daftar raja:

  1. Olak Mali.
  2. Ol Banu.
  3. Bil Banu.
  4. Tu Banu.
  5. Louis I (Tunbes).
  6. Bill (Pili).
  7. Don Louis II, dimakamkan di Boti.
  8. Tubani (1786-1808).
  9. Don Louis III. 1808-1824, pusat kerajaan ke Niki-Niki, dimakamkan di Pekuburan Cina Niki-Niki.
  10. Baki Nope / Baki Klus 1824-1862.makam Son Nain
  11. Sanu Nope 1862-1870, dimakamkan di Son Nain.
  12. Bil Nope - Sufa Leu (1870-1910).
  13. Noni Nope (1911-1920).
  14. Pae Nope ( 1920-1946).
  15. Leu - Johan Paulus Nope ( 1946-1949).
  16. Kusa Nope (1950-1958).

Referensi

Lihat pula