Manuskrip Sana'a
Palimpsest Sanaa (juga dikenal sebagai Ṣanʽā’ 1 atau DAM 01-27.1) atau Quran Sana'a adalah salah satu naskah Quran tertua yang telah ditemukan dan masih ada.[1] Quran Sanaa ditemukan saat kegiatan restorasi Masjid Agung Sanaa pada tahun 1972 dengan ditandai ditemukannya sejumlah besar fragmen Al-Quran maupun non-Quran. Pada tahun 1981, manuskrip ini diidentifikasikan sebagai palimpsest Quran karena ditulis di atas perkamen bekas naskah tulisan lama yang lebih dahulu ada.
- Teks baru yang timbul dan terbaca sepenuhnya sesuai dengan Quran Utsmani, baik dalam teksnya maupun urutan surah.
- Teks lama di bagian bawah, yang dihapus untuk ditulis ulang dan ditimpa oleh teks baru, mengandung banyak variasi dari teks Quran standar yang ada. Urutan surahnya tidak sesuai dengan Quran yang dikenal. Teks bagian bawah atau teks lama ini masih bisa dibaca dengan bantuan cahaya ultraviolet dan pemrosesan komputer.
Rekonstruksi pada sebagian teks lama diterbitkan pada tahun 2012,[2] dan rekonstruksi bagian teks bawah dan atas yang dapat dibaca sebanyak 38 file berada di Rumah Manuskrip Sana'a serta diterbitkan pada tahun 2017 melalui citra digital.[3] Analisis radiokarbon telah menentukan tanggal perkamen dari salah satu naskah terpisah yang dijual lelang, termasuk terdapat teks lama, menunjukkan usia antara tahun 578 M (44 Tahun Hijriyah) dan 669 Masehi (49 Hijriah) dengan akurasi 95%.[4]Lembaran terawal telah diuji di tiga laboratorium dan diberi tanggal antara 388-535 Masehi. file lain memiliki tanggal-tanggal awal yang serupa.
Sejarah
Penemuan dan penelitian
Pada tahun 1972, pekerja bangunan yang merenovasi dinding di loteng Masjid Agung Sana'a di Yaman, menemukan sejumlah besar perkamen dan manuskrip kuno. Mereka tidak menyadari apa yang mereka temukan dan mengumpulkan dokumen-dokumen tersebut, dan memasukkannya ke dalam 20 karung kentang, kemudian meninggalkannya di salah satu tangga menara Masjid.[5]
Presiden (saat itu) dari Otoritas Kepurbakalaan Yaman, Qadhi Isma'il Al-Akwa', menyadari adanya kemungkinan penemuan ini adalah penemuan penting. Al-Akwa meminta bantuan internasional dalam memeriksa dan melestarikan serpihan-serpihan naskah itu, dan pada tahun 1979 berhasil menarik perhatian seorang ilmuwan German, yang kemudian membujuk pemerintah Jerman Barat untuk mengorganisir dan membiayai proyek restorasi.[5]
Tes karbon-14 menunjukkan beberapa perkamen berasal dari tahun 645-690 sesudah masehi.[6] Periode ini cukup panjang, terutama jika perkamen itu digunakan ulang, yang wajar dilakukan pada zaman dahulu. Sedangkan kaligrafinya berasal dari tahun 710-715 sesudah masehi.[7] Secara umum yang diketahui saat itu adalah "belum pernah ada manuskrip yang berasal dari sebelum abad ke 9." [8]
Proyek restorasi
Restorasi manuskrip ini diorganisir dan diawasi oleh seorang ahli kaligrafi arab dan paleografi Qur'an yang bernama Gerd R. Puin dari Saarland University, di Saarbrücken, Jerman. Puin telah memeriksa bagian-bagian perkamen yang ada dalam kumpulan ini secara menyeluruh, dan mendapatkan urutan ayat-ayat yang tidak biasa, perbedaan kecil dalam teks, dan orthografi serta hiasan-hiasan artistik dengan gaya yang langka ditemukan. Beberapa manuskrip juga merupakan contoh langka yang ditulis dalam bahasa Arab Hijazi awal. Walaupun bagian-bagian yang ditemukan ini berasal dari sebuah Qur'an tertua yang pernah ditemukan, bagian-bagian ini juga merupakan sebuah palimpsest, dengan tulisan -tulisan baru yang menggantikan versi Qur'an yang bahkan lebih tua lagi.[5]
Sementara penggalian dilanjutkan, lebih banyak halaman yang ditemukan. Dari tahun 1983 hingga 1996, sekitar 15.000 dari 40.000 halaman telah dipulihkan, termasuk 12.000 pecahan yang berasal dari abad ke-8.[9]
Pada tahun 1999, Editor eksekutif website The Atlantic MOnthly Toby Lester, memberitakan penemuan Puin: "Beberapa perkamen yang ditemukan dari Yaman berasal dari abad ke-tujuh dan ke-delapan. Atau dua abad pertama agama Islam. Perkamen ini adalah Al Quran yang tua, mungkin yang paling tua yang pernah ada. Selain itu, sebagian serpihan ini menunjukan adanya perbedaan kecil (tapi mengganggu) dari teks Quran yang biasa. Perbedaan-perbedaan tersebut, walaupun tidak mengejutkan bagi ahli teks sejarah, bertentangan dengan keyakinan Muslim ortodoks bahwa Al Quran yang sekarang adalah kata-kata Tuhan yang sempurna, tidak pernah berubah, dan abadi."[5]
Sikap Yaman
Lebih dari 15.000 lembar teks Qur'an dari Yaman sudah diratakan, dibersihkan, diurutkan, dan ditata. Teks ini akan diteliti lebih lanjut di Perpustakaan manuskrip Yaman. Namun pemerintah seperti tidak mau mengizinkan. Puin mengatakan "Mereka tidak mau menarik banyak perhatian pada hal ini, sama seperti kami, walaupun dengan alasan yang berbeda."[5]
Puin dan koleganya Graf von Bothmer, seorang ahli sejarah Islam, telah mempublikasikan essay-essay pendek tentang penemuan ini. Von Bothmer pada tahun 1997 telah memfoto 35.000 gambar perkamen itu dengan microfilm, dan telah membawa gambar-gambar tersebut ke Jerman. Teks ini akan diteliti lebih lanjut dan hasil penelitiannya akan dipublikasi secara bebas. Puin menulis: "Begitu banyak Muslim yang percaya bahwa semua yang tertulis di Qur'an adalah kata-kata Allah. Mereka sering mengutip teks ilmiah yang menunjukan bahwa Alkitab (kitab nasrani) mempunyai sejarah dan tidak turun dari langit, namun hingga sekarang Qur'an tidak pernah dianggap punya sejarah. Satu-satunya cara untuk menghancurkan dinding ini adalah dengan membuktikan bahwa Qur'an juga punya sejarah. Dokumen-dokumen Sana'a akan membantu kami dalam mencapai hal tersebut."[10][5]
Komentar dan kesimpulan Puin
Pada tahun 1999 di sebuah artikel Atlantic Monthly, Gerd Puin mengatakan:[5]
Menurut saya Al-Qur'an adalah semacam campuran teks yang tidak semua dapat dipahami, bahkan pada zaman Muhammad. Banyak dari mereka bahkan mungkin sudah ada ratusan tahun lebih dulu daripada Islam sendiri. Bahkan dalam tradisi Islam ada banyak informasi yang kontradiktif, termasuk substrat Kristiani dalam jumlah yang signifikan. Seseorang dapat menemukan sejarah yang bertentangan di dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an mengklaim bahwa Al-Qur'an sempurna atau bersih, tetapi kalau anda membacanya, anda akan melihat bahwa setiap sekitar 5 kalimat ada 1 kalimat yang tidak masuk akal. Banyak orang Muslim yang akan memberitahu anda sebaliknya, tentu saja, tetapi faktanya seperlima bagian dari teks Qur'an tidak dapat dimengerti. Hal ini yang telah mengakibatkan kecemasan yang ada dari dulu mengenai terjemahan. Jika Al-Qur'an tidak dapat dipahami, tidak dapat dimengerti dalam bahasa Arab, maka Al-Qur'an tidak dapat diterjemahkan ke bahasa apapun. Oleh karena itulah para Muslim takut. Karena Al-Qur'an berkali-kali mengklaim bahwa tulisan didalamnya jelas, padahal tidak. Ada kontradiksi yang sangat jelas dan serius. Pasti ada sesuatu yang lain yang terjadi.
Respon
Pada tahun 2000, The Guardian mewawancara sejumlah akademisi untuk tanggapan mereka terhadap klaim Puin, termasuk Dr Tarif Khalidi, dan Professor Allen Jones, pengajar studi Qur'an di Universitax Oxford. Terhadap klaim Puin bahwa beberapa kata dan pengucapan di Qur'an tidak distandardisasi sampai abad ke sembilan, artikel tersebut menuliskan.[10]
Jones mengakui bahwa ada perubahan yang "tidak penting" pada revisi Uthman. Khalidi mengatakan kepercayaan Muslim tentang penulisan Qur'an masih kurang lebih betul. 'Saya belum melihat sesuatu yang bisa mengubah pandangan saya secara radikal,' katanya. [Jones] meyakini bahwa Al-Qur'an Sana'a bisa saja merupakan salinan yang salah yang digunakan oleh orang-orang yang belum menggunakan teks Uthmanic. "Bukan hal yang tidak mungkin setelah penyeragaman ke teks Uthman, butuh waktu yang lama untuk penyaringan.'
Selain itu artikel tersebut juga menuliskan beberapa reaksi positif dari Muslim terhadap penelitian Puin. Salim Abdullah, direktur arsip Islami Jerman, ketika diberikan peringatan mengenai kontroversi yang bisa dihasilkan oleh penelitian Puin berkomentar, "Saya menantikan diskusi semacam ini untuk topik ini."[10]
Referensi
- ^ Sadeghi & Goudarzi 2012, hlm. 8.
- ^ Sadeghi & Goudarzi 2012.
- ^ Hilali 2017.
- ^ Sadeghi & Bergmann 2010, hlm. 348.
- ^ a b c d e f g Lester, Toby (January 1999). "What Is The Koran". The Atlantic Monthly. Diakses tanggal 2008-12-02.
- ^ Carole Hillenbrand, The New Cambridge Medieval History, vol. 1, p.330
- ^ Saifullah, M S M (2008-11-08). "Radiocarbon (Carbon-14) Dating And The Qur'anic Manuscripts". islamic-awareness.org. Diakses tanggal 2008-12-08.
- ^ Leemhuis, Fred (2007). "From Palm Leaves to the Internet". Cambridge Companion to the Qur'an: 146.
- ^ "Sana'a manuscripts: uncovering a treasure of words". UNESCO Courier. May 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-20. Diakses tanggal 2008-12-02.
- ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaguardian
Sumber
- Cook, Michael (2000). The Koran; A Very Short Introduction . Oxford University Press. ISBN 978-0-19-285344-8. Diakses tanggal 24 September 2019.
- Hilali, Asma (2017). The Sanaa Palimpsest: The Transmission of the Qur'an in the First Centuries AH. Qur'anic Studies Series. Oxford: Oxford University Press/Institute of Ismaili Studies. ISBN 978-0-19-879379-3.
- Hilali, Asma (2015). "Was the Ṣanʿāʾ Qurʾān Palimpsest a Work in Progress?". Dalam Hollenberg, David; Rauch, Christoph; Schmidtke, Sabine. The Yemeni Manuscript Tradition. Islamic Manuscripts and Books. 7. Leiden and Boston: Brill Publishers. hlm. 12–27. doi:10.1163/9789004289765_003. ISBN 978-90-04-28825-6. ISSN 1877-9964. LCCN 2014049554.
- Hilali, Asma (2010). "Le palimpseste de Ṣanʿā' et la canonisation du Coran: nouveaux éléments". Cahiers du Centre Gustave Glotz (dalam bahasa Prancis). Paris: Éditions de Boccard. 21: 443–448. doi:10.3406/CCGG.2010.1742 . JSTOR 24360016. Diakses tanggal 15 January 2021 – via Persée.fr.
- Sadeghi, Behnam; Goudarzi, Mohsen (2012). "Ṣan'ā' 1 and the Origins of the Qur'ān". Der Islam. Berlin: De Gruyter. 87 (1–2): 1–129. doi:10.1515/islam-2011-0025.
- Sadeghi, Behnam; Bergmann, Uwe (2010). "The Codex of a Companion of the Prophet and the Qurʾān of the Prophet". Arabica. Leiden: Brill Publishers. 57 (4): 343–436. doi:10.1163/157005810X504518.
- Puin, Elisabeth (2011). "Ein früher Koranpalimpsest aus Ṣan'ā' (DAM 01-27.1) – Teil IV". Die Entstehung einer Weltreligion II. Hans Schiller. ISBN 978-3899303452.
- Puin, Elisabeth (2010). "Ein früher Koranpalimpsest aus Ṣan'ā' (DAM 01-27.1): Teil III: Ein nicht-'uṯmānischer Koran". Die Entstehung einer Weltreligion I: von der koranischen Bewegung zum Frühislam. Hans Schiller. ISBN 978-3899303186.
- Puin, Elisabeth (2009). "Ein früher Koranpalimpsest aus Ṣan'ā' (DAM 01-27.1): Teil II". Vom Koran zum Islam. Hans Schiller. ISBN 978-3899302691.
- Puin, Elisabeth (2008). "Ein früher Koranpalimpsest aus Ṣan'ā' (DAM 01-27.1)". Schlaglichter: Die beiden ersten islamischen Jahrhunderte. Hans Schiller. ISBN 978-3899302240.
- Hamdoun, Razan Ghassan (2004). The Qur'ānic Manuscripts In Ṣan'ā' From The First Century Hijra And The Preservation Of The Qur'ān. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-03. Diakses tanggal 2012-03-27.
- Taher, Abul (2000-08-08). "Querying the Koran". Guardian. Diakses tanggal 2014-11-25.
- Lang, Jeffrey (2000). "Response on the article "What is the Koran"". The Atlantic Monthly. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 1, 2001. Diakses tanggal 2014-11-25.
- Lester, Toby (1999-01-01). "What is the Koran?". The Atlantic Monthly. Diakses tanggal 2014-11-25.
Pranala luar
- Codex Ṣanʿāʾ – Inv. No. 01-27.1: Mid-1st Century Of Hijra, Islamic Awareness
- Early Qur'anic Manuscripts, Islamic Awareness
- The UNESCO Restoration Project
- Islamic Collections from the Museum, (pdf) UNESCO
- "A Qur’an written over the Qur’an – why making the effort?"
- Behnam, Sadeghi; Goudarzi, Mohsen (16 October 2017) [2012]. "Ṣan'ā'1 and the Origins of the Qur'ān" [Sanaa and the Origins of the Quran] (PDF). Stanford/Harvard Universities. Archive.org (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruytur. ISSN 0021-1818. Diakses tanggal 13 April 2019.