Schräge Musik
Dalam Perang Dunia II, Schräge Musik adalah nama yang diberikan oleh Jerman kepada senjata meriam otomatis yang menembak ke atas yang dipasang di pesawat tempur malam. Luftwaffe mencatat skor bunuh pertama mereka dengan senjata meriam otomatis yang dipasang menghadap ke atas pada Mei 1943. Kekaisaran Jepang pun memiliki senjata yang sama serta digunakan oleh Pasukan Udara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Pasukan Udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, tetapi belum pernah diketahui namanya.
Pengembangan
Schräge Musik dalam bahasa gaul Jerman berarti musik jazz. Sejarah penggunaan Schräge Musik berawal dari Oberleutnant Rudolf Schoenert seorang pilot tempur malam dari unit 4./NJG 2 yang memutuskan untuk bereksperimen dengan senjata meriam otomatis yang dipasang menghadap ke atas pada tahun 1941 dan mulai memodifikasi pesawatnya, tetapi ide Schoernert dianggap kurang kerjaan dari atasan dan teman-temannya.
Modifikasi tersebut selesai dibuat akhir tahun 1942, Schräge Musik pertama kali dipasang di pesawat tempur malam Dornier Do 17 Z-10 yang juga dilengkapi dengan radar FuG 202 Lichtenstein B/C. Pada bulan Juli 1942, Schoenert lantas bertemu dengan Jenderal Josef Kammhuber untuk memperlihatkan hasil eksperimennya. Jenderal Kammhuber lalu terkesan dan memerintahkan mengkonversi tiga Dornier Do 217J-1 dengan menambahkan persenjataan yang dipasang menghadap ke atas dengan empat atau enam canon MG 151.
Eksperimen lebih lanjut dilakukan oleh pusat pengujian penerbangan Luftwaffe di Tarnewitz di pantai Laut Baltik. Hasilnya percobaan tersebut adalah meriam otomatis harus dipasang antara 60° sampai 75° karena sudut tersebut dianggap memberikan tembakan yang sangat akurat untuk menembak pesawat pembom dari bawah.
Operasi
Untuk menembakan Schräge Musik, dipasangkan gunsight Revi 16N. Caranya, pilot membidik target dengan melihat gunsight yang dipasang di atas kepalanya, cara kerja serupa dengan periskop. Schönert lalu ditugaskan sebagai komandan dari II./NJG 5. Oberfeldwebel Mahle lalu ditunjuk sebagai teknisnya. Mahle lalu memasang Schräge Musik pada pesawat tempur malam Messerschmitt Bf 110. Dia memasang 2 kanon MG FF 20mm di kompartemen belakang pesawat yang menembak melalui dua lubang di kaca kanopi.
Pertengahan Agustus sampai akhir tahun 1943, Schönert berhasil memperoleh 18 skor bunuh menggunakan Schräge Musik. Mulai Juni 1943 pabrikan pesawat lalu memasang Schräge Musik pada pesawat tempur malam mereka. Dengan adanya Schräge Musik, para pilot pesawat tempur malam mengembangkan taktik baru: alih-alih menembaki pesawat pembom musuh langsung dari belakang, mereka mendekatinya sekitar 460 m dibawah pesawat pembom, dan mulai menembak ketika siluet pesawat pembom musuh terlihat di bidikan senjata.
Meskipun efektif, manuver ini sulit dilakukan, ditambah dengan besarnya risiko tabrakan atau terkena bom yang dijatuhkan pesawat pembom. Schräge Musik terbukti ampuh menjatuhkan pesawat pembom Sekutu, khususnya pesawat pembom Royal Air Force. Sebagai contoh, Royal Air Force kehilangan 78 dari 823 pesawat pembom saat menyerang Leipzig pada 19 Februari, dan kehilangan 96 dari 795 pesawat pembom saat menyerang Nuremberg pada 30 sampai 31 Maret 1944.
Adanya Schräge Musik memberikan kesempatan bagi pilot tempur malam Jerman untuk menyerang tanpa terdeteksi, menggunakan amunisi khusus yang tidak bercahaya dengan kombinasi "campuran amunisi penembus perisai dan peledak tinggi". Karena hal tersebut kru pembom Royal Air Force juga tidak bisa melihat pesawat tempur malam Jerman. Perwira tinggi Royal Air Force juga dibuat kebingungan mengapa tiba-tiba pesawat pembom mereka meledak dan jatuh tanpa sebab.
Lama-kelamaan para pilot Royal Air Force mempercayai desas-desus adanya senjata Flak super Jerman yang mampu menembak pada malam hari tanpa bantuan lampu sorot. Akibat ketidaktahuan adanya Schräge Musik sampai berakhirnya Perang Dunia II, ratusan pesawat pembom Royal Air Force mampu ditembak jatuh oleh pesawat-pesawat tempur malam Jerman tanpa adanya perlawanan yang berarti.
Instalasi pada pesawat
Instalasi umum
- Dornier Do 217N: 4 × 20 mm MG 151/20
- Focke-Wulf Fw 189: 1 × 20 mm MG151/20 (kebanyakan digunakan di Front Timur)
- Heinkel He 219: 2 × 30 mm MK 108
- Junkers Ju 88C/G: 2 × 20 mm MG 151/20
- Junkers Ju 388J: 2 × 30 mm MK 108
- Messerschmitt Bf 110G-4: 2 × 20 mm MG FF/M
- Messerschmitt Me 262B-2: 2 × 30 mm MK 108 (hanya proposal, versi B-2 tak pernah diproduksi)
- Focke-Wulf Ta 154: 2 × 30 mm MK 108