Bahasa Betawi

bahasa yang dituturkan di Indonesia

Bahasa Betawi (basé Betawi, basa Betawi; dikenal juga sebagai bahasa Melayu Betawi) adalah bahasa kreol yang dituturkan oleh suku Betawi yang mendiami daerah Jakarta dan sekitarnya.[6][7] Bahasa ini merupakan bahasa Melayu Pasar yang bercampur dengan bahasa asing, seperti; Belanda, Portugis, Arab, Persia, Hokkien, dan juga bahasa pribumi Indonesia seperti Sunda, Jawa, dan Bali; imbas para imigran dan pekerja multietnis yang didatangkan dari berbagai tempat ke Batavia oleh VOC pada abad ke-16 hingga abad ke-18, serta perdagangan dan pertukaran yang terjadi sejak ratusan tahun di bandar besar Sunda Kalapa.[8]

Bahasa Betawi
BPS: 0082 5
basè Betawi, basa Betawi, omong Betawi
Melayu Betawi
Dituturkan di
Wilayah
Penutur
5 juta (2000)
Lihat sumber templat}}
Dialek
Bekasi
Cikarang
Depok
Parung
Serpong
Tangerang
Latin dan Pegon
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-2bew
ISO 639-3bew
Glottologbeta1252[1]
IETFbew
BPS (2010)0082 5
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Betawi diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC6b Threatened
Bahasa Betawi dikategorikan sebagai C6b Threatened menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mulai terancam dan mengalami penurunan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [2][3][4]

Lokasi penuturan
Peta
Perkiraan penuturan bahasa Betawi di beberapa wilayah di Jabodetabek.
Unduh garis tepi peta ini
Koordinat: 6°13′S 107°1′E / 6.217°S 107.017°E / -6.217; 107.017 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa ini pun juga turut menjadi dasar atas bahasa gaul (ragam bahasa Indonesia non-baku), yang digunakan oleh orang-orang di Jabodetabek, dan menyebar ke seluruh Indonesia melalui penayangan media yang Jakartasentris. Laras ini memiliki ciri khas, yaitu adanya sebagian kosakata dengan fonem /a/ pada suku akhir tertutup berubah menjadi /ə/ [e pepet], dan akhiran /-in/ untuk mengganti sufiks /-i/, /-kan/ dan /-lah/ pada bahasa Indonesia.[9]

Kosakata

Betawi Ora Betawi Tengahan Bahasa Indonesia
apa apè apa
siapa, sapa siapè, sapè siapa
pegimana, begimana, gimana pegimanè, begimanè, gimanè bagaimana
kenapa, ngapa kenapè, ngapè kenapa
ada adè ada
iya iyè iya
aja, baé ajè saja
kaga, embung, ngga, ora kaga, ngga tidak
gua, saya, kita guè, ayè, sayè aku
baba, bapa babèh ayah
biarin, bagén, antepin, tepinin biarin, tepinin biarkan
amat, banget, jasa, pisan, emen amat, banget sangat
murag, ngamprak berantakan, berarakan berserakan
masa, ilok masa, apè iyè masa, apa iya

Dialek

Betawi Tengahan

Bahasa Betawi Tengahan adalah sebuah dialek dari Bahasa Betawi yang dituturkan oleh masyarakat Jakarta (terutama masyarakat Betawi) yang cenderung memakai huruf "é" tinggi pada akhir penempatan katanya.[10][11]

Bahasa ini merupakan bahasa mayoritas di DKI Jakarta dan sebagian Kota Tangerang. Umumnya dialek ini berbunyi "è" pada akhir kata. Dialek ini cukup berbeda dengan dialek Betawi Ora dikarenakan bahasanya yang tidak begitu beragam karena penggunaan kosakatanya lebih dekat dengan bahasa Indonesia yang akhiran katanya kerap diganti dengan vokal 'è' dengan beberapa serapan kosakata dari bahasa lain atau bahasa asing lainnya.

Dialek ini dituturkan di pusat kota Jakarta dan sekitarnya, seperti; Tanah Abang, Kebon Jeruk, Palmerah, Kemayoran, Penjaringan, Kramat Jati, Menteng, Jatinegara, Senen, dan daerah lainnya. Dialek ini memiliki ciri khas; umumnya akhiran yang berfonem /a/ pada bahasa Melayu atau bahasa Indonesia] akan berubah menjadi /ɛ/ [è = taling], seperti pada; ada menjadi adè, apa menjadi apè, siapa menjadi siapè, dan sebagainya. Akan tetapi, tidak semuanya berubah menjadi demikian, seperti pada contoh kata; buka, bidara, dan doa.

Contoh kalimat dalam dialek Betawi Tengahan:

''Abisnyè tu bocah asal nyelonong ajè si, tumpèh dah tu kupi kena sènggol."

"Setelah anak itu asal lewat saja, tumpahlah kopi itu tersenggolnya."

"Entar ari Kemis encang mao ngawinin si Nurléla, lu ikut yè kondangan."

"Nanti hari Kamis paman ingin menikahkan Nurlaila, kau ikutlah ke undangan."

"Biasanyè kalo mao Lebaran Cinè, di Rawabelong ramé tuh nyang dagang ikan bandeng."

"Biasanya kalau mau Tahun Baru Imlek, di Rawabelong ramai yang berjualan ikan bandeng."

Betawi Ora

Betawi Pinggiran atau Betawi Ora merupakan salah satu ragam dialek dari bahasa Betawi. Dialek ini cukup berbeda dengan dialek Betawi Tengahan. Perbedaan dari segi khazanah kekayaan kosakatanya, Betawi Pinggiran lebih kentara dan dekat dalam penyerapan kosakata asingnya (umumnya dari bahasa Sunda, Bahasa Jawa dan bahasa-bahasa lainnya) yang menyebabkan kosakatanya lebih beragam dibanding dialek Betawi Tengahan.[8][10]

Dalam pelafalan kata juga dialek ini berakhiran "a" berbeda dengan Betawi Tengahan yang berakhiran "è".[9][12] Dialek ini dituturkan oleh orang Betawi yang bermukim di Kota Depok, Kota Bekasi, bagian utara Kabupaten Bekasi, Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, timur laut Kabupaten Tangerang, utara Kabupaten Bogor, utara Kabupaten Karawang tepatnya di kecamatan Batujaya dan Pakisjaya, dan juga dituturkan di bagian utara Kota Bogor yakni di wilayah utara kecamatan Tanah Sareal.[13][14]

Bahasa Betawi Tangerang

Bahasa Betawi Tangerang atau Basa Betawi Tangerang adalah sebuah sub-dialek dari bahasa Betawi. Dialek ini termasuk kedalam cabang sub-dialek bahasa Betawi Pinggiran.[15] Kosakata dari bahasa Betawi Tangerang banyak dipengaruhi oleh bahasa Sunda Banten karena letak penuturannya yang bersebelahan.[16] Bahasa Betawi Tangerang umumnya dituturkan oleh orang beretnis Betawi dan Tionghoa Benteng yang sudah tidak lagi menggunakan bahasa Hokkien.[17]

Kosakata

Kosakata Betawi Tangerang yang sering digunakan di Kabupaten Tangerang;[18]

  • Nyewotin = menyebalkan
  • Nyerocos = bicara
  • Jeksi = berobat
  • Puguh = makanya
  • Haya = aja
  • Ngojay = berenang
  • Pegi = pergi
  • Ngengko = ngikut
  • Jasa = banget
  • Calakan = Pinter
  • Dewekan = sendiri
  • Sonoh = sanah
  • Jongjon = santai
  • Ngebadek = banyak
  • Ngejegir = berdiri
  • Jonganan = lagian
  • Ngejedog = diem
  • Lelaguan = gaya
  • Molos = lolos
  • Janggla = Bandel
  • Ilokan = apakah iya
  • Cangak = Pengen tahu
  • Ngampleh = lemas
  • Ngayab = main
  • Ngegares = makan
  • Kuyuk/Uwos = bebek
  • Bebetrek = membawa
  • Tesi = sendok
  • Bedeman = pintu air
  • Galengan = pematangan sawah
  • Centong = sendok untuk mengambil nasi/sayur
  • Samsih = alat untuk mengaduk gorengan
  • Kempek = tas
  • Bebene = kekasih
  • Mindo = makan
  • Onoh = itu
  • Bombok = tiang bambu untuk menyanggah rumah
Wilayah persebaran

Bahasa Betawi Tangerang dituturkan di daerah berikut;[19]

Bahasa Betawi Parung

Bahasa Betawi Parung atau Basa Betawi Parung adalah sebuah subdialek dari Bahasa Betawi. Subdialek ini termasuk kedalam cabang dialek Betawi Pinggiran. Subdialek Betawi Parung memiliki banyak kemiripan kosakata dengan subdialek Betawi Depok karena letaknya yang bersebelahan. Subdialek ini juga sangat terpengaruh oleh bahasa Sunda Bogor dalam kosakata dan cara penuturannya.[20] Bahkan Bahasa Betawi Parung tercacat dalam karya tertulis, "Bukan Jakarta. Tapi Parung, Madam. Orang Parung tidak persis Betawi, tapi seperti campuran antara Betawi dan Sunda, karena memang Parung terletak di tengah-tengah." (Fira Basuki (2004) dalam novel Rojak halaman 44).[21]

Kosakata

Kosakata dalam bahasa Betawi Parung sangat dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena letak penuturannya yang bersebelahan.[20] Berikut contoh kosakata Betawi Parung;

Bahasa Betawi Parung Bahasa Indonesia
bagén biarkan
kaga/ora/moal/embung tidak
madang/mindo makan
ngéndong menginap
ngobak/ngojay berenang
gua saya
lu kamu
bapét/medit pelit
déwékan sendirian
bangor/badung nakal
ngarét terlambat
awak badan
pentér siang
ontong/ulah jangan
puguh tentu
molor tidur
nyangcang mengikat
congor mulut
jasa/pisan banget
kepincét memencet
mérad pergi
ajer senyum
képét tahi
kudu harus
ngempéd bersadar
ngagul sombong
ngangon mengembala
nyeri sakit
kapiran percuma
menjilanan/jember menjijikan
lanang laki-laki
wadon perempuan
menggerib maghrib
wara-wiri mondar-mandir
kepapagan berpapasan
tai babal nangka muda
kebo kerbau
cebong berudu
embe/bandot kambing
ula ular
ongkoh santai
ngacay ngiler
ngorok mendengkur
gedig/takol pukul
ilok masa
belet/bloon bodoh
bangkot tua
cucurakan makan bersama
mendek/nyumput bersembunyi
gawéan pekerjaan
nyekel memegang
angot kambuh
kukuban berselimut
péngkor/péncot pincang
mengkel matang
bendo golok
lénjéh ganjen
beleguran meriam bambu
ngibrit lari kencang
lémbo lemas/lambat
entong anak laki-laki
enéng anak perempuan
andénya habisnya
mérad pergi
ngedumel cemberut
géték/érétan rakit
lipen/gincu lipstik
gableg punya
ngetug berjalan kaki
wayahnya waktunya
ngucur mengalir
Wilayah penuturan
 
Peta bahasa di Kecamatan Parung.
 
Peta bahasa di Kecamatan Gunungsindur.

Bahasa Betawi Parung dituturkan di wilayah Kabupaten Bogor bagian utara, umumnya di wilayah Parung dan sekitarnya. Di Kecamatan Parung, bahasa Betawi Parung dituturkan oleh mayoritas penduduknya kecuali di beberapa desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Ciseeng sebagian kecil masyarakat berbahasa Sunda. Di Kecamatan Ciseeng, bahasa Betawi Parung umumnya hanya dituturkan di wilayah Desa Ciseeng dan Desa Parigi Mekar sedangkan di desa lainnya mayoritas penduduk menuturkan bahasa Sunda. Di Kecamatan Gunungsindur, bahasa Betawi Parung dituturkan dihampir seluruh desa, kecuali di Desa Gunungsindur dan Desa Jampang yang mayoritas penduduknya berbahasa Sunda.[22] Sedangkan di Kecamatan Kemang, Bahasa Betawi Parung umumnya hanya dituturkan dibeberapa desa yang berbatasan dengan Kecamatan Parung sementara desa lainnya mayoritas menuturkan bahasa Sunda.[23]

Contoh kalimat

Betawi Tengahan: "Encing, mo pegi ke mané?" Bahasa Indonesia: : "Paman, mau pergi ke mana?"

Betawi Pinggiran: "Anaknyah kekirig ketakutan lantaran ngiat kukuk-beluk menclok di pu'unan." Bahasa Indonesia: : "Anaknya merinding ketakutan karena melihat burung hantu hinggap di atas pohon"

Betawi Pinggiran: "Baé'-baé' yak kalu ngeliwatin kalenan, udahan mah nyeblok pisan 'karang." Bahasa Indonesia: : "Hati-hati ketika melewati pematang sawah, tanahnya sangat berlumpur sekarang. (karena habis hujan, dll.)"

Betawi Pinggiran: "Ontong molor baé ngapa tong, ilokan molor baé saban ari." Bahasa Indonesia: : "Jangan tidur terus nak, masa iya tidur saja sepanjang hari."

Perbandingan dialek

Betawi Ora umumnya dituturkan di daerah sekitaran Jakarta, seperti Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi (bagian utara dan barat), Kabupaten Bogor (bagian utara; khususnya Parung dan sekitarnya), Kota Bogor (bagian utara), Kabupaten Tangerang (bagian utara dan timur), Kota Tangerang, dan Kota Depok.[9] Tidak seperti Betawi Tengahan yang mengganti akhiran fonem /a/ menjadi /ɛ/ [è], dalam Betawi Ora' tetap menjadi /a/ (kadang dengan pemberhentian glotal), dan sering pula menekan menjadi [ah], seperti pada contoh; saya > sayah, siapa > sapah, mengapa > ngapah dan ada > ada', kata > kata', dan iya > iya'.

Contoh kalimat dalam Betawi Udik:

"Sumbrah bet romannyah, tengari-ngari ginih madang di tengah kebon, nasi timpalannya sayur asem 'ama ikan témbang, lalabnya pucuk putat."

"Nikmat sekali rasanya, siang hari seperti ini makan di tengah kebun, dengan nasi berlauk sayur asam dan ikan tembang, juga lalap pucuk daun putat "

"Kalu dah mula'in musim durén, resep pisan dah orang pada maén dulu-dulu'an dari bedug subuh udah nglayab baé' ke kebon pada nuturin karuk durén."

"Kalau sedang musim durian, seru sekali rasanya orang berlomba-lomba dari subuh sudah berkeliaran ke kebun untuk memungut bunga durian."

"Ètt dah, kunyungan tetrekèlan baé' si lu, mangkanyah kalo orang-tua ngomong tuh diwaro'in, jatoh kan lu dari pu'unan ."

"Astaga, sudah dibilangi kau malah main panjat pohon, makanya jika orang tua menasehati indahkanlah nasehat tersebut, alhasil jatuhlah kau dari pohon itu."

Tokoh pengguna

Tokoh-tokoh pengguna bahasa Betawi modern:

  • Firman Muntaco, yang terkenal dengan cerpen/artikel di koran tahun 1960an s.d. 1980an
  • Ganes TH., yang terkenal dengan komik "Si-Jampang: Jago Betawi" yang isinya berbahasa betawi, tahun 1965an
  • Benyamin Sueb, yang terkenal memainkan film-film yang bergenre "bahasa Betawi", tahun 1970an
  • Sjumandjaja, yang terkenal sebagai sutradara film "Si Doel: Anak Betawi", tahun 1970an
  • Mandra, komedian dan artis film Indonesia

Acara televisi

Acara televisi yang menggunakan bahasa Betawi dalam acaranya ialah;

Catatan

Bacaan lebih lanjut

  • S. Wallace (1976). Linguistic and Social Dimensions of Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation, Cornell University.
  • Klarijn Loven (2009). Watching Si Doel: Television, Language and Cultural Identity in Contemporary Indonesia, 477 halaman, ISBN 90-6718-279-6. Penerbit: The KITLV/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies at Leiden.
  • Lilie M. Roosman (April 2006). Lilie Roosman: Phonetic experiments on the word and sentence prosody of Betawi Malay and Toba Batak, Penerbit: Universiteit Leiden

Buku-buku yang menjadi pastokan "Sastra Betawi" adalah:

Referensi

  1. ^ a b Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Betawi". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  2. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  3. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  4. ^ "Bahasa Betawi". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  5. ^ "Mrk 1:9-11 - Tafsiran/Catatan - Alkitab SABDA". alkitab.sabda.org. Diakses tanggal 9 Oktober 2023. 
  6. ^ Chaer, Abdul. Folklor Betawi: kebudayaan & kehidupan orang Betawi. ISBN 9786029625691. OCLC 843021310. 
  7. ^ Nothofer, Bernd (1995-06). "The History of Jakarta Malay". Oceanic Linguistics. 34 (1): 86. doi:10.2307/3623113. ISSN 0029-8115. 
  8. ^ a b Chaer, Abdul (2012). Folklor Betawi: kebudayaan & kehidupan orang Betawi (edisi ke-Cetakan pertama). Beji Timur, Depok. ISBN 978-602-96256-9-1. OCLC 843021310. 
  9. ^ a b c Chaer, Abdul (2009). Kamus dialek Jakarta. Abdul Chaer (edisi ke-Ed. rev). Depok: Masup Jakarta. ISBN 978-979-15706-7-1. OCLC 437055594. 
  10. ^ a b "Dialek Bahasa Betawi". kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  11. ^ "Bahasa Betawi - Warisan Budaya Indonesia". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  12. ^ "Sejarah Dialek Betawi Ora". mesiyartimunir.wordpress.com. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  13. ^ (kontributor), Ade Ridwan Yandwiputra (2019-05-04). Sugiharto, Jobpie, ed. "Kamus Pertama Orang Depok Diterbitkan". Tempo.co. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  14. ^ Gumilar, Gugum Rachmat (2016-05-09). "Budaya Berbeda di Seberang Jalan". Pikiran-Rakyat.com. Diakses tanggal 29 Maret 2022. 
  15. ^ https://kantorbahasabanten.kemdikbud.go.id/?p=1520
  16. ^ https://www.bantennews.co.id/bantenesia/tangerang-satu-wilayah-dengan-3-dialeg-bahasa/
  17. ^ https://megapolitan.okezone.com/amp/2021/02/11/338/2360163/tionghoa-benteng-yang-mahir-bahasa-sunda-dan-betawi
  18. ^ https://himapakosambi.wordpress.com/bahasa-betawi-kosambi-tangerang/
  19. ^ https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/seputar-banten/amp/pr-591477979/uniknya-banten-satu-wilayah-dengan-tiga-bahasa-daerah
  20. ^ a b "Beraneka Ragam Kebudayaan Kecamatan Parung". www.kompasiana.com. Diakses tanggal 16 Juni 2022. 
  21. ^ "Parung". educalingo.com. Diakses tanggal 16 Juni 2022. 
  22. ^ Joe King (19 Juli 2022). "Demographics of Gunungsindur District - Bogor Regency". historicaly.websites.co.in (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 19 Juli 2022. 
  23. ^ "Ciri Khas Bogor". Diakses tanggal 16 Juni 2022. 

Pranala luar