Bandar Udara Banyuwangi

bandar udara di Indonesia
Revisi sejak 12 Oktober 2024 07.12 oleh Mohd Zaenuri (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWXICAO: WADY) (Kode sebelumnya: WARB) dan juga diketahui sebelumnya sebagai Bandar Udara Blimbingsari, terletak di Desa Blimbingsari, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Bandara dengan landas pacu 2.500 meter dan lebar 45 meter ini dibuka pada 29 Desember 2010. Bandara ini diklaim sebagai bandara hijau pertama di Indonesia.[4]

Bandar Udara Banyuwangi

Banyuwangi Airport
Informasi
JenisPublik
Pemilik/PengelolaInjourney
MelayaniKabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Pulau Jawa, Indonesia
Zona waktuWIB (UTC+07:00)
Ketinggian dpl36,6 mdpl
Koordinat08°18′36″S 114°20′25″E / 8.31000°S 114.34028°E / -8.31000; 114.34028
Peta
BWX/WADY di Kabupaten Banyuwangi
BWX/WADY
BWX/WADY
BWX/WADY di Jawa
BWX/WADY
BWX/WADY
Lokasi di Jawa
BWX/WADY di Indonesia
BWX/WADY
BWX/WADY
Lokasi di Indonesia
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
m kaki
08/26[1] 2,360 8 Aspal
Statistik (2018)
Penumpang366,000[2]
Pergerakan pesawat4,782[2]
Sumber: STV[3]

Sejarah

Keberadaan Bandar udara Internasional Banyuwangi saat ini adalah merupakan buah gagasan dari Bupati Banyuwangi Purnomo Sidik (1991-2000) diperiode akhir masa jabatanya pada saat itu. Sebenarnya rencana awal lokasi pembangunan bandara Banyuwangi ini adalah di kecamatan Glenmore dibekas lokasi Lapangan terbang Blambangan. Lapangan terbang Blambangan itu sendiri adalah sebuah lapangan terbang pertanian yang dibangun pada dekade 1970an yang hanya digunakan untuk kegiatan pertanian yang salah satunya adalah digunakan sebagai landasan pesawat capung untuk menyemprot pestisida guna memberantas serangan hama wereng yang terjadi pada waktu itu.

Pada saat itu anggaran untuk proyek pembangunan bandara baru tersebut sudah disiapkan bahkan material bangunan sudah sempat dikirim menuju lokasi di Glenmore namun proyek itu urung terlaksana karena bupati Purnomo Sidik mengundurkan dari jabatannya karena dianggap tidak mampu menyelesaikan peristiwa pembunuhan orang-orang yang diduga dukun santet pada pertengahan tahun 1998 yang dikenal dengan peristiwa Pembantaian Banyuwangi 1998 yang terjadi waktu itu. Rencana pembangunan seterusnya dilanjutkan pada masa kepemimpinan Bupati penggantinya yaitu Samsul Hadi. Namun setelah melalui tahap kajian lebih lanjut ternyata lokasi bekas lapangan terbang Blambangan di Kecamatan Glenmore tersebut tidak layak untuk dijadikan bandar udara karena topografi wilayah kecamatan Glenmore yang bergunung-gunung. Kemudian, melalui keputusan menteri (Kepmen) nomor 49 tahun 2003, ditentukanlah lahan untuk pembangunan bandara yang baru yaitu berada di wilayah Desa Blimbingsari yang pada saat itu masih menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Rogojampi.[5]

Pembangunan bandara dilokasi baru ini memakan waktu bertahun-tahun karena proses pembebasan lahan yang tak kunjung selesai. Dalam perihal pembebasan lahan ini dua bupati Banyuwangi terjerat dalam kasus korupsi penggelembungan harga tanah pembebasan lahan yang merugikan negara sejumlah Rp 40,99 miliar. Dua bupati tersebut adalah Bupati Samsul Hadi yang merugikan negara sejumlah Rp 21,23 miliar dan Bupati Ratna Ani Lestari senilai Rp 19,76 miliar.[6] Meski diiringi oleh dua kasus korupsi yang terjadi tetapi pembangunan bandara baru ini tetap berlanjut secara bertahap dalam kurun waktu 2004 hingga 2008 dengan pendanaan yang berasal dari APBN.

Pada tanggal 29 Desember 2008, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal melakukan kunjungan singkat ke Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi dengan didampingi oleh Bupati Ratna Ani Lestari beserta rombongan. Dalam kunjungan ini Menteri Perhubungan merasa optimis bahwa penerbangan di Kabupaten Banyuwangi dapat berkembang pesat dengan adanya bandar udara yang menurutnya cukup bagus dan ideal. Pada 23 Januari 2009, tim dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi. Beberapa waktu kemudian, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengeluarkan surat nomor 167/DBU/II/2009 tertanggal 9 Februari 2009 tentang pemanfaatan Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi yang garis besar isinya adalah bahwa bandara dapat digunakan untuk lepas landas dan mendarat pesawat jenis CASA. Tanggal 26 Desember 2010 dilakukan proving flight (uji kelayakan terbang) pesawat milik PT Sky Aviation oleh Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara sebagai salah satu syarat akan diadakannya penerbangan komersial dengan pesawat tersebut.

Pada tanggal 21 April 2009 bandara ini mulai digunakan oleh Bali International Flight Academy (BIFA) untuk keperluan pelatihan lepas landas dan mendarat bagi para calon pilot. Untuk penerbangan komersial, mulai dibuka pada 29 Desember 2010 oleh maskapai Sky Aviation setelah sebelumnya diadakan uji kelayakan terbang pada 26 Desember 2010 menggunakan pesawat C208 Grand Caravan. Penerbangan ini sekaligus menjadi tanda diresmikannya Bandara Blimbingsari sebagai bandara komersial. Penandatanganan prasasti peresmian dilakukan oleh Wakil Menteri Perhubungan saat itu Bambang Susantono, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Pada tahun 2017 bandara ini berubah nama menjadi Bandar Udara Banyuwangi, melalui surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 830 tahun 2017. Dan pada 22 Desember 2017, bandara ini dialihkan pengelolaannya ke Angkasa Pura II.[7]

Perkembangan

 
Hanggar Sekolah Pilot Banyuwangi (BP3B)

Selain berfungsi sebagai bandara komersial, Bandar Udara Banyuwangi juga digunakan untuk keperluan pendidikan penerbangan. Setelah sebelumnya Bali International Flight Academy (BIFA) menggunakan bandara ini, Kementerian Perhubungan mendirikan Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (LP3B) yang diresmikan pada 23 Desember 2013[8] yang kemudian berubah nama menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi (BP3B) melalui Permenhub RI PM/123/2015 yang sekarang berubah nama lagi menjadi Akademi Penerbang Banyuwangi. Selain dua sekolah penerbangan di atas itu terdapat Mandiri Utama Flight Academy (MUFA).

Perkembangan fasilitas

Pada awal pembangunannya, Bandara Banyuwangi (saat itu masih bernama Bandara Blimbingsari) memiliki panjang landasan 900 m dan lebar 23 m. Kemudian agar dapat dijadikan bandara komersial, landasan diperpanjang hingga 1.400 m dan lebar 30 m di mana pembangunannya dimulai tahun 2008. Dua tahun setelah beroperasi, landasan kembali diperpanjang menjadi 1.800 m dengan ketebalan 27 PCN.[9] Tahun 2015, untuk pengembangan menuju bandara internasional dan agar mampu mengakomodasi pesawat yang lebih besar, landasan kembali diperpanjang menjadi 2.250 meter dengan ketebalan 40 PCN.[10]

Pembangunan terminal hijau

Pada tahun 2015, Pemerintah mulai membangun terminal baru yang lebih besar. Pembangunan terminal baru ini memanfaatkan dana APBD Provinsi Jawa Timur senilai Rp 22,5 miliar dan APBD Kabupaten Banyuwangi senilai Rp 10,5 miliar. Anggaran ini dipergunakan untuk pembangunan terminal, aksesori, elektrikal, musala dan area parkir.[11]

Terminal ini mengusung konsep hijau dan ramah lingkungan. Hal ini ditandai dengan penghawaan udara yang alami, penanaman tanaman di atap terminal, konservasi air dan sunroof untuk pencahayaan alami di siang hari. Selain itu terminal baru ini mengadopsi bentuk ikat kepala khas Suku Osing. Terminal yang didesain oleh Andra Matin ini diresmikan pada 2017.[12]

Perkembangan rute

 
Baliho Penerbangan Garuda Indonesia ke Bandara Banyuwangi

Bandara ini membuka layanan penerbangan komersial dari maskapai Sky Aviation pada tanggal 29 Desember 2010. Pesawat yang digunakan adalah jenis Grand Caravan berkapasitas 9-10 orang dengan rute Banyuwangi-Surabaya.[13] Pada tanggal 25 April 2011, Sky Aviation menambah armada di Bandara Banyuwangi dengan Fokker F50 berkapasitas 48 tempat duduk dan beroperasi di rute yang sama.[13] Sky Aviation lalu menghentikan operasional rute ini pada 20 Oktober 2011 karena kalah bersaing dengan maskapai lain yang ada di Bandara Banyuwangi.[14]

Merpati Nusantara Airlines sempat membuka rute Bandung-Semarang-Surabaya-Banyuwangi menggunakan pesawat MA60 berkapasitas 56 penumpang. Rute pulang pergi ini diresmikan 24 Agustus 2011, dihadiri oleh Bupati Abdullah Azwar Anas, Direktur Niaga PT Merpati Nusantara Airlines Tonny Aulia Achmad, perwakilan Kemenhub dan Forkopimda Banyuwangi.[15] Rute ini ditutup 9 April 2013 karena masalah keuangan yang membelit perusahaan tersebut.[16]

Pada Mei 2014, Garuda Indonesia melalui sub-brand Explore Jet membuka rute Surabaya-Banyuwangi-Denpasar menggunakan pesawat ATR 72-600 dan Bombardier CRJ1000 NextGen[17]

Pada Mei 2014, Garuda Indonesia melalui sub-brand Explore Jet membuka rute Surabaya-Banyuwangi-Denpasar menggunakan pesawat ATR 72-600[17]

Mulai tahun 2017, diusahakan pembukaan rute langsung Jakarta Soekarno-Hatta ke Banyuwangi. Rute ini pertama kali diisi oleh maskapai NAM Air pada 16 Juni 2017 menggunakan pesawat Boeing 737-500 berkapasitas 150 tempat duduk. Dalam persemian ini dihadiri oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Presiden Direktur Sriwijaya Group Chandra Lie.[18] Lalu, Garuda Indonesia juga mengisi rute ini pada 8 September 2017 menggunakan pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen.[19] Maskapai Citilink membuka penerbangan rute ini pada 15 Februari 2018 yang melayani penerbangan 2 kali sehari menggunakan Boeing 737-500[20] dan kemudian menggunakan Airbus A320 pada 9 Agustus 2018[21]

Pada Desember 2018, Bandar Udara Banyuwangi secara resmi melakukan penerbangan perdana rute internasional yakni Banyuwangi - Kuala Lumpur (Malaysia) dan sebaliknya.[22]

Dalam perjalanannya hingga saat ini, dalam catatan PT Angkasa Pura II (Persero) jumlah penumpang yang datang dan pergi dari bandara ini selama 2018 mencapai 366.155 penumpang, lebih banyak dari tahun 2017 sebanyak 190.369 penumpang. Sementara maskapai yang melayani penerbangan antara lain Batik Air, Citilink, Nam Air, Garuda Indonesia dan Wings Air.[23]

Transportasi dari dan ke Bandara

Bus DAMRI tersedia dari bandara menuju Kota Banyuwangi atau menuju ke Pelabuhan Ketapang dan Stasiun Banyuwangi Baru. Selain itu terdapat Taksi Bosowa dan Taksi Ramayana untuk transportasi dari dan ke bandara.

Selain itu juga terdapat Layanan Kereta Api Indonesia dengan stasiun pemberhentian terdekat dari Bandara Banyuwangi yaitu Stasiun Rogojampi di Kecamatan Rogojampi. Jadwal Kereta Api Indonesia yang melayani antara lain : KA Pandanwangi relasi Jember - Ketapang, berangkat Stasiun Jember Pukul 05:30 WIB tiba stasiun Rogojampi Pukul 07:27. KA Wijayakusuma relasi Cilacap - Ketapang, tiba di stasiun Rogojampi pukul 05:11 WIB. KA Blambangan Ekspres relasi Semarang Tawang - Ketapang, tiba di stasiun Rogojampi pukul 04:10 WIB. KA Probowangi relasi Surabaya Gubeng - Ketapang, tiba di stasiun Rogojampi pukul 11:54 WIB. Serta KA Sritanjung, KA Tawangalun jadwalnya bisa di cek pada aplikasi KAI Access. Tentu semua menyesuaikan pada keberangkatan pesawat jika menggunakan transportasi kereta api untuk ke Bandara Banyuwangi. Sesampai di stasiun Rogojampi ke Bandara Banyuwangi bisa menggunakan transportasi lokal yang ada.

Insiden

  • Pada 16 Januari 2017, pesawat Cessna 172 bernomor registrasi PK-MUA milik Mandiri Utama Flight School (MUFA) yang diawaki seorang siswi penerbang bernama Regina Marthalia, terbakar setelah sayap pesawat membentur landasan pacu. Regina selamat setelah berhasil keluar sebelum api menghanguskan seluruh badan pesawat.[24]

Maskapai penerbangan dan tujuan

MaskapaiTujuan
CitilinkJakarta–Soekarno–Hatta
Super Air JetJakarta–Soekarno–Hatta

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ :: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara ::
  2. ^ a b Fanani, Ardian (5 January 2019). "Bandara Banyuwangi Layani 366.000 Penumpang, Naik 92%". detikfinance. Diakses tanggal 26 May 2019. 
  3. ^ Informasi bandara Blimbingsari Airport di situs web Search (for) Travel.
  4. ^ Inilah Tampilan Bandara Hijau Blimbingsari Banyuwangi
  5. ^ Lapangan Terbang Glenmore Riwayatmu Kini. kumparan.com. Diakses tanggal 21/07/2019
  6. ^ Bupati Banyuwangi Jadi Tersangka Korupsi Diarsipkan 2018-08-15 di Wayback Machine.. tempo.co. Diakses tanggal 21/07/2019
  7. ^ Bandara Banyuwangi resmi dikelola PT Angkasa Pura II. detik.com. Diakses tanggal 21/07/2019
  8. ^ Sekolah Pilot Negeri Banyuwangi Diresmikan diakses 15 Agustus 2018 15.06
  9. ^ Begini Tampilan 'Jeroan' Green Bandara Blimbingsari Banyuwangi diakses 15 Agustus 2018 22.22
  10. ^ Landasan Pacu Bandara Banyuwangi Diperkuat diakses 15 Agustus 2018 22.24
  11. ^ Rp 33 Miliar untuk Pembangunan Terminal Bandara Banyuwangi Diarsipkan 2018-08-15 di Wayback Machine. diakses 15 Agustus 2018 16.43
  12. ^ Pembangunan Terminal Baru Bandara Blimbingsari Tak Pakai Dana APBN[pranala nonaktif permanen] diakses 15 Agustus 2018 15.06
  13. ^ a b Sky Aviation Tambah 5 Pesawat Fokker 50 diakses 15 Agustus 2018, 14.14
  14. ^ Sepi Penumpang, Sky Aviation Tutup Rute Banyuwangi diakses 15 Agustus 2018, 14.15
  15. ^ Merpati Airlines Terbang Perdana di Bandara Banyuwangi diakses 15 Agustus 2018, 14.11 WIB
  16. ^ Merpati Stop Terbang ke Banyuwangi hingga Mei Diarsipkan 2018-08-15 di Wayback Machine. diakses 15 Agustus 2018, 14.11 WIB
  17. ^ a b Garuda Indonesia Buka Tiga Rute Penerbangan di Indonesia Timur
  18. ^ Menpar Ikut Penerbangan Perdana NAM Air Jakarta-Banyuwangi oleh Ira Rachmawati, diakses 15 Agustus 2018 14.42 WIB
  19. ^ Sah! Garuda Resmi Terbangi Rute Jakarta-Banyuwangi oleh Putri Akmal, diakses 15 Agustus 2018 14.46
  20. ^ Rute Citilink Banyuwangi Diarsipkan 2018-08-15 di Wayback Machine. diakses 15 Agustus 2018 14.49
  21. ^ Citilink layani rute Banyuwangi dengan pesawat Airbus A320 oleh Harwanto Bimo Pratomo, diakses 15 Agustus 2018 14.52 WIB
  22. ^ Haorrahman (2018-12-19). "Diiringi Doa 300 Anak Yatim, Bandara Banyuwangi Resmi Layani Rute Internasional". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2019-02-18. 
  23. ^ Fanani, Ardian (2019-01-05). "Bandara Banyuwangi Layani 366.000 Penumpang, Naik 92%". detikcom. Diakses tanggal 2019-07-19. 
  24. ^ Asal Api dari Benturan Sayap

Pranala luar