Muhammad Ma'shum

Sufi Mujaddid Mursyid Naqsyabandiyah
Revisi sejak 9 November 2024 00.43 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (merapikan isi artikel)

Muhammad Ma'shum As-Sirhidi merupakan salah satu tokoh sufi dalam tarekat Naqsyabandiyah. Ia meneruskan paham sufi dari ayahnya yaitu Ahmad Sirhindi.

Muhammad Ma'shum
Kaligrafi Syekh Muhammad Ma'shum
NisbahMujaddid
KebangsaanIndia

Masa muda

Muhammad Ma’sum adalah seorang Ulama' Sufi dengan sebutan Jubah Allah (‘Urwat il Wuthqa), pembimbing shaleh yang mengkombinasikan dalam dirinya syariat dan realitas (haqiqat). Beliau memperlihatkan perbedaan antara ketidakperdulian dan bimbingan sejati. Muhammad Ma’sum q.s dilahirkan pada tahun 1007 H dan dibimbing oleh sang Ayah dari pengetahuan Khusus Auliya.

Beliau duduk diatas singgasana para pembimbing dalam Tarekat Naqsyabandi setelah Ayahnya meninggal dan waktu itu beliau berusia 26 Tahun. Setelahnya, beliaupun menjadi terkenal dimana-mana. Namanya akrab dilidah semua orang dan para raja mengetahui kebesaran seorang Muhammad Al Masum pada zamannya. Orang-orang yang selalu berkumpul mengelilingi beliau berasal dari berbagai penjuru dunia.

Beliau telah menjadi wali sejak masih kanak-kanan dan tidak pernah menyusu selama siang hari bulan Ramadhan. Di usia 3 tahun, beliau berbicara mengenai pengetahuan penyatuan dengan berkata “sayalah bumi, sayalah langit, saya Tuhan saya begini, saya begitu.” Mempunyai kemampuan menghafal AL Qur’an dalam waktu 3 bulan diusia 6 tahun.

Beliau berusaha mempelajari pengetahuan sejati melalui hati, shariat dan haqiqat. Dan memperoleh posisi tinggi dalam pengetahuan tersebut. Beliau juga dipertimbangkan menjadi awliya terbesar pada zamannya diusia yang ke 17 tahun. Muhammad Al Masum sangat menjunjung kebenaran dalam semua keputusan-keputusan resmi (fatwa) juga mau menerima pembaharuan-pembaharuan dan memberi berbagai izin.

Karya Kitab

Akhir Hidup

Beliau meninggal dunia pada tahun 1099 H/ 1688 M dan dimakamkan di kota Sirhindi, India.

Pranala luar