Israf

membelanjakan harta kekayaan melebihi kebutuhan yang semestinya

Israf (bahasa Arab: إسراف, translit. Isrāf) adalah istilah dalam bahasa Arab yang mengacu pada perilaku berlebihan atau pemborosan, terutama dalam penggunaan harta, waktu, atau sumber daya lainnya. Konsep ini sering disebutkan dalam konteks etika Islam dan memiliki implikasi moral dan sosial yang mendalam. Menurut ajaran Islam, israf dipandang sebagai tindakan yang tidak terpuji dan dianggap bertentangan dengan prinsip moderasi atau keseimbangan (bahasa Arab: اعتدال, translit. i'tidāl), yang menjadi nilai inti dalam kehidupan seorang Muslim.[1][2][3]

Etimologi

Secara etimologi, kata "Israf" berasal dari bahasa Arab "asrofa-yusrifu-isroofan," yang berarti bersuka ria sampai melewati batas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "melampaui batas (berlebihan)" diartikan sebagai melakukan tindakan di luar wewenang yang telah ditentukan berdasarkan aturan atau nilai tertentu yang berlaku.[4]

Dalam Islam, israf dianggap sebagai sikap jiwa yang buruk, karena dapat menimbulkan mafsadah (kerusakan) dan menyimpang dari ajaran kebijaksanaan dalam penggunaan sumber daya yang Allah berikan. Oleh karena itu, umat Muslim diajarkan untuk menjalani kehidupan dengan sikap moderat dan bijaksana dalam menggunakan harta dan sumber daya yang dimiliki, agar mencapai keseimbangan dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat mencakup berbagai aspek kehidupan yang lain, mulai dari penggunaan harta, makanan, waktu, hingga kekuasaan. [5]Konsep ini berkaitan erat dengan ajaran Islam mengenai tanggung jawab individu terhadap segala sumber daya yang telah diberikan oleh Tuhan, di mana setiap Muslim diharapkan untuk menjaga keseimbangan dan menghindari pemborosan.[4]

penyebutan dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an menyebutkan israf sebagai tindakan yang tidak disukai oleh Allah, karena dianggap sebagai bentuk ketidaksyukuran atas nikmat yang telah diberikan. Salah satu ayat yang menyebutkan israf adalah Surat Al-A’raf ayat 31,[6]

Hai anak Adam (manusia), pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan“.

— [Al-A’raf /7 : 31]

yang memerintahkan manusia untuk tidak berlebihan dalam hal makan dan minum. Dalam Ayat lain Allah telah melarang sikap buruk tersebut, seraya berfirman.:[7]

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (israf) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal“.

— (Al-Isra/17 : 29)

dalam Firmannya yang lain:[8][9]

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan“.

— [Al-Isra/17 : 26-27]

“Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih“.

— [Ibrahim/14 : 7]

Contoh Perilaku Israf

  • Pemborosan dalam penggunaan makanan, di mana makanan terbuang sia-sia sementara banyak orang masih kekurangan gizi.[10]
  • Konsumsi barang-barang mewah secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kebutuhan pokok atau mendukung gaya hidup yang boros.[10]
  • Penggunaan waktu yang tidak produktif, seperti terlalu banyak menghabiskan waktu untuk hiburan yang berlebihan.[10]
  • Pemakaian sumber daya alam yang tidak berkelanjutan, seperti penggunaan air atau listrik yang berlebihan.[10]

Dampak

Israf tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Perilaku israf dapat menyebabkan ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan kemiskinan. Di masyarakat, perilaku boros atau tidak bijaksana dalam menggunakan sumber daya dapat menimbulkan dampak negatif pada ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu, ajaran Islam mengedepankan pentingnya keseimbangan dan pengelolaan yang bijaksana sebagai bentuk tanggung jawab sosial.[11]

Upaya Mencegah Israf

Islam menganjurkan setiap Muslim untuk menghindari perilaku israf dengan cara mengembangkan sikap hemat dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan. Selain itu, ajaran Islam juga menggarisbawahi pentingnya dermawan, di mana seseorang dianjurkan untuk membantu orang lain, terutama mereka yang membutuhkan, sebagai cara untuk menghindari pemborosan sumber daya dan menebarkan manfaat.[11]

Lihat Juga

Referensi

  1. ^ Lintang, Christavianca. "Apa Itu Israf? Ini Pengertian, Contoh dan Bahayanya". detikhikmah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-11-14. 
  2. ^ Liputan6.com (2023-07-21). "Israf adalah Perilaku Berlebihan yang Harus Dihindari, Ketahui Contoh dan Bahayanya". liputan6.com. Diakses tanggal 2024-11-14. 
  3. ^ developer, medcom id (2023-10-19). "Israf Adalah: Pengertian, Contoh dan Bahayanya". medcom.id. Diakses tanggal 2024-11-14. 
  4. ^ a b "Kanwil DJKN Kalimantan Barat ikut menghadiri kegiatan Kajian Bada Zuhur Kemenkeu Satu". kemenkeu.go.id. Diakses tanggal 2024-11-15. 
  5. ^ "Apa itu Israf? Berikut Pengertian, Bentuk, Contoh, dan Cara Menghindarinya - Tribunnews.com". m.tribunnews.com. Diakses tanggal 2024-11-14. 
  6. ^ tvOneNews.com (2024-07-29). "Allah SWT Melarang HambaNya Makan Berlebihan, Surah Al A'raf Ayat 31". www.tvonenews.com. Diakses tanggal 2024-11-14. 
  7. ^ "Tafsir Surat Al-Isra' Ayat 29". detikhikmah. Diakses tanggal 2024-11-14. 
  8. ^ Fitrah, Indah. "Tafsir Surah Al-Isra Ayat 27: Pemboros Adalah Saudara Setan". detikhikmah. Diakses tanggal 2024-11-14. 
  9. ^ Hawari, Hanif. "Surat Ibrahim Ayat 7: Janji Allah pada Hamba yang Bersyukur". detikhikmah. Diakses tanggal 2024-11-14. 
  10. ^ a b c d Nahor, T. Banjar (2023-02-16). "Peran Hukum Kesehatan Dalam Perlindungan Terhadap Penggunaan Gawai yang Berlebihan". Justice Voice. 1 (2): 103–115. doi:10.37893/jv.v1i2.206. ISSN 2715-243X. 
  11. ^ a b Syaifuddin, Syaifuddin (2018-12-25). "ISRAF DAN PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI PENCEGAHNYA". At-Ta'lim : Media Informasi Pendidikan Islam. 17 (2): 241. doi:10.29300/attalim.v17i2.1415. ISSN 2621-1955.