Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat. Senyawa bronkolidator dapat tersedia secara alami dari dalam tubuh, maupun didapat melalui asupan obat-obatan dari luar.

Sebuah Inhaler Dosis Terukur umum yang mengandung senyawa bronkodilator

Bronkolidator mengandung agonis reseptor beta-2 adrenergik yang dapat mengurangi gejala serangan asma yang muncul tiba-tiba (bronkokonstriksi akut). Umumnya bronkolidator tersedia dalam bentuk inhaler atau obat semprot terdosis yang disemprotkan secara oral melalui mulut dan langsung menuju ke jalur pernapasan, seperti berotec yang umum tersedia di Indonesia, tetapi juga tersedia dalam bentuk tablet seperti salbutamol (albuterol). Penggunaan bronkolidator inhaler dalam pengobatan penyakit asma lebih aman dibandingkan dengan obat telan, disebabkan obat telan harus melalui sistem peredaran darah terlebih dahulu sebelum mencapai paru-paru penderita, dan meninggalkan residu kimia yang dapat merusak hati pada penggunaan jangka panjang.

Agonis β2-adrenergik kerja pendek

Agonis β2-adrenergik kerja panjang

Antikolinergik

Lainnya

Tersedia dalam bentuk oral dan injeksi, teofilin adalah bronkodilator kerja panjang yang mencegah serangan asma. Obat ini termasuk dalam golongan kimia metilksantin (bersama dengan kafein). Obat ini diresepkan untuk kasus asma berat atau yang sulit dikendalikan. Obat ini harus diminum 1–4 kali sehari, dan dosisnya tidak boleh terlewat. Tes darah diperlukan untuk memantau terapi dan untuk menunjukkan kapan penyesuaian dosis diperlukan. Efek sampingnya dapat meliputi mual, muntah, diare, mulas, sakit kepala, detak jantung cepat atau tidak teratur, kram otot, perasaan gugup atau gelisah, dan hiperaktif. Gejala-gejala ini dapat menandakan perlunya penyesuaian pengobatan. Obat ini dapat memicu refluks asam, yang juga dikenal sebagai GERD, dengan merelaksasi otot sfingter esofagus bagian bawah. Beberapa obat, seperti obat kejang dan tukak lambung serta antibiotik yang mengandung eritromisin, dapat mengganggu cara kerja teofilin. Kopi, teh, kola, merokok, dan penyakit akibat virus semuanya dapat memengaruhi kerja teofilin dan mengubah efektivitasnya. Seorang dokter harus memantau tingkat dosis untuk memenuhi profil dan kebutuhan setiap pasien.

Selain itu, beberapa obat psikostimulan yang memiliki cara kerja seperti amfetamin, seperti amfetamin itu sendiri,[6] metamfetamin, dan kokain,[7] memiliki efek bronkodilatasi dan sering digunakan untuk asma karena kurangnya agonis β2-adrenergik yang efektif untuk digunakan sebagai bronkodilator, tetapi sekarang jarang, jikapun pernah digunakan secara medis untuk efek bronkodilatasinya.

Karbon dioksida dalam bentuk gas juga merelaksasi otot saluran napas: hipokapnia yang disebabkan oleh hiperventilasi yang disengaja meningkatkan resistensi pernapasan sementara hiperkapnia yang disebabkan oleh inhalasi karbon dioksida menguranginya;[8] namun, efek bronkodilatasi dari inhalasi karbon dioksida ini hanya berlangsung selama 4 hingga 5 menit.[9] Meskipun demikian, pengamatan ini telah mengilhami pengembangan S-1226, udara yang diperkaya karbon dioksida yang diformulasikan dengan perflubron yang dinebulisasi.[10]

Bronkodilator umum

Bronkodilator dibagi menjadi kelompok kerja pendek dan kerja panjang. Bronkodilator kerja pendek digunakan untuk meredakan bronkokonstriksi, sedangkan bronkodilator kerja panjang terutama digunakan untuk pencegahan.

Bronkodilator kerja pendek meliputi:

Bronkodilator kerja panjang meliputi:

Lihat pula

Referensi

Pranala luar