Jurnalisme pacuan kuda
Jurnalisme pacuan kuda adalah jurnalisme yang membingkai pemilu tak ubahnya liputan pacuan kuda (horse race coverage).[1][2] Dalam pacuan kuda, seekor kuda bukan dinilai berdasarkan kecepatan atau keterampilan absolutnya, tetapi didasarkan atas perbandingan dengan kuda lainnya, terutama berdasarkan kemenangan dan kerugian.[2]
Dalam jurnalisme pacuan kuda, media menghadirkan liputan aksi saling serang secara verbal di antara pendukung masing-masing kontestan untuk meramaikan perlombaan. Liputan ini tak ubahnya sedang menonton pacuan kuda.[1] Media mereduksi kompleksitas persoalan dalam kontestasi politik hanya menjadi siapa yang menjadi pihak yang menang dan siapa pula sosok yang bakal menjelma sebagai pecundang.[3]
Walau jurnalisme pacuan kuda banyak dikritik, tetapi pemberitaan jenis ini dianggap tidak akan berkurang bahkan semakin meningkat.[4]
Efek negatif jurnalisme pacuan kuda
Sepintas, jurnalisme pacuan kuda terlihat menarik karena menghadirkan politik yang riuh dan melibatkan masing-masing pendukung. Terlepas dari itu semua, jurnalisme pacuan kuda menyimpan masalah antara lain:
Memperuncing konflik
Jurnalisme pacuan kuda akan berpotensi memperuncing konflik di antara masing-masing pendukung.[1]
Depolitisasi
Selain itu, jurnalisme pacuan kuda dianggap merendahkan politik dan menyebabkan warga negara menjadi sinis dan kurang percaya pada politisi; setidaknya pada tingkat tertentu atau untuk individu tertentu.[5] Jurnalisme pacuan kuda menjadikan masyarakat mengalami depolitisasi. Hal ini karena masyarakat dijauhkan dari kompleksitas politik yang seharusnya ditangani secara serius. Penampilan fisik calon, luapan kedangkalan retorika, dan tata busana para kandidat memang lebih mempesona daripada sekian banyak visi, misi, dan program-program.[3]
Ketidak percayaan terhadap media
Jurnalisme pacuan kuda yang diikuti dengan lembaga survei opini publik yang hanya mengejar efek bandwagon hanya akan melahirkan ketidak percayaan masyarakat terhadap media. Peneliti media dari Harvard Kennedy School, Thomas E.Patterson telah mengingatkan bahwa media berita hanya akan mengecewakan pemirsanya jika memprioritaskan hasil jajak pendapat dan strategi kampanye dibandingkan diskusi tentang kualifikasi kandidat, gaya kepemimpinan, dan posisi kebijakan.[4]
Jurnalisme pacuan kuda di Pemilu Indonesia
Jurnalisme pacuan kuda terjadi di semua liputan Pemilu baik pemilihan anggota legislatif (Pileg), pemilihan presiden (Pilpres), maupun pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Pemilu 2019
Pada Pemilu 2019, Dewan Pers mengingatkan media agar menghindari jurnalisme pacuan kuda yang hanya fokus terhadap polling data, persepsi publik terhadap suatu kebijakan seorang kandidat dan persaingan serta perbedaan seorang kandidat dengan kandidat yang lainnya.[6]
Pemilu 2024
Pada Pemilu 2024, jurnalisme pacuan kuda terlihat pada sejumlah pemberitaan antara lain: Survei Indikator: Prabowo-Gibran Unggul “Head to Head” Lawan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud (Kompas.com, 19 Januari 2024); Survei CSIS Prabowo-Gibran Unggul di 8 Zona Pemilih, Ini Detailnya (Detik.com, 27 Desember 2023); Survei Indikator Politik: Prabowo-Gibran Unggul 56,2 Persen di Jatim (CNN Indonesia, 1 Februari 2024); Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo-Gibran tembus 54,8 persen (Antara, 10 Februari 2024); dan, Quick Count PRC Sudah 100%, Prabowo-Gibran Unggul 59,22% (CNBC Indonesia, 18 Februari 2024).[3]
Catatan Kaki
- ^ a b c Wijayanto 26 April 2019.
- ^ a b Broh 1980.
- ^ a b c Lukmantoro 2024.
- ^ a b Marie Ordway 2023.
- ^ Banducci 2014.
- ^ Pradana 2018.
Daftar Pustaka
- Banducci; Hanretty, Chris (2014). "Comparative determinants of horse-race coverage". European Political Science Review: 621–640. doi:10.1017/S1755773913000271.
- Broh (1980). "Horse-Race Journalism: Reporting the Polls in the 1976 Presidential Election". The Public Opinion Quarterly. 44 (4): 514–529. Diakses tanggal 15 Desember 2024.
- Lukmantoro, Triyono (28 November 2024). "Membaca Jurnalisme Pacuan Kuda". Jaring. Diakses tanggal 15 Desember 2024.
- Marie Ordway, Denise (12 Oktober 2023). "'Horse race' coverage of elections: What to avoid and how to get it right". The Journalist Resource. Diakses tanggal 15 Desember 2024.
- Pradana, Pawitra Huda (27 November 2018). "Dewan Pers: Jangan Ikut-Ikutan Jurnalisme Pacuan Kuda". Jatim Times. Diakses tanggal 15 Desember 2024.
- Wijayanto (26 April 2019). "Jurnalisme Pacuan Kuda". Tempo. Diakses tanggal 15 Desember 2024.