Ketakutan Merah Kedua
- Artikel ini spesifik membahas ketakutan tidak logis Bangsa Amerika Serikat terhadap komunisme pada era 1940-1950an. Untuk secara garis besar, silakan buka artikel Ketakutan Merah
Ketakutan merah kedua, atau dalam Bahasa Inggrisnya, Second Red Scare adalah ketakutan yang sebenarnya tidak beralasan, akan masuknya pengaruh komunisme ke Amerika Serikat pasca Perang Dunia II. Walau sering disamakan dengan McCarthyisme, sebenarnya Ketakutan Merah Kedua lebih meluas dan mengarah kepada tindakan antisipiasi menularnya komunisme sebagai sebuah ideologi. Ketakutan ini dianut oleh banyak organisasi dam lembaga di Amerika Serikat.
Ini berbeda dengan McCarthyisme yang lebih mengarah kepada represi terhadap individu yang dianggap terlibat dalam penyebaran paham komunisme dan pada ujungnya menjadi tunggangan dan agenda pribadi dari Senator Joseph McCarthy untuk meraih simpati dan popularitas. McCartyisme sendiri adalah bagian kecil dari fenomena Ketakutan Merah Kedua, dan banyak momen lain karena ketakutan ini yang terjadi jauh sebelum McChartyisme jadi popular.
Latar belakang
Setelah Ketakutan Merah Pertama mereda menjelang Perang Dunia II, Amerika Serikat jadi bahu-membahu dengan Uni Soviet untuk mengalahkan negara poros, yaitu Jepang, Jerman, dan Italia. Begitu keduanya keluar sebagai pemenang dan kemudian mendominasi dunia sebagai negara adikuasa, maka persaingan kapitalisme dengan komunisme kembali terjadi. Baik Uni Soviet maupun Amerika Serikat sama-sama membenci dan ketakutan dengan pengaruh ideologinya satu sama lain, yang akhirnya melahirkan era Perang Dingin.
Pada dasarnya, kebencian atas komunisme, memang menguntungkan bagi beberapa politikus Amerika Serikat. Hal ini misalnya terjadi dengan Senator Joseph McCathy, yang awalnya memiliki angka keterpilihan kembali yang buruk. Dia mampu memanfaatkan kebencian terhadap komunisme untuk membuat dirinya terpilih kembali.[1] Pengaruh para politisi inilah yang akhirnya menekan banyak lembaga dan insitusi di Amerika Serikat untuk mengadopsi pandangan anti komunisme dan berujung kepada Ketakutan Merah Kedua.
Revolusi China
Kaum Nasionalis yang dipimpin Sun Yat Sen dan Chiang Kai-shek lebih akrab dengan Amerika Serikat, dibanding Kaum Komunis yang digerakkan Partai Komunis China. Begitu Kaum Nasionalis terdesak ke Taiwan setelah kalah dalam Perang Saudara China, maka kebencian terhadap komunisme semakin menggelora di publik Amerika Serikat, dan ikut mempengaruhi cara kerja berbagai lembaga dan institusi. Walau tidak langsung menyerang Amerika Serikat, namun kemenangan kaum komunis di Chinam dan kemudian disusul kekalahan Amerika Serikat di Korea, menimbulkan ketakutan merebaknya pengaruh komunisme di Asia Timur dan Asia Tenggara. Amerika Serikat sendiri akhirnya menangguhkan hubungan diplomatik dengan China selama beberapa periode.[2]
Kekalahan di Korea
Kekalahan di Korea semakin mempermalukan posisi Amerika Serikat dan menimbulkan kekhawatiran meluasnya pengaruh komunisme, yang semakin mendekat dengan posisi Amerika Serikat di bagian Samudera Pasifik. Korea sendiri merupakan tetangga Jepang, yang menjadi sekutu dekatnya setelah Perang Dunia II usai. Memang Amerika Serikat tidak sepenuhnya kalah di Korea, namun pengorbanan yang didapat terlalu besar dan Korea Utara tetap berhasil berdiri dan menjadi Akrab dengan Uni Soviet. Hal ini sedikit banyak menimbulkan kecaman publik dalam penanganan isu internasional oleh para politisi Amerika Serikat. Hal ini juga menjadi penyebab menguatnya sentimen anti komunisme.[3]
Tertangkapnya mata-mata Uni Soviet
Momen tertangkapnya mata-mata Uni Soviet, salah satunya pasangan Julius dan Ethel Rosenberg, semakin memicu kebencian dan kekhawatiran terhadap komunisme di kalangan publik Amerika Serikat. Rahasia penting, seperti senjata nuklir, radar, sonar, dan jet yang selama ini sudah susah-payah dikembangkan dan dibiayai dengan pajak rakyat, menjadi dengan relatif mudah didapat oleh Uni Soviet. Sekalipun kini mulai ada pemikiran bahwa Ethel Rosenberg tidak sepenuhnya bersalah dan hukuman mati yang diberikan kepada pasangan ini dianggap terlalu kejam, kebencian terhadap komunisme dan Uni Soviet sudah terlanjur merebak.[4]
Perwujudan
Pengaruh ketakutan dan kebencian terhadap komunisme kemudian mempengaruhi berbagai keputusan dan tindakan berbagai lembaga dan institusi di Amerika Serikat. Di luar investigasi individu di DPR yang didorong oleh Joseph McCarthy, Presiden Harry S. Truman sendiri meminta berbagai lembaga untuk memeriksa keterkaitan seluruh abdi negara dengan keanggotaan Partai Komunis dan kemungkinan mereka menganut dan menyebarkan paham komunisme, yang diwujudkan dalam Federal Employee Loyalty Program (FELP). Awalnya Truman yang berasal dari Partai Demokrat keberatan dengan desakan merepresi penganut komunisme, karena hal tersebut bisa merusak kebebasan. Namun karena pengaruh Partai Republik yang makin menguat dalam pemilihan legislatif, dia terpaksa mengabulkannya. Bulan Maret 1949, Truman menandatangani Executive Order 9835, yang secara garis besar memerintahkan “prosedur administrasi untuk membuat program loyalitas di cabang eksekutif pemerintahan.”[5]
Federal Employee Loyalty Program
Executive Order 9835 sebenarnya merupakan jalan tengah yang dipilih Truman agar tidak sepenuhnya merusak kebebasan warga negara. Dia tetap membatasi FBI untuk tidak terlalu jauh menyelidiki keterlibatan setiap warga negara Amerika Serikat dalam penyebaran paham komunisme.
Secara umum, program ini memerintahkan semua lembaga eksekutif di tingkat federal memeriksa dan memastikan pegawainya memiliki loyalitas yang tidak diragukan terhadap Amerika Serikat dan tidak terlibat dalam kegiatan yang merongrong negara atau sistem pemerintahan yang sah. Semua pegawai harus menjalani pemeriksaan latar belakang untuk memastikan bahwa mereka tidak memiliki afiliasi dengan partai atau organisasi yang bertujuan menggulingkan pemerintahan atau mendukung komunisme. Setiap lembaga dan institusi pemerintah diwajibkan untuk membentuk komite loyalitas yang akan menilai afiliasi politik atau kegiatan yang dapat merugikan keamanan nasional. EO 9835 juga memberikan wewenang melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemui pegawai yang diduga terlibat dalam kegiatan subversif. Pegawai yang diinvestigasi bisa membela diri, namun jika terbukti mereka melakukan kegiatan yang membahayakan, maka bisa dilakukan pemutusan hubungan kerja.
Di sisi lain, Truman tetap menekankan bahwa perlindungan hak-hak individu selama proses penyelidikan, sekalipun implementasinya kadang dianggap kontroversial.
Executive Order 9835 membuka jalan bagi figur seperti Senator Joseph McCharty menjalankan investigasinya sendiri dan mendorong terbentuknya gerakan McCarthyisme.
House Un-American Activities Committee
House Un-American Activities Committee, atau lazim disingkat HUAC, adalah komite di DPR yang melakukan investigasi terhadap individu atau bahkan sekumpulan yang dianggap terlibat dengan kegiatan penyebaran paham fasisme atau komunisme. Karena setelah Perang Dunia II fasisme sudah meredup, maka kegiatannya lebih banyak mengarah kepada represi paham komunisme. [6]
Sekalipun banyak dihubungkan gerakan McCarthyisme, komite ini tidak berhubungan langsung dengan Joseph McCarthy, karena ada di lembaga yang berbeda. Joseph McCarthy beperan sebagai senator yang tergabung dalam Senat Amerika Serikat, sementara HUAC menjadi bagian dari DPR.
Internal Security Act
Internal Security Act atau juga popular dengan sebutan McCarran Act, adalah Undang-Undang yang mengharuskan organisasi komunis terdaftar di pemerintah dan memberikan wewenang kepada pemerintah untuk memenjarakan individu yang dianggap terlibat dalam kegiatan subversif. Hal ini mempermudah pemerintah untuk memeriksa dan menahan individu yang dicurigai terlibat dalam komunisme.[7] Undang-Undang ini semakin memperkuat weenang kontrol dan represi yang diberikan oleh Smith Act, yang sebelumnya sudah ada sejak tahun 1940.
Attorney General's List of Subversive Organizations
Attorney General's List of Subversive Organizations (AGLOSO) adalah daftar yang dibuat pada 3 April 1947 atas inisiatif dan permintaan dari Jaksa Agung Amerika Serikat Tom C. Clark. Daftar ini berisi individu yang dianggap terlibat dalam kegiatan subversif, termasuk di antaranya komunisme, ku klux klan, dan fasisme.[8]
Propaganda anti komunisme
Di luar lembaga dan institusi pemerintah, media dan industri hiburan yang seharusnya mendukung kebebasan bicara dan berekspresi sekalipun ikut terlibat menyebarluaskan ketakutan akan penyebaran paham komunisme. [9] Tidak jarang upaya propaganda ini diisi dengan berbagai materi disinformasi dan misinformasi untuk mendiskreditkan komunisme dan negara-negara yang menganut paham tersebut.[10]
Digabungkan dengan fenomena investigasi HUAC, maka industri hiburan juga secara tidak langsung menyaring individu yang dicurigai terlibat dalam gerakan dan penyebaran paham komunisme. Mereka yang menjadi sasaran investigasi, diwajibkan membuat pengakuan atau menunjuk orang lainnya yang terlibat, atau menghadapi pengucilan, pemecatan, atau bahkan pemenjaraan. Inilah yang kemudian memunculkan fenomena Daftar hitam Hollywood.
Represi dan kontrol ketat di lembaga pendidikan
Kampus-kampus dan lembaga pendidikan, yang seharusnya mempromosikan kebebasan berpikir dan berbicara, juga mengalami represi yang signifikan sebagai bagian dari upaya lebih luas untuk menghapus pengaruh komunisme dan memastikan loyalitas terhadap negara. Reaksi terhadap ketakutan akan komunisme ini melibatkan langkah-langkah seperti penyaringan dosen dan mahasiswa, pemecatan staf pengajar yang diduga memiliki afiliasi komunis, serta pengawasan yang ketat terhadap ajaran politik di dalam kelas. Selain itu, mahasiswa dan akademisi yang terlibat dalam kegiatan komunisme atau progresif juga diawasi secara ketat. Pengajaran atau diskusi tentang ideologi komunis atau revolusioner juga dihindari. Tak jarang profesor, dosen, dan guru diwajibkan menandatangani pakta loyalitas atau dihadapkan pada komite yang menyelidiki aktivitas politik mereka. Jika melawan, maka mereka menghadapi risiko dikucilkan atau dipecat.[11][12][13]
Kebijakan luar negeri
Tekanan dari dalam negeri ikut mempengaruhi perilaku politisi dan diplomat dalam membangun hubungan luar negeri. Amerika Serikat yang sebelum Perang Dunia lebih banyak bersifat pasifis, kini menjadi lebih agresif, terutama dalam upayanya mencegah penyebaran komunisme di seluruh dunia.
Upaya membangun aliansi dengan negara-negara yang bisa diajak beraliansi melawan pengaruh komunisme terwujud dalam dua kebijakan besar, yaitu Doktrin Truman dan Marshall Plan. Secara garis besar, Amerika Serikat tidak keberatan memberi banyak bantuan, termasuk ekonomi dan keamanan untuk menjaga negara-negara tersebut jatuh kepada ideologi komunisme.[14]
Amerika Serikat juga sering terlibat dalam mendukung pemimpin-pemimpin negara berkembang yang terlihat anti komunis, bahkan sekalipun ujungnya tokoh tersebut berujung menjadi diktator. Dalam jangka panjang, dukungan kepada tokoh seperti ini memperbanyak kejadian pelanggaran Hak Asasi Manusia di seluruh belahan dunia. Sebaliknya di negara-negara yang dianggap terlanjur masuk ke dalam paham komunisme, maka diupayakan penggulingan rezim. Kebijakan ini juga sering menimbulkan instabilitas politik dan ganggguan keamanan di ngara lain.[15]
Peningkatan anggaran militer
Sekalipun kekuatan militer Amerika Serikat tidak ada lagi yang sanggup menandingi, dan memang letaknya sulit dicapai oleh negara besar lain yang mungkin ingin menginvasi, ketakutan akan komunisme memicu penganggaran kebutuhan militer secara besar-besaran. Boeing, misalnya, sebagai salah satu produsen pesawat militer, mendapat keuntungan luar biasa dari pemesanan 707 pesawat baru. Handford dan pangkalan militer menjadi berkembang dengan cepat.[16]
Pengaruh ketakutan Merah Kedua terhadap politik penganggaran militer terlihat misalnya dari contoh kasus Leon Keyserling, yang awalnya advokat yang cukup keras terhadap hak-hak konsumen. Setelah mengalami investigasi atas komunisme, posisinya langsung berubah menjadi advokat yang kuat atas penganggaran militer guna menghadapi ancaman komunisme.[17]
McCarthyisme
- Untuk informasi lebih detail mengenai pemikiran dan gerakan yang dipelopori Joseph McCharty, silakan kunjungi artikel McCarthyisme
McCarthyisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kampanye anti-komunis yang dipimpin oleh Senator Joseph McCarthy pada awal 1950-an di Amerika Serikat. Selain sebagai sebuah gerakan yang cukup masif, Senator McCarthy sendiri menyalahgunakan dukungan publik dan posisinya sebagai Senate Permanent Investigation Subcommittee untuk melakukan investigasi serampangan yang akhirnya menciptakan represi tersendiri. Dia sering menuduh seseorang, bahkan bisa kepada rival politiknya, dengan taktik intimidasi, tanpa melalui proses pembuktian dan pembelaan, bahkan sering diiringi dengan pengucilan dan penganiayaan. Korbannya bisa kehilangan pekerjaan dan sulit diterima di tempat lain setelah dipecat, karena sudah dicap sebagai penyebar paham berbahaya. [18]
Karena figurnya cukup menonjol dan popular, maka seringkali Mcarthyisme disalahkaprahkan sebagai hal yang sama saja dengan Ketakutan Merah Kedua. Padahal kekuasaannya sebagai Senat terbatas dan tidak bisa mendorong atau mencampuri aktivitas anti komunisme di lembaga atau institusi lain, terutama di wilayah eksekutif. Hanya saja memang pemikirannya banyak mempengaruhi politikus dan pejabat lainnya untuk menerapkan represi serupa.[butuh rujukan]
Akhir ketakutan
Pada akhir era 1950an, dengan sendirinya Ketakutan Merah Kedua mulai meredup. Proses ini dimulai dari tuntutan John Henry Faulk, seorang penyiar radio CBS yang merasa muak karena dipecat akibat dituduh terlibat komunisme akibat investigasi oleh perusahaan swasta AWARE, Inc. yang seharusnya tidak boleh dijadikan dasar menuduh seseorang. Dia mengajukan tuntutan hukum kepada AWARE, Inc. dan memenangkannya. Ini memberi harapan dan dorongan kepada publik yang sudah muak untuk melawan represi dan kesewenangan oleh negara, dan membuat satu per satu upaya investigasi oleh pihak swasta menghilang, karena risiko dituntut dan harus membayar ganti rugi jika pengadilan memutuskan investigasi mereka tidak sah.[19]
Tahun 1956, Earl Warren, yang menjadi Chief Justice di US Supreme Court menangani kasus Slochower v. Board of Education, yang berisi tuntutan Harry Slochower yang menjadi korban investigasi komite McCarthy. Dia dipecat dari posisinya sebagai profesor di Brooklyn College karena menggunakan haknya untuk tidak menjawab sesuai dengan menggunakan Amandemen Kelima sebagai alasan. Pengadilan Warren mengabulkan tuntutannya, mengembalikan posisinya dan memutuskan ganti rugi sebesar US$40,000. Namun kemudian dia kembali dipecat dengan alasan membohongi Komite Senat. Kasus lainnya, Cole v. Young, 351 U.S. 536 pada tahun 1956 memperlihatkan bahwa Clyde W. Young bisa dipecat begitu saja tanpa melalui peradilan yang layak. Hakim William O. Douglas memutuskan ini adalah pelanggaran dari amanat yang diberikan Executive Order 9835. [20] Kasus kunci lainnya adalah Yates v. United States, 354 U.S. 298 (1957), yang menunjukkan bahwa 14 orang dari Partai Komunis Amerika (CPUSA) bisa begitu saja diputus bersalah karena melanggar Pasal 2385 dari Undang-Undang Subversive Activities Control Act (1950). Mereka beralasan tidak seharusnya seseorang ditangkap dengan Undang-Udang ini selagi hanya dalam konteks membahas atau mengajarkan paham komunisme. Penangkapan dan pengadilan hanya boleh dilakukan bila aktivitas mengancam pemerintah dan keamanan terbukti secara fisik. Tuntutan ini kemudian dikabulkan dan hukuman tersebut dinyatakan tidak sah dan dibatalkan. [21]
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa investigasi yang dilakukan oleh para pengikut McCartyhisme benar-benar bisa dilakukan sesuka hati, dan pada akhirnya menimbulkan kemarahan publik. Di sisi laim juga memberi inspirasi bahwa represi yang dilakukan bisa saja dilawan lewat jalur hukum.[22]
Seiring dengan keputusan-keputusan legal ini, berbagai politisi yang lebih liberal dan mampu menerima perbedaan pandangan politik mendapat angin. Hal ini menyebabkan politikus dengan pemikiran terlalu konservatif kehilangan dukungan dan akhirnya Ketakutan Merah Kedua mereda dengan sendirinya, seiring tensi ketegangan Amerika Serikat dan Uni Soviet yang juga semakin menurun.[butuh rujukan]
Referensi
- ^ The Post War Red Scare dari situs billofrightsinstitute.org
- ^ Revolusi Komunis China: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampaknya. dari situs kompas
- ^ McCarthyism, Korea and the Cold War dari situs wisconsinhistory.org
- ^ Ethel Rosenberg and the “Red Scare” dari situs nationalprintmuseum.ie
- ^ Truman's Loyalty Program. dari situs trumanlibrary
- ^ House Un-American Activities Committee. dari situs trumanlibrary.gov
- ^ McCarran Internal Security Act of 1950 dari situs firstamendment.mtsu.edu
- ^ Prelude to McCarthyism: The Making of a Blacklist. dari situs archive.gov
- ^ Anti-communist politics of the Second Red Scare and how it affected Hollywood and the types of movies being made. dari situs scholarworks.uni.edu
- ^ War, Propaganda and Misinformation: The Evolution of Fake News dari situs rit.edu
- ^ Lessons From the ‘Red Scare’ in U.S. Public Schools. dari situs nea.org
- ^ The University in the McCarthy Era. dari situs thecrimson
- ^ Education: Red Scare dari situs time.com
- ^ The Cold War and Red Scare in Washington: Historical Context. dari situs washington.edu
- ^ The Red Scare. dari situs britannica.com
- ^ Timeline of the Cold War and Red Scare. dari situs washington.ede
- ^ The ‘Economic Style’ as Red Scare Legacy. dari situs lpeproject.org
- ^ McCarthyism / The "Red Scare". dari situs eisenhowerlibrary.gov
- ^ John Henry Faulk. Fear on Trial diarsipkan oleh archive.org
- ^ Cole v. Young, 351 U.S. 536 (1956) dari situs justica.com
- ^ Yates vs United States. dari situs oyez.org
- ^ Blacklist dari situs firstamandemen.mtsu.edu