Keterlibatan Amerika Serikat dalam pergantian rezim
Keterlibatan Amerika Serikat dalam pergantian rezim meliputi tindakan terang-terangan dan tindakan rahasia untuk mengubah, mengganti, atau mempertahankan pemerintahan negara-negara asing. Pada paruh akhir abad ke-19, pemerintah Amerika Serikat mulai melakukan pergantian rezim di Amerika Latin dan Pasifik barat daya, termasuk perang Meksiko–AS, Spanyol–AS dan Filipina–AS. Pada permulaan abad ke-20, Amerika Serikat membangun atau mendirikan pemerintahan bersahabat di berbagai negara, termasuk Panama, Honduras, Nikaragua, Meksiko, Haiti, dan Republik Dominika.
Sejarah ekspansi dan pengaruh Amerika Serikat |
---|
Usai Perang Dunia II, pemerintah AS memperluas wilayah operasi pergantian rezimnya. Negara ini berlomba-lomba melawan Uni Soviet untuk menguasai kepemimpinan dan pengaruh global dalam Perang Dingin. Operasi besar di luar wilayah operasi tradisional AS (Amerika Tengah dan Karibia) meliputi kudeta Iran 1953 yang diotaki AS dan Britania Raya, invasi Teluk Babi Kuba tahun 1961, pembantaian anti-komunis di Indonesia, dan dukungan untuk Perang Kotor di Argentina. Selain itu, AS campur tangan dalam pemilihan umum nasional di beberapa negara, termasuk Jepang pada tahun 1950-an dan 1960-an supaya Partai Demokrat Liberal berhaluan tengah-kanan tetap berkuasa menggunakan dana rahasia, Filipina untuk membantu kampanye presiden Ramon Magsaysay tahun 1953, dan Lebanon untuk membantu partai-partai Kristen dalam pemilu 1957 menggunakan suntikan dana rahasia.[3] AS diketahui melakukan sedikitnya 81 campur tangan terang-terangan dan rahasia dalam pemilihan umum di berbagai negara pada tahun 1946 sampai 2000.[4]
Selain itu, pada tahun 1945, Amerika Serikat meratifikasi[5] Piagam PBB, dokumen hukum internasional utama dunia[6] yang mewajibkan pemerintah AS patuh dengan pasal-pasalnya, termasuk Pasal 2(4) yang melarang ancaman atau pemaksaan dalam hubungan internasional, kecuali dalam keadaan tertentu.[7] Karena itu, setiap dasar hukum yang dipakai untuk membenarkan pergantian rezim oleh negara asing membutuhkan alasan yang sangat kuat.[8]
Setelah Uni Soviet bubar, Amerika Serikat memimpin atau mendukung perang untuk menentukan arah pemerintahan beberapa negara. AS beberapa kali menetapkan tujuan resmi untuk beberapa konflik, termasuk melakukan Perang Melawan Teror dalam perang Afghanistan 2001 dan menggulingkan rezim diktator dalam Perang Irak 2003 dan intervensi militer di Libya 2011.
Intervensi abad ke-19
sunting1846: Meksiko
suntingPerang Meksiko–Amerika Serikat adalah konflik bersenjata antara Amerika Serikat dan Meksiko tahun 1846 sampai 1848 usai aneksasi Texas oleh AS pada tahun 1845. Meksiko menganggap Texas sebagai bagian wilayahnya dan mengabaikan Revolusi Texas 1836.
Tentara Amerika Serikat menduduki New Mexico dan California, lalu menyerbu wilayah Meksiko Timur Laut dan Meksiko Barat Laut. Regu tentara AS lainnya menduduki Kota Meksiko. Perang ini dimenangi oleh Amerika Serikat. Perjanjian Guadalupe Hidalgo mencantumkan perubahan besar akibat perang ini, yaitu penyerahan wilayah Alta California dan New Mexico kepada AS dengan imbalan $18 juta. Selain itu, Amerika Serikat memutihkan utang pemerintah Meksiko kepada warga negara AS. Meksiko menerima lepasnya Texas dan menetapkan Rio Grande sebagai perbatasan negaranya. Perang ini tidak memicu pergantian rezim di Meksiko.
1887–1889: Samoa
suntingKrisis Samoa adalah konfrontasi antara Amerika Serikat, Jerman, dan Britania Raya sejak 1887 sampai 1889. Ketiga negara ini mendukung orang-orang berbeda yang mengaku mewarisi takhta kerajaan Kepulauan Samoa dalam Perang Saudara Samoa.[9] Perang Saudara Samoa Kedua pecah tahun 1898 dan melibatkan AS (mendukung raja petahana) dan Jerman. Melalui Konvensi Tiga Pihak 1899, perang ini berakhir dengan pembagian Kepulauan Samoa menjadi Samoa Amerika dan Samoa Jerman.[10][11]
1893–1917: Imperium dan ekspansionisme AS
sunting1890-an
sunting1893: Kerajaan Hawaii
suntingElemen anti-monarki di Hawaii yang rata-rata merupakan warga negara Amerika Serikat menggulingkan Kerajaan Hawaii. Pada tanggal 17 Januari 1893, penguasa monarki pribumi, Ratu Lili'uokalani, digulingkan. Hawaii awalnya ditata ulang menjadi republik merdeka, tetapi tujuan utama penggulingan ini adalah aneksasi Hawaii oleh Amerika Serikat yang dilakukan pada tahun 1898.
1898: Kuba dan Puerto Rico
suntingSebagai bagian dari Perang Spanyol–Amerika Serikat, AS menyerbu dan menduduki Kuba dan Puerto Rico yang saat itu dikuasai Spanyol pada tahun 1898. Kuba diduduki AS pada tahun 1898 sampai 1902 di bawah kepemimpinan gubernur militer Leonard Wood, lalu tahun 1906 sampai 1909, tahun 1912, dan tahun 1917 sampai 1922. Kuba diatur berdasarkan Amendemen Platt sampai 1934.
Kampanye Puerto Rico adalah operasi militer laut dan darat Amerika Serikat di pulau Puerto Rico semasa Perang Spanyol–Amerika Serikat. Angkatan Laut Amerika Serikat menyerang ibu kota kolonial kepulauan tersebut, San Juan. Meski kerusakan kota minim, militer AS mampu memblokade Teluk San Juan. Serangan darat dimulai tanggal 25 Juli dengan mengerahkan 1.300 tentara infanteri. Semua aksi militer di Puerto Rico dihentikan tanggal 13 Agustus setelah Presiden AS William McKinley dan Duta Besar Prancis Jules Cambon, mewakili pemerintah Spanyol, menandatangani perjanjian gencatan senjata. Menurut perjanjian ini, Spanyol menyerahkan kedaulatannya atas wilayah Puerto Rico, Kuba, Filipina, dan Guam.
1899: Filipina
suntingPerang Filipina–Amerika Serikat adalah bagian dari serangkaian konflik dalam perjuangan kemerdekaan Filipina melawan pendudukan Amerika Serikat. Pertempuran pecah antara militer AS dan tentara revolusi Filipina pada 4 Februari 1899 dan memuncak pada Pertempuran Manila tahun 1899. Pada tanggal 2 Juni 1899, Republik Filipina Pertama secara resmi menyatakan perang melawan Amerika Serikat.[12] Perang berakhir secara resmi pada tanggal 4 Juli 1902.[13] Intervensi AS ini bertujuan mencegah pergantian rezim dan mempertahankan kekuasaan AS di Filipina.
1898–1901: Tiongkok
suntingPemberontakan Boxer adalah gerakan proto-nasionalis di Tiongkok pada tahun 1898 sampai 1901. Namanya demikian karena gerakan ini dipimpin oleh orang-orang yang mengaku bagian dari Perkumpulan Petinju Berbudi dan Harmonis. Amerika Serikat adalah bagian dari Aliansi Delapan Bangsa yang membawa 20.000 tentara bersenjata ke Tiongkok, mengalahkan Tentara Kekaisaran Tiongkok, dan mencaplok Beijing. Aliansi Delapan Bangsa adalah koalisi militer yang dibentuk untuk meredam pemberontakan. Aliansi ini terdiri atas Amerika Serikat, Jepang, Rusia, Britania, Prancis, Jerman, Italia, dan Austria-Hungaria.[14] Protokol Boxer tanggal 7 September 1901 mengakhiri pemberontakan ini.[15] Intervensi ini tidak memicu pergantian rezim di Tiongkok.
1900-an
sunting1903: Panama
suntingPada tahun 1903, AS membantu pemisahan Panama dari Republik Kolombia. Pemisahan ini direncanakan oleh sebuah faksi Panama yang dibeking Panama Canal Company, perusahaan Prancis–AS yang ingin membangun jalur perairan melintasi Tanah Genting Panama sehingga menghubungkan Samudra Atlantik dan Pasifik. Pada tahun 1903, AS menandatangani Perjanjian Hay-Herrán dengan Kolombia. Perjanjian ini mengizinkan Amerika Serikat menggunakan Tanah Genting Panama dengan kompensasi dalam bentuk uang.[16][17] Perjanjian tersebut ditandatangani di tengah Perang Seribu Hari. Terusan Panama saat itu sedang dibangun dan Zona Terusan Panama dibangun, kemudian menjadi wilayah berdaulat Amerika Serikat. AS mengembalikan zona ini ke Panama pada tahun 2000.
1900s–1920-an: Honduras
suntingSebagai bagian dari "Perang Pisang", sejak akhir Perang Spanyol–Amerika Serikat tahun 1898 dan penetapan Kebijakan Tetangga Baik tahun 1934, AS melancarkan serangkaian invasi dan intervensi militer di Amerika Tengah dan Karibia.[18] Korps Marinir Amerika Serikat, pihak yang sering diterjunkan dalam perang, menerbitkan buku panduan berjudul The Strategy and Tactics of Small Wars pada tahun 1921 berdasarkan pengalaman mereka. Kadang-kadang, Angkatan Laut AS memberi bantuan tembakan senjata dan Angkatan Darat AS ikut diterjunkan. United Fruit Company dan Standard Fruit Company mendominasi ekspor pisang, komoditas penting Honduras, beserta kepemilikan kebun pisang dan rel kereta api di sana. AS melakukan invasi dan mengerahkan tentaranya pada tahun 1903 (mendukung kudeta oleh Manuel Bonilla), 1907 (mendukung Bonilla melawan kudeta yang didukung Nikaragua), 1911 dan 1912 (mempertahankan rezim Miguel R. Davila dari pemberontakan), 1919 (menjaga perdamaian selama perang saudara dan mendirikan pemerintahan sementara yang dipimpin Francisco Bográn), 1920 (mempertahankan rezim Bográn dari mogok massal), 1924 (mempertahankan rezim Rafael López Gutiérrez dari pemberontakan) dan 1925 (mempertahankan pemerintahan terpilih Miguel Paz Barahona) untuk melindungi kepentingan AS.[19] Penulis O. Henry menciptakan istilah "republik pisang" (banana republic) pada tahun 1904 untuk menyebut Honduras.
1910-an
sunting1912–1933: Nikaragua
suntingMiliter Amerika Serikat menyerbu Nikaragua pada tahun 1912 setelah negara ini membombardirnya lewat darat dan laut selama bertahun-tahun. AS memberi dukungan politik untuk pihak-pihak konservatif yang memberontak melawan Presiden José Santos Zelaya yang berhaluan liberal. Motif AS adalah (1) ketidaksetujuan dengan usulan Terusan Nikaragua karena AS sudah memegang Zona Terusan Panama, tempat dibangunnya Terusan Panama, dan (2) upaya Presiden Zelaya untuk membatasi pemanfaatan sumber daya alam Nikaragua oleh pihak asing. Pada tanggal 17 November 1909, dua warga negara Amerika Serikat dieksekusi atas perintah Zelaya setelah keduanya mengaku meletakkan ranjau di Sungai San Juan dan berniat meledakkan Diamante. AS beralasan bahwa intervensi ini bertujuan melindungi warga negara dan properti Amerika Serikat. Zelaya mundur pada tahun yang sama. AS menduduki negara ini pada tahun 1912 sampai 1933.
1914: Meksiko
suntingTentara Amerika Serikat menyerbu Veracruz di Meksiko pada tahun 1914 usai Skandal Tampico. AS menduduki kota ini selama enam bulan.
1915–1934: Haiti
suntingAmerika Serikat menduduki Haiti pada tahun 1915 sampai 19344. Bank-bank AS meminjamkan uang kepada Haiti dan meminta pemerintah AS turun tangan. AS mendirikan pemerintahan baru di Haiti tahun 1917 dan merumuskan undang-undang dasar baru yang menghapus larangan kepemilikan tanah oleh orang asing. Caco awalnya merupakan milisi bersenjata yang beranggotakan mantan budak yang memberontak dan menguasai kawasan pegunungan usai Pemberontakan Haiti tahun 1804. Kelompok-kelompok seperti ini melancarkan perang gerilya melawan pendudukan AS yang dikenal dengan sebutan "Perang Caco."[20]
1916–1924: Republik Dominika
suntingMarinir Amerika Serikat menyerbu Republik Dominika dan mendudukinya pada tahun 1916 sampai 1924. Sebelumnya, militer AS melakukan intervensi pada tahun 1903, 1904, dan 1914. Angkatan Laut Amerika Serikat menempatkan personelnya di semua jabatan pemerintahan penting dan mengendalikan militer dan kepolisian Dominika.[21] Dalam kurun dua hari, presiden yang terpilih secara konstitusional, Juan Isidro Jimenes, menyatakan mundur.[22]
PDI dan masa damai antarperang
sunting1918: Rusia
suntingSetelah pemerintahan Bolshevik yang baru menarik diri dari Perang Dunia I, militer AS bersama sekutunya menyerbu Rusia pada tahun 1918. Sekitar 250.000 tentara, termasuk tentara Eropa, AS, dan Kekaisaran Jepang, menyerbu Rusia untuk membantu Tentara Putih melawan Tentara Merah yang mewakili pemerintahan Soviet baru dalam Perang Saudara Rusia. Pihak penyerbu melakukan invasi ke Rusia Utara lewat Arkhangelsk dan invasi ke Siberia lewat Vladivostok. Pasukan penyerbu mencakup 13.000 tentara AS yang baru saja menyelesaikan Perang Dunia I dan ditugaskan menggulingkan pemerintahan Soviet baru dan mengembalikan rezim Tsaris. AS dan negara-negara Barat gagal dan mundur pada tahun 1920. Namun, militer Jepang terus menduduki sebagian wilayah Siberia sampai 1922 dan Sakhalin utara sampai 1925.[23]
1941: Panama
suntingPemerintah Amerika Serikat menggunakan kontaknya di Garda Nasional Panama, pasukan yang dilatih AS, untuk melakukan kudeta terhadap pemerintah Panama pada Oktober 1941. AS meminta pemerintah Panama mengizinkan AS membangun lebih dari 130 instalasi militer baru di dalam dan luar Zona Terusan Panama. Pemerintah Panama menolak permintaan ini setelah mengetahui besaran imbalan AS.[24] Presiden Arnulfo Arias melarikan diri dari Panama. Ricardo Adolfo de la Guardia Arango, pemimpin kudeta dan sekutu pemerintah AS, diangkat sebagai presiden.[25]
Era Perang Dingin
sunting1940-an
sunting1945–1950: Korea Selatan
suntingSetelah Kekaisaran Jepang menyerah bulan Agustus 1945, komite di seluruh Korea di bawah kepemimpinan Lyuh Woon-Hyung mulai merencanakan transisi kemerdekaan Korea. Pada tanggal 28 Agustus 1945, komite-komite ini membentuk pemerintahan nasional sementara Korea. Beberapa minggu kemudian, mereka memberi nama Republik Rakyat Korea (RRK).[26][27] Pada tanggal 8 September 1945, pemerintah Amerika Serikat menerjunkan pasukan di Korea, lalu mendirikan Pemerintahan Militer Angkatan Darat Amerika Serikat di Korea (USAMGK) untuk memerintah di Korea sebelah selatan garis lintang utara ke-38. USAMGK mempekerjakan gubernur-gubernur Jepang dan sejumlah pejabat Jepang yang pernah menjadi bagian dari pemerintahan kolonial kekaisaran Jepang sekaligus para kolaborator Korea. Karena itu, pemerintahan ini tidak populer dan memancing pemberontakan rakyat.[28] USAMGK menolak mengakui pemerintahan RRK yang dibentuk untuk memerintah negara ini secara mandiri dan Pemerintahan Sementara Republik Korea yang berpusat di Tiongkok sepanjang Perang Dunia II dan berperang melawan Jepang. USAMGK mengeluarkan dekret militer untuk membubarkan pemerintahan RRK.[29][30] Pada Oktober 1948, USAMGK mengirim beberapa unit untuk menyerang warga Korea yang menuntut kemerdekaan Korea dan melakukan sejumlah tindak kekerasan, termasuk pembunuhan ratusan warga sipil Korea di Pulau Jeju yang diduga membantu pihak pendukung kemerdekaan.[31][32][33]
Pada tahun 1952, Kepala Staf Gabungan memerintahkan Jenderal Mark W. Clark merumuskan rencana untuk menggulingkan Presiden Korea Selatan Syngman Rhee. Ia khawatir krisis politik yang terjadi akibat sikap otoriternya akan menghambat sejumlah operasi militer. Operasi Everready dibatalkan setelah Rhee bersedia memenuhi permintaan Amerika Serikat dan membebaskan pemimpin oposisi dari penjara. Rencana ini kembali dipertimbangkan pada tahun 1953 ketika AS khawatir Rhee menolak Perjanjian Gencatan Senjata Korea.[34][35]
1946–1949: Tiongkok
suntingPemerintah Amerika Serikat memberi bantuan militer, logistik, dan lain-lain kepada pasukan Partai Nasionalis Tiongkok (KMT) sayap kanan yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek dalam Perang Saudara Tiongkok melawan pasukan Partai Komunis Tiongkok. AS mengerahkan tentara KMT dari Tiongkok tengah ke Manchuria. Sekitar 50.000 tentara AS dikirim untuk menjaga situs-situs strategis di Hupeh dan Shandong. AS melatih dan mempersenjatai pasukan KMT dan mendatangkan tentara Korea dan bahkan tentara kekaisaran Jepang untuk membantu pasukan KMT menduduki zona-zona Tiongkok dan mengepung wilayah yang dikuasai Komunis.[36] Presiden Harry Truman menjelaskan bahwa: "Apabila kami langsung meminta Jepang menyerah dan kembali ke pesisir, seluruh Tiongkok akan dikuasai Komunis. Kami perlu mengambil langkah radikal dengan memanfaatkan musuh sebagai pasukan pertahanan sampai kami dapat menerbangkan tentara Nasional Tiongkok ke Tiongkok Selatan dan mengirim Marinir untuk menjaga pelabuhan."[37] Kurang dari dua tahun setelah Perang Tiongkok-Jepang, KMT menerima $4,43 miliar dari Amerika Serikat—sebagian besar di antaranya berupa bantuan militer.[36][38]
1946–1949: Yunani
suntingMiliter Britania Raya dan pasukan Yunani di bawah pemerintahan Yunani berusaha menguasai negara ini dalam Perang Saudara Yunani melawan Tentara Demokratik Yunani (DSE). DSE rata-rata beranggotakan partisan komunis yang pernah menjadi bagian dari Tentara Pembebasan Rakyat Yunani (ELAS) dan membebaskan hampir seluruh Yunani dari pendudukan militer Reich Ketiga pada musim panas 1944.[39] Pada awal 1947, pemerintah Britania tidak mampu lagi menanggung biaya perang melawan DSE. Sesuai Perjanjian Persentase Oktober 1944 antara Winston Churchill dan Josef Stalin, Yunani tetap menjadi bagian dari lingkup pengaruh Barat. Karena itu, Britania meminta pemerintah Amerika Serikat turun tangan. AS kemudian mengirimkan peralatan militer, penasihat militer, dan persenjataan ke Yunani.[40][41][42][43] Seiring meningkatnya bantuan militer AS, pemerintah Yunani memenangi perang ini pada September 1949.[44]
1946– 1954: Filipina
suntingAmerika Serikat membantu meredam pemberontakan petani pro-komunis bernama Pemberontakan Hukbalahap atau Pemberontakan Huk.[45]
1952: Mesir
suntingProyek FF ("FF" singkatan dari "Fat Fucker") adalah program CIA yang awalnya dirancang untuk memodernkan Kerajaan Mesir di bawah kepemimpinan Farouk I dan memasukkan Mesir ke kubu anti-soviet. Namun, keengganan raja memaksa Kermit Roosevelt Jr. membantu upaya pergantian rezim. Setelah mendengar rumor kegelisahan di tubuh militer Mesir, Roosevelt bertemu para pemimpin nasionalis, anti-komunis, Gerakan Perwira Bebas, termasuk sosok yang kelak menjadi presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, dan menyampaikan dukungan AS untuk kudeta mereka. Pada tanggal 23 Juli 1952, Gerakan Perwira Bebas menggulingkan kerajaan dan mendirikan Republik Mesir.[46]
1947–1970-an: Italia
suntingPada tahun 1947, Partai Demokrasi Kristen (DC) yang dibeking Amerika Serikat dan diketuai oleh Alcide De Gasperi semakin tidak populer. Partai Komunis Italia (PCI) tumbuh pesat karena bahu-membahu mendukung para petani di Sisilia, Toscana, dan Umbria. Gerakan ini juga dibantu oleh reformasi yang dicanangkan oleh Fausto Gullo, Menteri Pertanian Italia yang berhaluan komunis.[47] DC memecat semua menteri sayap kiri dari kabinet pada 31 Mei. PCI kehilangan dominasi politik selama dua puluh tahun berikutnya. De Gasperi melakukannya di bawah tekanan Menteri Luar Negeri AS George Marshall yang memberitahu bahwa anti-komunisme adalah syarat mendapatkan bantuan luar negeri Amerika Serikat[47][48] dan Duta Besar James C. Dunn yang secara langsung meminta de Gasperi membubarkan parlemen dan melenyapkan PCI.[49]
Central Intelligence Agency (CIA) mengakui transfer dana sebesar $1 juta kepada partai-partai berhaluan sentris Italia dalam rangka pemilu 1948. CIA juga menerbitkan surat-surat palsu untuk mencemarkan nama baik para pemimpin Partai Komunis Italia (PCI). Sejumlah lembaga AS menulis sepuluh juta surat, membuat siaran radio gelombang pendek, dan mendanai penerbitan buku dan artikel. Semua publikasi ini memperingatkan warga Italia tentang hal-hal yang akan terjadi apabila partai komunis menang pemilu. Majalah Time ikut menggalang dukungan warga Amerika Serikat dengan menampilkan ketua Partai Demokrasi Kristen dan Perdana Menteri Alcide De Gasperi di sampul dan artikel utamanya dalam edisi 19 April 1948.[50][51][52][53] Sementara itu, AS diam-diam membujuk Partai Buruh Britania untuk menekan kalangan demokrat sosial supaya mengakhiri dukungannya untuk PCI dan mendorong perpecahan Partai Sosialis Italia.[54]
CIA menghabiskan $65 juta untuk membantu pemilihan politikus-politikus Italia,[55] termasuk "setiap Demokrat Kristen yang pernah menang pemilu nasional di Italia."[56]
1949: Suriah
suntingPemerintahan Shukri al-Quwatli yang terpilih secara demokratis digulingkan oleh junta yang dipimpin kepala staf Angkatan Darat Suriah, Husni al-Za'im. Ia diangkat menjadi Presiden Suriah pada 11 April 1949. Motif utama keterlibatan AS dalam kudeta tersebut masih sangat kontroversial. Namun, banyak bukti menunjukkan bahwa rencana pembangunan Jalur Pipa Trans-Arab yang sebelumnya mandek di Parlemen Suriah akhirnya disetujui oleh Za'im satu bulan setelah kudeta.[sintesa tidak tepat?]
1950-an
sunting1953: Iran
suntingKudeta Iran 1953 (dikenal dengan sebutan "kudeta 28 Mordad" di Iran)[57] adalah penggulingan pemerintahan Perdana Menteri Mohammad Mosaddegh yang terpilih secara demokratis pada tanggal 19 Agustus 1953. Kudeta ini direncanakan oleh badan intelijen Britania Raya ("Operasi Boot") dan Amerika Serikat ("Proyek TPAJAX").[58][59][60] Usai kudeta, Mohammad-Rezā Shāh Pahlavi menjelma dari raja konstitusional menjadi raja otoriter yang sangat bergantung kepada dukungan Amerika Serikat sampai ia digulingkan pada Februari 1979.[61]
1954: Guatemala
suntingDalam operasi CIA bernama Operasi PBSUCCESS, pemerintah Amerika Serikat melakukan kudeta yang menggulingkan pemerintahan Presiden Jacobo Árbenz yang terpilih secara demokratis, lalu mengangkat Carlos Castillo Armas, seorang diktator sayap kanan brutal.[62][63][64] Kesuksesan PBSUCCESS menjadikan operasi ini contoh bagi operasi-operasi CIA selanjutnya karena CIA berbohong soal jumlah korban kepada presiden Amerika Serikat.[65]
1955–1960: Laos
suntingPemerintahan AS mengambil alih alokasi anggaran militer Pemerintah Kerajaan Lao dalam perang saudara melawan pemerintahan komunis Pathet Lao yang menguasai separuh Laos. AS mendanai 100% anggaran militer pemerintah. Pada tahun 1957, AS membayar gaji Angkatan Darat Kerajaan Lao. AS juga mendirikan kantor rahasia Programs Evaluation Office untuk staf lapangan sipil AS dengan pengalaman militer karena AS telanjur menandatangani perjanjian yang melarang penasihat militer AS.[66][67] Pada Juli 1959, AS mengirim unit komando berpakaian sipil untuk melatih Angkatan Darat Kerajaan Lao.[68] Intervensi ini tidak memicu pergantian rezim.
1956–1957: Suriah
suntingCIA menyusun rencana kudeta bernama Operasi Straggle pada akhir Oktober 1956 untuk menggulingkan pemerintah Suriah. Rencana ini melibatkan perebutan kekuasaan oleh militer Suriah di kota-kota penting dan pos perbatasan.[69][70][71] Rencana ini tertunda ketika Israel menyerbu Mesir pada Oktober 1956. Agen-agen AS mengira operasi mereka akan gagal ketika negara-negara Arab masih melawan "agresi Israel". Operasi ini terungkap dan para agen AS terpaksa menyelamatkan diri dari Suriah.[72]
Rencana kudeta kedua bernama Operasi Wappen pada tahun berikutnya melibatkan pembunuhan beberapa pejabat senior penting Suriah, memantik insiden militer di perbatasan Suriah agar pemerintah Suriah disalahkan dan dijadikan alasan invasi oleh Irak dan Yordania, propaganda AS yang menyasar penduduk Suriah, dan "sabotase, konspirasi nasional, dan berbagai bentuk pemaksaan" yang seolah-olah dilakukan oleh pemerintah Suriah.[71][73][74][75] Operasi ini gagal karena perwira militer Suriah yang disuap jutaan dolar untuk melakukan kudeta mengungkap rencana ini ke intelijen Suriah. Departemen Luar Negeri AS membantah tuduhan rencana kudeta. Media AS menuduh Suriah menjadi "negara satelit" Uni Soviet.[74][76][77]
1957–1959: Indonesia
suntingSebagai anggota pendiri Gerakan Non-Blok dan tuan rumah Konferensi Asia-Afrika April 1955, Indonesia berencana membuat kebijakan luar negeri independen yang tidak berpihak secara militer ketika Perang Dingin.[78][79] Pada tahun 1957, CIA mendukung rencana kudeta yang gagal oleh perwira militer Indonesia yang tidak loyal. Pilot-pilot CIA seperti Allen Lawrence Pope menerbangkan pesawat milik organisasi palsu CIA bernama Civil Air Transport (CAT) yang mengebom target-target sipil dan militer di Indonesia. CIA memerintahkan para pilot CAT untuk menyerang jalur pelayaran komersial supaya kapal kargo asing takut berlayar ke perairan Indonesia. Tujuannya adalah melemahkan ekonomi Indonesia sehingga membuat pemerintahan demokratis Indonesia tidak stabil. Pengeboman udara oleh CIA menenggelamkan sejumlah kapal komersial.[80] Bom di sebuah pasar juga menewaskan beberapa warga sipil.[81] Upaya kudeta ini gagal[82] dan Presiden Dwight Eisenhower membantah keterlibatan AS.[83]
1958: Lebanon
suntingAmerika Serikat melancarkan Operasi Blue Bat pada Juli 1958 untuk campur tangan dalam krisis Lebanon 1958. Ini adalah penerapan pertama Doktrin Eisenhower. Menurut doktrin ini, AS harus campur tangan untuk melindungi rezim-rezim yang yang dianggap terancam oleh komunisme internasional. Tujuan operasi ini adalah mendukung pemerintahan presiden pro-Barat Camille Chamoun melawan oposisi dalam negeri dan ancaman Suriah dan Mesir.[butuh rujukan]
1959: Irak
suntingRichard Sale dari United Press International, mengutip Adel Darwish dan sejumlah pakar, melaporkan bahwa upaya pembunuhan Perdana Menteri Abd al-Karim Qasim bulan Oktober 1959 yang melibatkan Saddam Hussein muda dan sejumlah konspirator Ba'athis merupakan kerja sama CIA dan intelijen Mesir.[84] Bryan R. Gibson meragukan pernyataan Sale dan Darwish dan mengutip dokumen-dokumen rahasia yang menunjukkan bahwa CIA kesulitan menentukan waktu pembunuhan dan Dewan Keamanan Nasional "kembali menegaskan kebijakan nonintervensi" enam hari sebelum waktu pembunuhan.[85] Meski upaya pembunuhan ini gagal karena Saddam yang seharusnya menjadi penembak pengalih melepaskan tembakan ke arah Qasim—Saddam terpaksa mengasingkan diri selama lebih dari tiga tahun di Republik Arab Bersatu pimpinan Mesir dengan ancaman mati apabila ia pulang ke Irak—Saddam dan Partai Ba'ath mendadak terkenal di Irak, padahal sebelumnya kurang dikenal masyarakat, dan berperan pentin dalam citra publik Saddam sebagai Presiden Irak.[86][87] Saddam diduga kuat mengunjungi kedutaan besar AS di Kairo saat dalam pengasingan.[88]
1960-an
sunting1960: Laos
suntingPada tanggal 9 Agustus 1960, Kapten Kong Le dan batalyon payung terjunnya menduduki ibu kota Vientiane dalam kudeta damai sambil mengusung agenda "Netralis" dengan tujuan mengakhiri perang saudara Laos, mengakhiri campur tangan asing di negara tersebut, mengakhiri korupsi akibat bantuan luar negeri, dan memperbaiki kesejahteraan tentara.[89][90] Dengan bantuan CIA, Marsekal Lapangan Sarit Thanarat, Perdana Menteri Thailand, membentuk kelompok penasihat militer rahasia Thailand bernama Kaw Taw. Kaw Taw dan CIA merancang kontra-kudeta November 1960 terhadap pemerintahan Netralis baru di Vientiane. Mereka mengirim artileri, tentara artileri, dan penasihat kepada Jenderal Phoumi Nosavan, sepupu jauh Sarit. Kaw Taw juga mengerahkan Unit Bantuan Udara Kepolisian (PARU) dalam operasi militer di Laos.[91] Melalui organisasi palsu CIA bernama Air America yang memasok perlengkapan perang beserta bantuan militer dan bantuan rahasia AS dari Thailand, pasukan yang dipimpin Jenderal Phoumi Nosavan menduduki Vientiane pada bulan November 1960.[92][93]
1961: Republik Dominika
suntingPada Mei 1961, penguasa Republik Dominika, Rafael Trujillo, dibunuh menggunakan senjata yang dipasok oleh Central Intelligence Agency (CIA).[94][95] Memorandum internal CIA menyatakan bahwa penyelidikan Office of Inspector General pada tahun 1973 mengungkap "besarnya kerja sama antara CIA dan para perencana pembunuhan." Menurut CIA, perannya dalam "mengganti" pemerintahan Republik Dominika "'berhasil' karena mengubah Republik Dominika dari kediktatoran totaliter menjadi demokrasi ala Barat."[96][97] Juan Bosch, penerima dana CIA, terpilih sebagai presiden Republik Dominika tahun 1962 dan digulingkan tahun 1963.[98]
1961: Teluk Babi
suntingCIA membentuk pasukan yang terdiri dari eksil Kuba yang dilatih CIA untuk menyerbu Kuba. Pasukan ini menerima bantuan dan perlengkapan dari militer Amerika Serikat dan berencana menggulingkan pemerintahan Fidel Castro. Penyerbuan ini terjadi pada April 1961, tiga bulan setelah John F. Kennedy dilantik sebagai presiden Amerika Serikat. Angkatan bersenjata Kuba yang dilatih dan dipersenjatai negara-negara Blok Timur mengalahkan pasukan eksil tersebut selama tiga hari.
1960-an: Kuba
suntingOperasi MONGOOSE adalah upaya pemerintah Amerika Serikat selama bertahun-tahun untuk menggulingkan pemerintahan Kuba.[99] Operasi ini terdiri dari perang ekonomi, termasuk embargo terhadap Kuba "untuk memicu kegagalan rezim Komunis dalam memenuhi kebutuhan ekonomi Kuba", inisiatif diplomatik untuk mengucilkan Kuba, dan operasi psikologis "supaya opini masyarakat terhadap pemerintah semakin negatif."[100] Perang ekonomi tersebut juga melibatkan penyusupan agen-agen CIA untuk menyabotase target-target sipil seperti jembatan kereta api, gedung penyimpanan molase, pembangkit listrik, dan hasil panen tebu sambil mengabaikan rentetan permintaan Kuba agar pemerintah Amerika Serikat menghentikan operasi militernya.[100][101] Selain itu, CIA berkali-kali merencanakan pembunuhan Fidel Castro, kepala pemerintahan Kuba, bahkan sampai melibatkan mafia Amerika Serikat.[102][103][104]
1961–1964: Brasil
suntingKetika presiden Brasil mundur bulan Agustus 1961, ia secara sah digantikan oleh João Belchior Marques Goulart, wakil presiden yang terpilih secara demokratis.[105] João Goulart adalah pendukung hak-hak demokratis, legalisasi Partai Komunis, dan reformasi ekonomi dan tanah, tetapi pemerintah AS menuntut Goulart menerapkan program pengetatan anggaran. Pemerintah Amerika Serikat menjalankan rencana bernama Operasi Brother Sam untuk destabilisasi Brasil dengan memangkas bantuan ke pemerintah Brasil, membantu gubernur-gubernur Brasil yang menolak presiden baru ini, dan mendorong perwira militer senior Brasil untuk merebut kekuasaan dan mengangkat kepala staf angkatan darat, Jenderal Humberto de Alencar Castelo Branco, sebagai pemimpin kudeta.[106][107] Jenderal Branco memimpin penggulingan pemerintahan konstitusional Goulart pada bulan April 1964 dan diangkat sebagai presiden pertama rezim militer. Ia langsung mengumumkan keadaan darurat dan menangkap lebih dari 50.000 lawan politik dalam satu bulan pertamanya. AS menyatakan puas dan kembali mengucurkan bantuan dan investasi ke negara tersebut.[108]
1963: Irak
suntingBeberapa sumber, khususnya Said Aburish, menduga bahwa kudeta Februari 1963 yang menjadi awal berdirinya pemerintahan Ba'athis di Irak "diotaki" oleh CIA.[109] Akan tetapi, tidak ada dokumen rahasia AS yang menguatkan tuduhan ini.[110] Tareq Y. Ismael, Jacqueline S. Ismael, dan Glenn E. Perry menulis bahwa "pasukan perwira Ba'this menggulingkan Qasim pada tanggal 8 Februari 1963 setelah bekerja sama dengan CIA."[111] Sebaliknya, Gibson menulis bahwa "banyak bukti menunjukkan bahwa CIA bukan otak kudeta Ba'athis Februari 1963."[112] Amerika Serikat menawarkan bantuan material kepada pemerintahan Ba'athis yang baru setelah kudeta, walaupun ada pembantaian anti-komunis dan kekerasan terhadap pemberontak dan warga sipil Kurdi.[113] Karena itu, Nathan Citino mengatakan, "Meskipun Amerika Serikat tidak memicu kudeta 14 Ramadan, setidaknya AS membiarkan atau bahkan membantu kekerasan yang terjadi kemudian."[114] Pemerintahan Ba'athis bubar pada bulan November 1963 akibat persoalan penyatuan wilayah dengan Suriah (cabang saingan Partai Ba'ath merebut kekuasaan di Suriah pada Maret).[115] Ada banyak diskusi ilmiah seputar tuduhan Raja Hussein dari Yordania dan berbagai pihak bahwa CIA (atau lembaga AS lainnya) memberi daftar orang komunis dan orang berhaluan kiri kepada pemerintah Ba'athis. Orang-orang di dalam daftar tersebut kelak ditangkap atau dibunuh oleh milisi Partai Ba'ath—Garda Nasional. Gibson dan Hanna Batatu menekankan bahwa identitas anggota Partai Komunis Irak diketahui secara terbuka dan Ba'ath tidak perlu bergantung kepada intelijen AS, sedangkan Citino menilai tuduhan tersebut mungkin saja benar karena kedutaan besar AS di Irak benar-benar membuat daftar tersebut dan anggota Garda Nasional Irak yang terlibat pembantaian dilatih di Amerika Serikat.[116][117][118]
1963: Vietnam
suntingMeski Amerika Serikat bersekutu dengan Vietnam Selatan pada Perang Vietnam, pemerintahan Kennedy semakin frustrasi dengan pemerintahan Presiden Vietnam Selatan Ngo Dinh Diem yang korup dan represif. Karena Diem menolak melakukan reformasi, sejumlah pejabat Amerika Serikat mempertimbangkan untuk mendukung pihak-pihak yang ingin menggantinya. Mereka mengirim Kawat 243 pada tanggal 24 Agustus 1963 yang menginstruksikan Duta Besar Amerika Serikat untuk Vietnam Selatan, Henry Cabot Lodge Jr., untuk "mempertimbangkan semua pemimpin alternatif potensial dan membuat rencana terperinci tentang cara mengangkat pengganti Diem apabila perlu". Lodge dan penghubungnya, Lucien Conein, mengontak perwira-perwira Angkatan Darat Republik Vietnam yang tidak puas dan meyakinkan mereka untuk menggulingkan Diem. Upaya-upaya ini berbuah kudeta pada tanggal 2 November 1963 yang menewaskan Diem dan adiknya.[119]
Pentagon Papers menyimpulkan bahwa "Sejak Agustus 1963, kami menyetujui, mengizinkan, dan mendukung rencana kudeta oleh jenderal-jenderal Vietnam dan menawarkan bantuan penuh untuk pemerintahan baru. Pada bulan Oktober, kami menghentikan bantuan untuk Diem secara kasar dan memberi lampu hijau kepada para jenderal. Kami menghubungi mereka secara rahasia sepanjang perencanaan dan pelaksanaan kudeta dan berusaha meninjau rencana operasinya dan merencanakan pemerintahan baru."[120]
1965–66: Republik Dominika
suntingDalam Perang Saudara Dominika, junta pimpinan Presiden Joseph Donald Reid Cabral melawan pasukan "konstitusionalis" atau "pemberontak" yang mendukung pengangkatan kembali presiden pertama Republik Dominika yang terpilih secara demokratis, Juan Emilio Bosch Gaviño, yang tidak sempat menyelesaikan masa jabatannya karena dikudeta. AS melancarkan "Operasi Power Pack," operasi yang menempatkan militer AS di antara pihak pemberontak dan pihak junta untuk mencegah laju pemberontak.[121][122] Sebagian besar penasihat sipil tidak menyarankan intervensi langsung supaya junta bisa mengakhiri perang saudara ini, tetapi Presiden Lyndon B. Johnson lebih mendengarkan duta besarnya di Santo Domingo, William Tapley Bennett, yang menyarankan AS turun tangan.[123] Kepala Staf Jenderal Wheeler memberitahu seorang bawahannya: "Misi rahasiamu adalah mencegah Republik Dominika jatuh ke tangan Komunis."[124] 41 kapal AS dikirim untuk mengepung pulau saat AS melancarkan invasi. Pada akhirnya, 42.000 tentara dan marinir dikerahkan ke Republik Dominika dan AS menduduki negara tersebut.[125]
1965–1967: Indonesia
suntingPerwira junior dan komandan penjaga istana Presiden Sukarno menuduh petinggi senior militer Indonesia merencanakan kudeta bekingan CIA terhadap Presiden Sukarno dan membunuh enam jenderal senior pada tanggal 1 Oktober 1965. Jenderal Muhammad Suharto dan perwira militer senior lainnya menyerang para perwira junior pada hari itu juga dan menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan pembunuhan enam jenderal tersebut.[126] Militer melakukan kampanye propaganda yang didasari kebohongan dan memanas-manasi warga sipil untuk menyerang orang-orang yang diduga mendukung PKI dan lawan politik lainnya. Militer Indonesia bersama warga sipil melakukan serangkaian pembunuhan massal selama beberapa bulan berikutnya. CIA mengakui bahwa "berdasarkan jumlah korban tewas, pembantaian anti-PKI di Indonesia merupakan salah satu pembunuhan massal terburuk pada abad ke-20."[127] Jumlah warga sipil yang tewas berkisar antara setengah juta sampai satu juta jiwa.[128][129][130] Namun, perkiraan terkini berjumlah dua sampai tiga juta jiwa.[131][132] Duta Besar Amerika Serikat Marshall Green mendorong para pemimpin militer Indonesia untuk mengambil tindakan kekerasan terhadap lawan politik.[127] Dokumen Kedutaan Besar AS di Jakarta yang baru terungkap tahun 2017 membenarkan bahwa AS memiliki informasi terperinci dan berkelanjutan tentang pembunuhan massal ini dan secara aktif membantu dan mendorong militer Indonesia untuk kepentingan geopolitik AS.[133][134][135][136] Diplomat-diplomat AS mengatakan kepada wartawan Kathy Kadane pada tahun 1990 bahwa mereka memberikan daftar ribuan nama terduga pendukung PKI dan orang-orang berhaluan kiri lainnya kepada militer Indonesia. Mereka juga mengatakan bahwa pejabat-pejabat AS kemudian mencoret nama orang-orang yang sudah dibunuh.[137][138] Sebagian besar basis pendukung Presiden Sukarno lenyap, dipenjara, dan ketakutan. Karena itu, ia terpaksa mundur pada tahun 1967 dan digantikan oleh rezim militer otoriter yang dipimpin Jenderal Suharto.[139][140] Beberapa sejarawan menggolongkan pembunuhan massal ini sebagai genosida.[141][142][143]
1967: Yunani
suntingPada tanggal 21 April 1967, beberapa minggu menjelang pemilihan umum, sekelompok perwira militer sayap kanan yang dipimpin Brigadir Jenderal Stylianos Pattakos dan Kolonel George Papadopoulos dan Nikolaos Makarezos melakukan kudeta.[144] Mereka mengerahkan tank di tempat-tempat strategis di Athena dan berhasil menguasai kota.
Pada saat yang sama, beberapa satuan mobil ditugaskan untuk menangkap politikus penguasa, tokoh besar, dan warga biasa yang diduga simpatisan sayap kiri berdasarkan daftar yang sudah disiapkan sebelumnya. Salah satu orang pertama yang ditangkap adalah Letnan Jenderal Grigorios Spandidakis, Komandan Pemimpin Angkatan Darat Yunani. Para kolonel membujuk Spandidakis untuk bergabung dengan mereka dan mengaktifkan rencana aksi untuk melanjutkan kudeta. Pada pagi-pagi buta, seluruh Yunani dikuasai oleh para kolonel. Semua politikus penguasa, termasuk pelaksana tugas Perdana Menteri Panagiotis Kanellopoulos, ditangkap dan ditahan di tempat rahasia. Pada pukul 06:00 Waktu Eropa Timur, Papadopoulos mengumumkan bahwa sebelas pasal konstitusi Yunani ditangguhkan.[145]
Pendiri Partai Persatuan Tengah yang berhaluan kiri, Georgios Papandreou, ditangkap usai penyerbuan malam hari di vilanya di Kastri, Attica. Andreas ditangkap pada saat yang sama setelah tujuh tentara bersenjatakan bayonet dan senjata mesin memaksa masuk rumahnya. Andreas Papandreou menyelamatkan diri ke atap rumahnya, tetapi menyerah setelah salah satu tentara menodong putranya yang maish berusia 14 tahun, George Papandreou.[145] Gust Avrakotos, pejabat tinggi CIA di Yunani yang dekat dengan para kolonel, konon menyarankan mereka untuk "menembak orang brengsek itu karena dia akan kembali menghantuimu".[146]
Tokoh-tokoh AS yang mengkritik kudeta ini meliputi Senator Lee Metcalf yang mengkritik pemerintahan Johnson karena memasok bantuan untuk "rezim militer yang beranggotakan kolaborator dan simpatisan Nazi". Phillips Talbot, Duta Besar AS di Athena, menolak kudeta ini karena mencerminkan "pemerkosaan demokrasi". John M. Maury, kepala kantor CIA di Athena, menjawab, "Bagaimana caranya memerkosa pelacur?"[145] CIA mengklaim bahwa kudeta ini tidak disangka-sangka oleh mereka.[147]
1970-an
sunting1971: Bolivia
suntingPemerintah AS membantu kudeta tahun 1971 pimpinan Jenderal Hugo Banzer yang menggulingkan Presiden Bolivia, Juan José Torres.[148][149] Torres mengecewakan AS karena mendirikan "Asamblea del Pueblo" (Majelis Rakyat). Lapisan-lapisan masyarakat proletar diwakili di majelis ini (penambang, guru berserikat, pelajar, petani) dan mengubah haluan negara ini ke sayap kiri. Banzer memimpin pemberontakan militer pada 18 Agustus 1971 yang berhasil merebut kekuasaan pada 22 Agustus 1971. AS kemudian memberi bantuan militer dan bantuan lain kepada pemerintahan diktator Banzer. Banzer sendiri membungkam kebebasan berbicara dan pembangkangan, menyiksa ribuan orang, "melenyapkan" dan membunuh ratusan orang, dan membubarkan serikat pekerja dan universitas.[150][151] Torres menyelamatkan diri ke luar negeri, lalu diculik dan dibunuh pada tahun 1976. Pembunuhan ini adalah bagian dari Operasi Condor, kampanye penindasan politik dan terorisme negara oleh diktator sayap kanan Amerika Selatan yang didukung AS.[152][153][154]
1972–1975: Irak
suntingAS diam-diam menyalurkan jutaan dolar ke pemberontak Kurdi yang dibantu Iran untuk melawan pemerintah Irak.[155][156] Peran AS sangat rahasia sampai-sampai Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan "Komite 40" yang dibentuk untuk mengawasi operasi rahasia tidak tahu. Tentara Partai Demokratik Kurdi dipimpin oleh Mustafa Barzani. Tanpa sepengetahuan suku Kurdi, AS justru ingin pemberontakan ini gagal. Tujuannya adalah membuat pemerintah Irak teralihkan dan sibuk.[157][158] AS mendadak berhenti membantu pihak Kurdi pada tahun 1975. Meski pihak Kurdi berkali-kali meminta bantuan, AS menolak mengulurkan bantuan kemanusiaan untuk ribuan orang Kurdi yang mengungsi akibat gagalnya pemberontakan.[159][160]
1973: Chili
suntingPresiden Salvador Allende yang terpilih secara demokratis digulingkan oleh angkatan bersenjata dan kepolisian nasional Chili. Kudeta ini terjadi setelah kerusuhan sosial dan politik yang berlarut-larut antara Kongres Chili yang berhaluan kanan dan Allende sekaligus perang ekonomi yang dimulai oleh pemerintah AS.[161] Sebelum kudeta, kepala staf angkatan darat Chili, René Schneider, seorang jenderal yang berkomitmen melindungi tatanan konstitusional, dibunuh pada tahun 1970 dalam upaya penculikan gagal yang dibantu CIA.[162][163] Pemerintahan Augusto Pinochet yang berkuasa setelah kudeta diketahui melenyapkan kurang lebih 3.200 pembangkang politik, memenjara 30.000 orang (banyak diantaranya disiksa), dan memaksa 200.000 penduduk Chili mengungsi di luar negeri.[164][165][166] CIA, lewat Project FUBELT (atau Track II), diam-diam menyusun rencana kudeta. AS awalnya membantah keterlibatan apapun, tetapi banyak dokumen rahasia yang terungkap seiring waktu berlalu.[167]
1979–1989: Afghanistan
suntingDalam "Operasi Cyclone", pemerintah Amerika Serikat diam-diam mengirim senjata dan dana untuk sejumlah panglima perang dan faksi gerilyawan Jihad bernama Mujahidin di Afghanistan. Mujahidin saat itu berjuang menggulingkan pemerintah Afghanistan dan pasukan militer Soviet yang mendukungnya. Melalui Inter-Services Intelligence (ISI), badan intelijen Pakistan, AS menyalurkan senjata, uang, dan pelatihan bagi para pejuang Afghanistan, termasuk kelompok jihad yang kelak dikenal dengan nama Taliban. AS mengeluarkan $800 juta untuk membantu 35.000 petempur asing dari Arab.[168][169][170][171] Petempur Arab Afghanistan juga "diuntungkan secara tidak langsung oleh pendanaan CIA melalui ISI dan organisasi pemberontak."[172][173] Sebagian penerima bantuan CIA adalah komandan-komandan Arab seperti Jalaluddin Haqqani dan Gulbuddin Hekmatyar yang menjadi sekutu penting Osama Bin Laden selama bertahun-tahun.[174][175][176] Menurut mantan Menteri Luar Negeri Robin Cook, sejumlah militan yang didanai CIA kelak menjadi bagian dari Al Qaeda, termasuk Osama Bin Laden.[177][178][179][180][181] Namun, tuduhan ini dibantah oleh Steve Coll ("Apabila CIA benar-benar mengontak bin Laden pada 1980-an dan menutup-nutupinya, CIA telah melakukan kerja yang bagus"),[182] Peter Bergen ("Teori bahwa bin Laden dilatih oleh CIA itu pernyataan tanpa bukti pendukung"),[183] dan Jason Burke ("Sering sekali orang bilang bahwa bin Laden didanai oleh CIA. Ini tidak benar dan tidak mungkin karena tidak sesuait dengan struktur pendanaan yang dirancang oleh Jenderal Zia ul–Haq, penguasa Pakistan tahun 1977").[184] Walaupun Operasi Cyclone secara resmi berakhir tahun 1989 dengan penarikan tentara Soviet dari Afghanistan, kucuran dana AS untuk Mujahidin terus berlanjut sampai 1992 ketika mereka menggulingkan pemerintah Afghanistan di Kabul.[185]
1980-an
sunting1980-1989: Polandia
suntingBerbeda dengan Carter, pemerintahan Reagan mendukung gerakan Solidarność di Polandia dan—berdasarkan intelijen CIA—melakukan kampanye hubungan masyarakat untuk mencegah "potensi laju pasukan militer Soviet dalam jumlah besar ke Polandia."[186] Michael Reisman dari Yale Law School menyebut operasi di Polandia sebagai salah satu aksi rahasia CIA pada masa Perang Dingin.[187] Kolonel Ryszard Kukliński, perwira senior Staf Polandia, diam-diam mengirim laporan ke CIA.[188] CIA melakukan transfer tunai sebesar $2 juta per tahun ke Solidarność dengan total $10 juta selama lima tahun. Tidak ada hubungan langsung antara CIA dan Solidarność. Semua dana ditransfer melalui pihak ketiga.[189] Pejabat-pejabat CIA dilarang bertemu petinggi Solidarność. Kontak CIA dengan aktivis Solidarność tidak seintens AFL-CIO. AFL-CIO menggalang $300.000 dari anggota-anggotanya untuk memasok materi dan uang tunai langsung ke Solidarity tanpa syarat. Kongres Amerika Serikat memerintahkan National Endowment for Democracy untuk menyebarkan nilai demokrasi. NED mengalokasikan $10 juta untuk Solidarność.[190]
Ketika pemerintah Polandia menetapkan jam malam pada bulan Desember 1981, Solidarność tidak diberitahu. Ada beberapa penjelasan; sejumlah pihak percaya bahwa CIA kecolongan, tetapi ada pula pihak yang menduga pengambil kebijakan AS lebih memilih pembersihan internal daripada "intervensi Soviet".[191] Dukungan CIA untuk Solidarność terdiri dari uang, perlengkapan, dan pelatihan yang dikoordinasikan oleh Special Operations.[192] Henry Hyde, anggota komite intelijen DPR AS, menyatakan bahwa AS mengirim "pasokan dan bantuan teknis seperti koran rahasia, siaran, propaganda, uang, bantuan organisasi, dan saran".[193] Anggaran awal aksi rahasia CIA sebesar $2 juta, lalu dinaikkan. Pada tahun 1985, CIA berhasil menyusup ke Polandia.[194]
1980–1992: El Salvador
suntingPemerintah El Salvador terlibat perang saudara mematikan melawan Front Pembebasan Nasional Farabundo Martí (FMLN), organisasi payung kelompok oposisi sayap kiri, dan para pemimpin koperasi petani, pemimpin buruh, dan pendukung reformasi tanah dan perbaikan kondisi bagi "campesinos" (petani penyewa dan buruh tani lainnya) yang mendukung FMLN. Militer Salvador mengirim pasukan pembunuh untuk meneror warga sipil di pedesaan supaya berhenti mendukung FMLN.[195] Tentara pemerintah membunuh lebih dari 75.000 warga sipil sepanjang perang pada tahun 1980–1992.[196][197][198][199][200][201] Pemerintah AS memberi pelatihan militer dan senjata untuk militer Salvador. Batalyon Atlacatl, batalyon kontra-pemberontak, dibentuk tahun 1980 di School of the Americas milik Angkatan Darat AS dan berperan penting dalam kebijakan "bumi hangus" melawan FLMN dan desa-desa pendukungnya. Tentara Atlacatl dipersenjatai dan diatur oleh penasihat militer AS yang beroperasi di El Salvador.[202][203][204] Batalyon Atlacatl juga terlibat dalam pembantaian El Mozote bulan Desember 1981.[205] Pada Mei 1983, sejumlah perwira AS menduduki pucuk militer Salvador, mengambil keputusan penting, dan mengatur jalannya perang.[206][207][208][209] Komisi pencari fakta Kongres AS menemukan bahwa militer Salvador menerapkan kebijakan penindasan yang "menghancurkan beberapa desa, mengepung pasukan gerilya, dan memutus pasokan mereka."[210] Strategi "laut kering" atau "bumi hangus" didasarkan pada taktik kontra-pemberontak junta di Guatemala dan diturunkan/diadaptasi dari strategi AS semasa Perang Vietnam dan diajarkan oleh penasihat militer AS.[211][212]
1982–1989: Nikaragua
suntingPemerintah AS berusaha menumbangkan pemerintahan Nikaragua dengan diam-diam mempersenjatai, melatih, dan mendanai Contra, kelompok militan yang berpusat di Honduras dan dibentuk untuk menyabotase Nikaragua sekaligus mengganggu jalannya pemerintahan Nikaragua.[213][214][215][216] Sebagai bagian dari latihan, CIA menyebarkan "buku panduan teror" terperinci berjudul "Psychological Operations in Guerrilla War" yang mencantumkan cara meledakkan gedung pemerintah, membunuh hakim, mempersiapkan martir atau penyerang bunuh diri, dan menekan warga sipil.[217] Selain membantu Contra, pemerintah AS juga meledakkan jembatan dan meranjau perairan Corinto; tenggelamnya beberapa kapal sipil Nikaragua dan kapal asing menewaskan warga sipil.[218][219][220][221] Karena Amendemen Boland melarang pemerintah AS mendanai aktivitas Contra, pemerintahan Ronald Reagan diam-diam menjual senjata kepada pemerintah Iran untuk mendanai aparat rahasia pemerintah AS yang terus mendanai Contra secara ilegal. Keputusan ini dikenal sebagai Skandal Iran-Contra.[222] AS terus mempersenjatai dan melatih Contra meskipun pemerintahan Sandinista menang pemilu tahun 1984.[223][224]
1983: Grenada
suntingMelalui Operasi Urgent Fury, militer Amerika Serikat menyerbu negara pulau Grenada untuk menggulingkan pemerintahan Marxis yang tidak disukai pemerintahan Reagan.[225][226] Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mencap invasi AS sebagai "pelanggaran berat hukum internasional",[227] tetapi resolusi yang didukung mayoritas suara di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa diveto di AS.[228][229]
1989: Panama
suntingPada bulan Desember 1989, dalam operasi militer berjulukan Operation Just Cause, Amerika Serikat menyerbu Panama. Presiden George H. W. Bush memulai perang ini sepuluh tahun setelah Perjanjian Torrijos–Carter diratifikasi untuk memindahkan kedaulatan Terusan Panama dari Amerika Serikat ke Panama pada tahun 2000. AS menggulingkan pemimpin de facto, jenderal, dan diktator Manuel Noriega dan mengekstradisinya ke AS. Presiden terpilih Guillermo Endara kemudian dilantik dan Pasukan Pertahanan Panama dibubarkan.
Pasca-Perang Dingin
sunting1990-an
sunting1991: Kuwait
suntingUsai serbuan Irak ke Kuwait bulan Agustus 1990, pemerintah Amerika Serikat melobi berbagai negara di Dewan Keamanan PBB untuk mendukung resolusi yang mengizinkan negara-negara anggota PBB menggunakan "cara apapun bila perlu" untuk mengusir tentara Irak dari Kuwait.[230] Setelah Resolusi 678 Dewan Keamanan PBB disahkan, AS menyusun pasukan koalisi beranggotakan 34 negara untuk melancarkan invasi. Operasi ini dimulai pada bulan Januari 1991 dengan julukan "Operasi Desert Storm". Koalisi pimpinan AS memukul mundur pasukan Irak dari Kuwait dan mengangkat kembali Sheikh Jaber al-Ahmad al-Sabah sebagai amir Kuwait.[231]
1991: Haiti
suntingDelapan bulan setelah pemilihan umum demokratis pertama di Haiti, Presiden terpilih Jean-Bertrand Aristide digulingkan oleh militer Haiti. Sejumlah pihak menduga CIA "membayar orang-orang penting di dalam pasukan kudeta yang diidentifikasi sebagai penyelundup obat-obatan terlarang untuk memperoleh informasi sejak pertengahan 1980-an sampai kudeta terjadi."[232] Pemimpin kudeta, Cédras dan François, mengikuti pelatihan militer di Amerika Serikat.[233]
1991–2003: Irak
suntingSetelah Perang Teluk Persia tahun 1991, pemerintah Amerika Serikat berhasil melobi supaya sanksi sebelum perang diperkuat.[234] Dewan Keamanan PBB menyetujui Resolusi 687 pada April 1991.[235][236] Setelah PBB menjatuhkan sanksi yang lebih berat, para pejabat AS menyatakan pada bulan Mei 1991—ketika banyak pihak memperkirakan pemerintahan Saddam Hussein akan bubar[237][238]—bahwa sanksi tidak akan dicabut sepanjang Saddam masih berkuasa.[239][240][241] Pada periode pemerintahan berikutnya, AS menyatakan bahwa sanksi akan dicabut apabila Irak mematuhi semua resolusi PBB yang dilanggarnya, termasuk inspeksi senjata PBB.[242] Dampak sanksi terhadap kehidupan warga sipil Irak, termasuk tingkat kematian anak, masih diperdebatkan waktu itu. Meski banyak yang percaya bahwa sanksi menaikkan tingkat kematian anak, penelitian terkini menunjukkan bahwa data yang sering dikutip justru dipalsukan oleh pemerintah Irak dan "jumlah kematian anak di Irak tidak mengalami kenaikan besar setelah 1990 maupun selama sanksi berlaku."[243][244][245][246][247]
1994–2000: Irak
suntingCIA melaksanakan DBACHILLES, operasi kudeta terhadap pemerintah Irak, dengan merekrut Ayad Allawi, ketua Iraqi National Accord, jaringan warga Irak yang menentang pemerintahan Saddam Hussein. Jaringan ini melibatkan perwira militer dan intelijen Irak, tetapi disusupi oleh orang-orang yang loyal dengan pemerintah Irak.[248][249][250] Melalui Ayad Allawi dan jaringannya, CIA melakukan sabotase pemerintah dan rangkaian pengeboman di Baghdad pada tahun 1992 sampai 1995. Tindakan ini menyasar target-target yang—menurut pemerintah Irak saat itu—menewaskan warga sipil, termasuk penonton bioskop.[251] Kampanye pengeboman CIA mungkin bertujuan menguji kapasitas operasional jaringan aset darat CIA, bukan untuk melancarkan kudeta.[251] Kudetanya gagal, tetapi Ayad Allawi kelak diangkat sebagai Perdana Menteri Irak oleh Dewan Pemerintah Sementara Irak yang dibentuk oleh koalisi pimpinan AS usai invasi dan pendudukan Irak pada Maret 2003. Secara terbuka, AS mengesahkan Undang-Undang Pembebasan Irak pada tahun 1998 yang menyatakan bahwa "Amerika Serikat harus memiliki kebijakan yang mendukung upaya untuk menumbangkan rezim Saddam Hussein di Irak". Kongres menganggarkan dana bantuan "untuk organisasi oposisi demokrat Irak."[252]
1997: Indonesia
suntingPemerintahan Clinton melihat kesempatan untuk menggulingkan Presiden Suharto setelah pemerintahannya dirasa semakin rentan usai krisis keuangan Asia 1997. Pejabat pemerintah Amerika Serikat berupaya memperparah krisis moneter Indonesia dengan mendorong Dana Moneter Internasional untuk menentang rencana Suharto membentuk dewan mata uang untuk menstabilkan rupiah. Tujuannya adalah memancing sentimen negatif dari masyarakat. Direktur IMF Michel Camdessus mengatakan, "Kami menciptakan kondisi yang mengharuskan Presiden Suharto mundur dari jabatannya." Mantan Menteri Luar Negeri AS Lawrence Eagleburger mengatakan, "Kami cukup cerdik karena kami berpihak kepada IMF sehingga [Suharto] digulingkan. Bijak atau tidaknya itu persoalan lain. Saya tidak bermaksud bahwa Pak Suharto seharusnya bertahan, tetapi saya ingin dia mundur bukan karena didesak IMF."[253][254] Ratusan orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi setelah itu.
2000-an
sunting2000: Yugoslavia
suntingSejak 1998 hingga 2000, lebih dari $100.000.000 ditransfer dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat melalui Quango ke partai-partai oposisi untuk memulai pergantian rezim di Yugoslavia.[255] Setelah hasil pemilu Yugoslavia 2000 diketahui bermasalah, Deplu AS membantu kelompok-kelompok oposisi seperti Otpor! dengan memasok materi promosi dan jasa konsultasi lewat Quango.[256] Keterlibatan Amerika Serikat bertujuan mempercepat dan mendorong pembangkangan melalui pemaparan, sumber daya, dorongan moral dan material, bantuan teknologi, dan saran profesional.[255] Kampanye ini merupakan salah satu faktor yang memicu Revolusi Buldoser dan tergulingnya presiden Slobodan Milošević pada tanggal 5 Oktober 2000.[255]
2005: Iran
suntingMenurut sumber-sumber intelijen AS dan Pakistan, sejak 2005, pemerintah AS diam-diam mendukung dan memengaruhi sebuah kelompok militan Baloch bernama Jundullah, otak di balik rangkaian serangan gerilya mematikan di Iran.[257] Jundullah di bawah pimpinan Abdolmalek Rigi (kadang ditulis Abd el Malik Regi) diduga berafiliasi dengan Al Qaeda, tetapi Jundullah membantah tuduhan tersebut. ABC News menerima informasi dari informan Baloch bahwa dana untuk Jundullah ditransfer lewat eksil-eksil Iran. Menurut Vali Nasr, "Jundullah diduga menjalin hubungan dengan Al Qaeda dan diduga terlibat perdagangan obat-obatan terlarang".[258] Sumber intelijen AS mengklaim bahwa operasi Jundullah adalah operasi palsu Mossad Israel yang disamarkan sehingga seolah-olah direncanakan oleh intelijen AS.[259]
2006–07: Palestina
suntingPemerintah Amerika Serikat menekan faksi Fatah di Palestina untuk menggulingkan pemerintahan Hamas yang dipimpin Perdana Menteri Ismail Haniyeh.[260][261][262] Pemerintahan Bush tidak puas dengan pemerintahan yang dipilih penduduk Palestina dalam pemilu legislatif Januari 2006.[260][261][263] Pemerintah AS membuat program pelatihan dan persenjataan rahasia yang anggarannya disetujui oleh Kongres. Selain itu, seperti skandal Iran-Contra, ada juga sumber pendanaan rahasia non-Kongres untuk Fatah yang bertujuan memicu perang dan kekerasan melawan pemerintahan Haniyeh.[260][264][265] Perang berlangsung brutal dan memakan banyak korban. Fatah menculik dan menyiksa sejumlah pemimpin sipil Hamas, kadang-kadang di hadapan keluarga mereka, dan membakar sebuah universitas di Gaza. Ketika pemerintah Arab Saudi berinisiatif merundingkan gencatan senjata antara kedua belah pihak demi mencegah perang saudara besar-besaran, pemerintah AS memaksa Fatah menolak usulan Saudi dan terus berusaha menggulingkan Haniyeh.[260] Pemerintahan Haniyeh akhirnya kehilangan kekuasaan di seluruh Palestina; Hamas mundur ke Jalur Gaza dan Fatah mundur ke Tepi Barat.
Pasca–2005: Suriah
suntingSejak 2006, Departemen Luar Negeri mengirimkan sedikitnya $6 juta kepada saluran satelit anti-pemerintah Barada TV yang berafiliasi dengan kelompok eksil Gerakan Keadilan dan Pembangunan di Suriah. Dukungan rahasia ini berlanjut pada masa pemerintahan Obama walaupun AS kembali membina hubungan dengan rezim Bashar Al-Assad.[266][267]
Setelah Perang Saudara Suriah pecah, pemerintah AS meminta Presiden Bashar Al Assad "mundur" dan menerapkan embargo minyak untuk melemahkan pemerintah Suriah.[268][269][270] AS memberi pelatihan, senjata, dan dana untuk pemberontak "moderat" Suriah sejak 2013[271][272] dan Dewan Militer Agung sejak 2014.[273][274]
Pada Maret 2017, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan bahwa prioritas AS di Suriah bukan lagi "menumbangkan Assad".[275] Dalam konferensi pers di Ankara, Menteri Luar Negeri Rex Tillerson juga menyatakan bahwa "status Presiden Assad dalam jangka panjang akan ditentukan oleh rakyat Suriah."[276] Walaupun program Departemen Pertahanan AS untuk membantu pemberontak Kurdi yang memerangi Negara Islam Irak dan Syam (NIIS) terus berlanjut, Presiden Trump memerintahkan "pencabutan" bantuan CIA untuk pemberontak anti-Assad pada Juli 2017.[277]
2010-an
sunting2011 Libya
suntingAmerika Serikat adalah bagian dari koalisi multinasional yang melancarkan intervensi militer di Libya untuk menegakkan Resolusi 1973 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa usai pecahnya Perang Saudara Libya.[278] Operasi militer dimulai dengan peluncuran 110 rudal jelajah Tomahawk oleh angkatan laut AS dan Britania,[279] pengerahan Angkatan Udara Prancis dan Britania di Libya,[280] dan blokade perairan oleh pasukan koalisi.[281]
2013: Mesir
suntingMeski keterlibatan AS dalam perencanaan atau pelaksanaan kudeta Mesir tidak diketahui, AS menolak mengakui terjadinya kudeta supaya bisa terus memasok bantuan militer untuk pemerintahan yang berkuasa pasca-kudeta.[282]
2014: Ukraina
suntingPada Desember 2013, Senator John McCain dari Partai Republik bersama Senator Chris Murphy dari Partai Demokrat menemui Yatsenyuk dan Tyahnybok, lalu berpidato di hadapan kerumunan demonstran:
"Ukraina akan membuat Eropa lebih baik dan Eropa akan membuat Ukraina lebih baik. Kami di sini untuk mendukung perjuangan kalian, hak berdaulat Ukraina untuk menentukan nasibnya sendiri secara bebas dan merdeka. Nasib kalian adalah menjadi bagian dari Eropa. Kami di sini mencoba memulai transisi damai yang dapat menghentikan kekerasan dan memberikan rakyat Ukraina sesuatu yang belum dimilikinya setelah berkali-kali melakukan revolusi, sebuah masyarakat yang nyata. Inilah revolusi akar rumput. Revolusi ini berlangsung damai, kecuali ketika pemerintah mencoba meredamnya, dan sejauh ini pemerintah belum melakukannya. Saya memuji kemampuan dan keinginan mereka untuk berunjuk rasa dengan damai menuntut perubahan yang saya rasa patut dirasakan oleh mereka. Orang-orang ini mencintai Amerika Serikat. Mereka cinta kebebasan. Saya rasa kalian bisa menganggap ini sebagai wujud dukungan kami seperti biasa untuk bangsa yang menghendaki masyarakat bebas dan demokratis." [283]
Dalam sebuah rekaman percakapan telepon yang bocor, Wakil Menteri Luar Negeri Victoria Nuland dan Duta Besar AS untuk Ukraina Geoffrey Pyatt membahas rencana membantu Ukraina mendirikan pemerintahan sementara. Dalam rekaman yang sama, Nuland mengatakan, "Persetan Uni Eropa", dan mengkritik lambatnya upaya Eropa dalam menangani kebuntuan politik dan kemungkinan krisis ekonomi di Ukraina.[284]
2015–sekarang: Yaman
suntingAmerika Serikat mendukung intervensi Arab Saudi dalam Perang Saudara Yaman. Perang Saudara Yaman pecah pada tahun 2015 antara dua kubu. Setiap kubu saat itu mengklaim mendukung pemerintahan Yaman yang sah:[285] pasukan Houthi yang menguasai ibu kota Sana'a dan mendukung mantan presiden Ali Abdullah Saleh bertempur melawan pasukan yang menguasai Aden dan tunduk kepada pemerintahan Abdrabbuh Mansur Hadi.[286] Serangan koalisi Saudi bertujuan mengembalikan Hadi sebagai pemimpin Yaman dan bekerja sama dengan berbagai faksi di sana.[287] Intervensi Arab Saudi dikutuk secara luas karena melibatkan pengeboman kota dan permukiman, termasuk sekolah dan rumah sakit.[288][289][290] Militer AS memberi bantuan target, intelijen, dan logistik untuk kampanye pengeboman yang dipimpin Saudi,[291] termasuk pengisian bahan bakar di udara.[292][293] AS juga memasok senjata dan bom,[294] termasuk bom curah yang dilarang di sebagian besar negara dan digunakan oleh Arab Saudi dalam konflik ini.[295][296] AS dikritik karena memasok senjata dan bom dan secara bersamaan tahu bahwa pengeboman Saudi menyasar warga sipil dan melanggar aturan perang.[297][298][299] Sejumlah pihak menilai pemerintah AS bisa digolongkan sebagai "pihak berperang" (beligeren) dalam konflik ini. Karena itu, personel militer AS dapat diadili atas kejahatan perang.[300][301][302] Seorang Senator menuduh AS terlibat dalam tragedi kemanusiaan Yaman yang diderita jutaan orang.[303][304] Pada Mei 2018, perang saudara masih buntu dan 13 juta warga Yaman menderita kelaparan.[305]
2017–sekarang: Venezuela
suntingPada tanggal 11 Agustus 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia "tetap mempertimbangkan opsi militer" untuk menghadapi pemerintahan otokratik Nicolás Maduro dan krisis Venezuela yang semakin parah.[306] Penasihat Trump menjelaskan bahwa solusi militer tidak baik dibicarakan karena AS punya sejarah panjang intervensi di Amerika Latin.[307] Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino langsung mencap pernyataan Trump sebagai "tindak ekstremisme" dan "kegilaan". Menteri Komunikasi Venezuela Ernesto Villegas mengatakan bahwa pernyataan Trump tergolong "ancaman terhadap kedaulatan bangsa".[308]
Perwakilan AS menghubungi sejumlah perwira militer pembangkang Venezuela pada tahun 2017 dan 2018, tetapi menolak bekerja sama atau memberi bantuan kepada mereka.[309] Opini negara-negara lain di Amerika Latin terbelah. Luis Almagro, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) masih mempertimbangkan keuntungan mengerahkan militer untuk menghadapi krisis ini. Kanada, Kolombia, dan Guyana, anggota Grup Lima, menolak menandatangani dokumen OAS yang menolak intervensi militer di Venezuela.[310][311]
Setelah masa jabatan Maduro berakhir tanggal 10 Januari 2019, krisis konstitusional terjadi. Pada tanggal 11 Januari, Majelis Nasional mengumumkan bahwa Juan Guaidó, Presiden Majelis Nasional Venezuela, diangkat sebagai penguasa dan pelaksana tugas Presiden Venezuela. Klaim kekuasaannya diakui beberapa hari kemudian oleh beberapa negara di Amerika Latin dan belahan dunia lain.[312][313][314] Tanggal 23 Januari, Guaidó dilantik sebagai presiden sementara. Kepresidenannya langsung diakui oleh beberapan negara asing.[315][316][317][318][319] Amerika Serikat mendukung Guaidó beberapa menit setelah ia dilantik.[320] Nicolás Maduro merespons dengan memerintahkan diplomat AS keluar dari Venezuela dalam kurun 72 jam.[321][butuh sumber yang lebih baik] Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menolak tuntutan Maduro karena tidak ada legitimasi, “Amerika Serikat tidak mengakui rezim Maduro...Amerika Serikat juga tidak mengakui bahwa mantan presiden Nicolas Maduro memiliki kewenangan hukum untuk memutus hubungan diplomatik...”[322]
Keterlibatan rahasia
suntingPada era modern, Amerika Serikat terlibat dalam berbagai upaya pergantian rezim rahasia. Pada masa Perang Dingin, pemerintah AS diam-diam membantu kudeta militer yang menggulingkan presiden yang terpilih secara demokratis di Suriah tahun 1949, Iran tahun 1953, Guatemala tahun 1954, Krisis Kongo 1960, Brasil tahun 1964, dan Chili tahun 1973.
Lihat pula
suntingCatatan
sunting- ^ Levin, Dov H. (2016-09-19). "Partisan electoral interventions by the great powers: Introducing the PEIG Dataset". Conflict Management and Peace Science (dalam bahasa Inggris). 36: 88–106. doi:10.1177/0738894216661190. ISSN 0738-8942.
- ^ Blum, William (2003). Killing Hope: U.S. Military and C.I.A. Interventions since World War II. Common Courage Press, Zed Books. ISBN 978-1-56751-253-3.
- ^ The Washington Post, October 13, 2016, "The Long History of the US Interfering with Elections Elsewhere," https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2016/10/13/the-long-history-of-the-u-s-interfering-with-elections-elsewhere/ Diarsipkan June 16, 2017, di Wayback Machine.
- ^ New York Times, February 17, 2019, "Russia Isn't the Only One Meddling in Elections, We Do It, Too," https://www.nytimes.com/2018/02/17/sunday-review/russia-isnt-the-only-one-meddling-in-elections-we-do-it-too.html Diarsipkan February 19, 2018, di Wayback Machine. citing Conflict Management and Peace Science, September 19, 2016 "Partisan Electoral Interventions by the Great Powers: Introducing the PEIG Dataset," http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/0738894216661190
- ^ United Nations Foundation, August 20, 2015, "The American Ratification of the UN Charter," http://unfoundationblog.org/the-american-ratification-of-the-un-charter/ Diarsipkan September 10, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Mansell, Wade and Openshaw, Karen, "International Law: A Critical Introduction," Chapter 5, Hart Publishing, 2014, https://books.google.com/booksid=XYrqAwAAQBAJ&pg=PT140[pranala nonaktif permanen]
- ^ "All Members shall refrain in their international relations from the threat or use of force against the territorial integrity or political independence of any state." United Nations, "Charter of the United Nations," Article 2(4), http://www.un.org/en/sections/un-charter/chapter-i/index.html Diarsipkan October 28, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Fox, Gregory, "Regime Change," 2013, Oxford Public International Law, Max Planck Encyclopedia of Public International Law, Sections C(12) and G(53)–(55), Diarsipkan November 4, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Stevenson, Robert Louis (1892). A Footnote to History: Eight Years of Trouble in Samoa. BiblioBazaar. ISBN 978-1-4264-0754-3.
- ^ Ryden, George Herbert. The Foreign Policy of the United States in Relation to Samoa. New York: Octagon Books, 1975. (Reprint by special arrangement with Yale University Press. Originally published at New Haven: Yale University Press, 1928), p. 574; the Tripartite Convention (United States, Germany, Great Britain) was signed at Washington on December 2, 1899.
- ^ Ryden, George Herbert. The Foreign Policy of the United States in Relation to Samoa. New York: Octagon Books, 1975. (Reprint by special arrangement with Yale University Press. Originally published at New Haven: Yale University Press, 1928), p. 574; the Tripartite Convention (United States, Germany, Great Britain) was signed at Washington on December 2, 1899 with ratifications exchanged on February 16, 1900
- ^ Kalaw 1927, hlm. 199–200
- ^ Worcester 1914, hlm. 180 in The Philippines: Past and Present (Volume 1 of 2) by Dean C. Worcester
- ^ Hall Gardner (March 16, 2016). The Failure to Prevent World War I: The Unexpected Armageddon. Routledge. hlm. 127. ISBN 978-1-317-03217-5.
- ^ Spence, In Search of Modern China, pp. 230–235; Keith Schoppa, Revolution and Its Past, pp. 118–123.
- ^ This Day in History, "November 3: 1903 Panama Declares Independence," https://www.history.com/this-day-in-history/panama-declares-independence Diarsipkan March 12, 2018, di Wayback Machine.
- ^ In a state speech in December 1903, President Theodore Roosevelt put the number of "revolutions, rebellions, insurrections, riots, and other outbreaks" in Panama at 53, within the space of 57 years. in "Theodore Roosevelt's third state of the union address":http://en.wikisource.org/wiki/Theodore_Roosevelt%27s_Third_State_of_the_Union_Address Diarsipkan May 2, 2012, di Wayback Machine.
- ^ Gilderhusrt, Mark T. (2000). The Second Century: U.S.–Latin American Relations Since 1889. Rowman & Littlefield. hlm. 49.
- ^ Becker, Marc. "History of U.S. Interventions in Latin America". www2.truman.edu.
- ^ Giles A. Hubert, War and the Trade Orientation of Haiti, https://www.jstor.org/stable/pdfplus/1053341.pdf
- ^ United States Naval Institute (1879). Proceedings of the United States Naval Institute. Annapolis, MD. hlm. 239.
- ^ Atkins, G. Pope & Larman Curtis Wilson. (1998). The Dominican Republic and the United States: From Imperialism to Transnationalism. Athens, GA: Univ. of Georgia Press. hlm. 49. ISBN 978-0-8203-1930-8.
- ^ Beyer, Rick, "The Greatest Stories Never Told" 2003: A&E Television Networks / The History Channel, pp. 152–153, ISBN 0060014016
- ^ Coatsworth, John. H. "Central America and the United States: The Clients and the Colossus," Twayne Publishers, New York: 1994, pp. 45, 225
- ^ The Stanford Daily, "Panamanian President Ousted in Coup d'Etat," Volume 100, Issue 15, October 10, 1941, https://stanforddailyarchive.com/cgi-bin/stanford?a=d&d=stanford19411010-01.2.38 Diarsipkan March 13, 2018, di Wayback Machine.
- ^ Hart-Landsberg, Martin, Korea: Division, Reunification, & U.S. Foreign Policy, Monthly Review Press (1998), p. 65
- ^ Cumings, Bruce, The Origins of the Korean War, Liberation and the Emergence of Separate Regimes, 1945–1947, Princeton University Press (1981), p. 88
- ^ Hart-Landsberg, Martin, Korea: Division, Reunification, & U.S. Foreign Policy, Monthly Review Press (1998), pp. 63–67, 70–77
- ^ Cumings, Bruce, "The Autumn Uprising," The Origins of the Korean War, Liberation and the Emergence of Separate Regimes, 1945–1947, Princeton University Press(1981)
- ^ Korea Times, June 15, 2015, "Korea Neglects Memory of Provisional Government," http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2016/03/180_180890.html Diarsipkan January 8, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Kim, Hunjoon (November 2009). "Seeking truth after 50 years: The National Committee for Investigation of the Truth about the Jeju 4.3 events". International Journal of Transitional Justice. 3 (3): 406–23. doi:10.1093/ijtj/ijp014.
- ^ The National Committee for Investigation of the Truth about the Jeju April 3 Incident, Jeju 4·3 Peace Foundation, March 29, 2003, "The Jeju 4.3 Incident Investigation Report," http://www.jeju43peace.or.kr/report_eng.pdf Diarsipkan September 21, 2015, di Wayback Machine.
- ^ The Hankyoreh, January 8, 2009, "439 Civilians Confirmed Dead in Yeosu-Suncheon Uprising of 1948: New Report by The Truth Commission Places Blame on Syngman Rhee and The Defense Ministry, Advises Government Apology," http://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_national/332032.html Diarsipkan May 11, 2011, di Wayback Machine.
- ^ Gwertzman, Bernard (August 4, 1975). "Papers Show U.S. Considered Ousting Rhee in Korean War". The New York Times. Diakses tanggal July 21, 2018.
- ^ Jong, Yil Ra (April 1992). "Political Crisis in Korea, 1952: The Administration, Legislature, Military and Foreign Powers". Journal of Contemporary History. 27 (2): 301–318. JSTOR 260912.
- ^ a b Nguyễn Anh Thái (chief author); Nguyễn Quốc Hùng; Vũ Ngọc Oanh; Trần Thị Vinh; Đặng Thanh Toán; Đỗ Thanh Bình (2002). Lịch sử thế giới hiện đại (dalam bahasa Vietnamese). Ho Chi Minh City: Giáo Dục Publisher. hlm. 320–322. 8934980082317.
- ^ Harry S. Truman, "Memoirs, Vol. Two: Years of Trial and Hope," 1946–1953 (Great Britain 1956), p. 66
- ^ p. 23, U.S. Military and CIA Interventions Since World War II, William Blum, Zed Books 2004 London.
- ^ "EAM-ELAS: Resistance of National Liberation Movement," Thanasis Hajis, pp. 69–70 in Greece: From Resistance to Civil War, Marion Sarafis, editor, Russell Press Ltd (1980)
- ^ McCullough, David (1992). Truman. New York: Simon & Schuster.
- ^ Patterson, James T. (1996). Grand Expectations. New York: Oxford University Press.
- ^ Panourgia, Neni, "Dangerous Citizens: The Greek Left and The Terror of the State," (New York: Fordham University Press, 2009) Chapter 5. 1946–1949: Emphýlios, Witness of the Mountains, available online at: https://dangerouscitizens.columbia.edu/1946-1949/witness-of-the/1/index.html Diarsipkan December 25, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Iatrides, John O., and Nicholas X. Rizopoulos, "The International Dimension of the Greek Civil War," World Policy Journal (2000): 87–103. in JSTOR Diarsipkan August 7, 2018, di Wayback Machine.
- ^ Herring, George C. (2008). From Colony to Superpower: U.S. Foreign Relations Since 1776. New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-507822-0.
- ^ "The Hukbalahap Insurrection: A Case Study of a Successful Anti-Insurgency Operation in the Philippines". history.army.mil. Diakses tanggal 2018-12-11.
- ^ Holland, Matthew F. (1996). America and Egypt: From Roosevelt to Eisenhower. Praeger. hlm. 26–29. ISBN 978-0-275-95474-1.
- ^ a b Ginsborg, A History of Contemporary Italy, pp. 106–113
- ^ James Ciment, Encyclopedia of Conflicts Since World War II (Routledge, 2015)
- ^ Corke, Sarah-Jane (2007-09-12). US Covert Operations and Cold War Strategy: Truman, Secret Warfare and the CIA, 1945-53 (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 47–48. ISBN 9781134104130.
- ^ "How to Hang On"[pranala nonaktif permanen], Time, April 19, 1948
- ^ "CNN Cold War Episode 3: Marshall Plan. Interview with F. Mark Wyatt, former CIA operative in Italy during the election". CNN. 1998–1999. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 31, 2001. Diakses tanggal July 17, 2006.
- ^ Memorandum CIA untuk Komite Empat Puluh (Dewan Keamanan Nasional) diserahkan kepada Komite Khusus Intelijen, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (Komite Pike) dalam sidang dengar pendapat tertutup tahun 1975. Seluruh laporan komite yang mengandung memorandum ini dibocorkan ke pers pada Februari 1976 dan dibukukan dengan judul CIA – The Pike Report (Nottingham, England, 1977). Memorandum ini dicantumkan di halaman 204–05.
- ^ Alternet, July 27, 2007, "The True – And Shocking – History of the CIA, An on-the-Record Master History of the CIA Has Finally Been Published, and Its Lesson Is That an Incompetent Intelligence Agency Can Be as Great a Threat to National Security as Not Having One at All," https://www.alternet.org/story/58164/the_true_--_and_shocking_--_history_of_the_cia Diarsipkan February 20, 2018, di Wayback Machine. citing Tim Weiner, "Legacy of Ashes: The History of the CIA" (Doubleday, 2007) p. 27
- ^ Pedaliu, E. (2003-10-23). Britain, Italy and the Origins of the Cold War (dalam bahasa Inggris). Springer. hlm. 57–62. ISBN 9780230597402.
- ^ "CIA Covert Aid to Italy Averaged $5 Million Annually from Late 1940s to Early 1960s, Study Finds | National Security Archive". nsarchive.gwu.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-08-22.
- ^ Alternet, July 27, 2007, "The True – And Shocking – History of the CIA, An on-the-Record Master History of the CIA Has Finally Been Published, and Its Lesson Is That an Incompetent Intelligence Agency Can Be as Great a Threat to National Security as Not Having One at All," https://www.alternet.org/story/58164/the_true_--_and_shocking_--_history_of_the_cia Diarsipkan February 20, 2018, di Wayback Machine. citing Tim Weiner, "Legacy of Ashes: The History of the CIA" (Doubleday, 2007) p. 298
- ^ Tanggal kudeta dalam kalender Persia.
- ^ Clandestine Service History: Overthrow of Premier Mossadeq of Iran, Mar. 1954: p. iii.
- ^ Ends of British Imperialism: The Scramble for Empire, Suez, and Decolonization. I.B.Tauris. 2007. hlm. 775 of 1082. ISBN 978-1-84511-347-6.
- ^ New York Times, 2000, "Secrets of History: The United States in Iran," https://www.nytimes.com/library/world/mideast/041600iran-cia-index.html Diarsipkan 2013-01-25 di Wayback Machine.
- ^ U.S. foreign policy in perspective: clients, enemies and empire. David Sylvan, Stephen Majeski, p. 121.
- ^ Blakeley, Ruth (2009). State Terrorism and Neoliberalism: The North in the South. Routledge. hlm. 92. ISBN 978-0-415-68617-4.
- ^ Coatsworth, John. H. "Central America and the United States: The Clients and the Colossus," Twayne Publishers, New York: 1994, pp. 58, 226
- ^ Kornbluh, Peter; Doyle, Kate, eds. "CIA and Assassinations: The Guatemala 1954 Documents", National Security Archive Electronic Briefing Book overview, Washington, D.C.: National Security Archive, http://nsarchive.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB4/index.html Diarsipkan November 24, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Kornbluh, Peter; Doyle, Kate, eds. "CIA and Assassinations: The Guatemala 1954 Documents", National Security Archive Electronic Briefing Book Document 5, Washington, D.C.: National Security Archive, http://nsarchive.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB4/index.html Diarsipkan November 24, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Conboy, Kenneth J., "War in Laos, 1954–1975" (Squadron/Signal Publications, 1994), p. 5
- ^ Castle, Timothy, "At War in the Shadow of Vietnam: United States Military Aid to the Royal Lao Government, 1955–1975," (New York: Columbia University Press, 1993), p. 18
- ^ Conboy, Kenneth J., "War in Laos, 1954–1975" (Squadron/Signal Publications, 1994), pp. 7, 13
- ^ Saunders, Bonnie, "The United States and Arab Nationalism: The Syrian Case, 1953–1960," (Westport, CT: Greenwood, 1996), p. 49
- ^ Sylvan, David and Majeski, Stephen, "U.S. Foreign Policy in Perspective: Clients, Enemies and Empire," (New York: Routledge, 2009) http://us-foreign-policy-perspective.org/index.php?id=328&L=0 Diarsipkan April 1, 2018, di Wayback Machine.
- ^ a b Blum, William, "Killing Hope: U.S. Military and CIA Interventions Since World War II," (Monroe, ME: Common Courage Press, 1995), pp. 86–87
- ^ Saunders, Bonnie, "The United States and Arab Nationalism: The Syrian Case, 1953–1960," (Westport, CT: Greenwood, 1996), p. 51
- ^ The Guardian, September 26, 2003, "Macmillan Backed Syria Assassination Plot, Documents Show White House and No. 10 Conspired over Oil-Fuelled Invasion Plan," https://www.theguardian.com/politics/2003/sep/27/uk.syria1 Diarsipkan June 3, 2015, di Wayback Machine.
- ^ a b John Prados, Safe for Democracy: The Secret Wars of the CIA (Chicago: Rowman & Littlefield, 2006), p. 164 [1]
- ^ Jones, Matthew. "The 'Preferred Plan': The Anglo-American Working Group Report on Covert Action in Syria, 1957," Intelligence and National Security 19(3), Autumn 2004, pp. 404–406
- ^ Dorril, Stephen, "MI6: Inside the Covert World of Her Majesty's Secret Intelligence Service," (New York: Touchstone, 2000), p. 656 656
- ^ Blum, William, "Killing Hope: U.S. Military and CIA Interventions Since World War II," (Monroe, ME: Common Courage Press, 1995), pp. 88–91
- ^ Daily News (Sri Lanka), "Bandung Conference of 1955 and the Resurgence of Asia and Africa," archived at: https://web.archive.org/web/20120513090833/http://www.dailynews.lk/2005/04/21/fea01.htm
- ^ Kahin, George McTurnan, "The Asian-African Conference: Bandung, Indonesia, April 1955" (Ithaca: Cornell University Press, 1956)
- ^ Conboy, Kenneth; Morrison, James (1999) "Feet to the Fire CIA Covert Operations in Indonesia, 1957–1958," (Annapolis: Naval Institute Press, 1999), p. 155, ISBN 1557501939
- ^ Conboy, Kenneth; Morrison, James (1999) "Feet to the Fire CIA Covert Operations in Indonesia, 1957–1958," (Annapolis: Naval Institute Press, 1999), p. 131, ISBN 1557501939
- ^ Los Angeles Times, October 29, 1994, "CIA's Covert Indonesia Operation in the 1950s Acknowledged by U.S.," http://articles.latimes.com/1994-10-29/news/mn-56121_1_state-department Diarsipkan January 19, 2018, di Wayback Machine.
- ^ Stone, Oliver and Kuznick, Peter, "The Untold History of the United States" (New York: Simon & Schuster, Inc., 2012), pp. 347–348
- ^ Sale, Richard (April 10, 2003). "Exclusive: Saddam Key in Early CIA Plot". United Press International. Diakses tanggal April 2, 2018.
- ^ Gibson, Bryan R. (2015). Sold Out? US Foreign Policy, Iraq, the Kurds, and the Cold War. Palgrave Macmillan. hlm. xvii, 25–26, 31, 200, 208. ISBN 978-1-137-48711-7.
- ^ Karsh, Efraim; Rautsi, Inari (2002). Saddam Hussein: A Political Biography. Grove Press. hlm. 15–22, 25. ISBN 978-0-8021-3978-8.
- ^ Makiya, Kanan (1998). Republic of Fear: The Politics of Modern Iraq, Updated Edition. University of California Press. hlm. 118. ISBN 978-0-520-92124-5.
- ^ Karsh, Efraim; Rautsi, Inari (2002). Saddam Hussein: A Political Biography. Grove Press. hlm. 20–21. ISBN 978-0-8021-3978-8.
- ^ US Library of Congress, Federal Research Division, Library of Congress Country Studies, "Laos: The Attempt to Restore Neutrality," https://web.archive.org/web/20041031091831/http://lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd%2Fcstdy%3A%40field%28DOCID%2Bla0039%29
- ^ Castle, Timothy, "At War in the Shadow of Vietnam: United States Military Aid to the Royal Lao Government, 1955–1975," (New York: Columbia University Press, 1993), pp. 32–33
- ^ Castle, Timothy, "At War in the Shadow of Vietnam: United States Military Aid to the Royal Lao Government, 1955–1975," (New York: Columbia University Press, 1993), pp. 33–35, 40, 59
- ^ US Library of Congress, Federal Research Division, Library of Congress Country Studies, "Laos: The Attempt to Restore Neutrality," https://web.archive.org/web/20041031091831/http://lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd%2Fcstdy%3A%40field%28DOCID%2Bla0039%29
- ^ Castle, Timothy, "At War in the Shadow of Vietnam: United States Military Aid to the Royal Lao Government, 1955–1975," (New York: Columbia University Press, 1993), pp. 21–25, 27
- ^ Kross, Peter (9 December 2018). "The Assassination of Rafael Trujillo". Sovereign Media. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-28. Diakses tanggal 17 January 2019.
- ^ "The Kaplans of the CIA - Approved For Release 2001/03/06 CIA-RDP84-00499R001000100003-2" (PDF). Central Intelligence Agency. 24 November 1972. hlm. 3-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-04-12. Diakses tanggal 17 January 2019.
- ^ CIA "Family Jewels" Memo, 1973 (see page 434) Family Jewels (Central Intelligence Agency)
- ^ Ameringer, Charles D. "U.S. Foreign Intelligence: The Secret Side of American history" (edisi ke-1990). Lexington Books. ISBN 978-0669217803.
- ^ Iber, Patrick (24 April 2013). ""Who Will Impose Democracy?": Sacha Volman and the Contradictions of CIA Support for the Anticommunist Left in Latin America". Diplomatic History. Diakses tanggal 17 January 2019.
- ^ Office of the Historian, United States Department of State, Foreign Relations of the United States, 1961–63, Volume X, Cuba, January 1961–September 1962, "291. Program Review by the Chief of Operations, Operation Mongoose (Lansdale)," January 18, 1962, https://history.state.gov/historicaldocuments/frus1961-63v10/d291 Diarsipkan October 12, 2017, di Wayback Machine.
- ^ a b Office of the Historian, United States Department of State, Foreign Relations of the United States, 1961–63, Volume X, Cuba, January 1961–September 1962, "291. Program Review by the Chief of Operations, Operation Mongoose (Lansdale)," January 18, 1962, pp. 711–17, https://history.state.gov/historicaldocuments/frus1961-63v10/d291 Diarsipkan October 12, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Domínguez, Jorge I. "The @#$%& Missile Crisis (Or, What Was 'Cuban' About US Decisions During the Cuban Missile Crisis)," Diplomatic History: The Journal of the Society for Historians of Foreign Relations, Vol. 24, No. 2, Spring 2000: 305–15
- ^ NBC News, June 26, 2007, "CIA Acknowledges Castro Plot Went All the Way to the Top, Dulles Personally Approved 1960 Operation to Assassinate Castro," http://www.nbcnews.com/id/19444072/ns/politics/t/cia-acknowledges-castro-plot-went-top/#.WBq8i4XfjvY Diarsipkan November 4, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Escalante Font, Fabián, "Executive Action: 634 Ways to Kill Fidel Castro," Melbourne: Ocean Press, 2006
- ^ The Guardian, August 2, 2006, "638 Ways to Kill Castro," https://www.theguardian.com/world/2006/aug/03/cuba.duncancampbell2 Diarsipkan August 30, 2013, di Wayback Machine.
- ^ Stone and Kuznick (2012, pp. 343–344) citingCrandall, Britta H. (2011), Hemispheric Giants: The Misunderstood History of U.S.–Brazilian Relations, Rowman & Littlefield, ISBN 978-1-4422-0787-5 and Schmitz, David F. (1999), Thank God they're on our side: the United States and right-wing dictatorships, 1921–1965, U. of North Carolina Press, hlm. 98, ISBN 978-0-8078-2472-6 and Schmitz, David F. (1999), Thank God They're on Our Side: The United States and Right-Wing Dictatorships, 1921–1965, U. North Carolina Press, hlm. 272–273
- ^ Stone and Kuznick (2012, pp. 343–344) citingCrandall, Britta H. (2011), Hemispheric Giants: The Misunderstood History of U.S.–Brazilian Relations, Rowman & Littlefield, ISBN 978-1-4422-0787-5 and Schmitz, David F. (1999), Thank God they're on our side: the United States and right-wing dictatorships, 1921–1965, U. of North Carolina Press, hlm. 98, ISBN 978-0-8078-2472-6 and Schmitz, David F. (1999), Thank God They're on Our Side: The United States and Right-Wing Dictatorships, 1921–1965, U. North Carolina Press, hlm. 272–273
- ^ National Security Archive, April 2, 2014, "Brazil Marks 50th Anniversary of Military Coup, On 50th anniversary, Archive Posts New Kennedy Tape Transcripts on Coup Plotting against Brazilian President Joao Goulart," https://nsarchive2.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB465/
- ^ Stone and Kuznick (2012, pp. 343–344) citing Hellman, Robert G.; Rosenbaum, H. Jon (1975), Latin America: The Search for a New International Role, Wiley, hlm. 80
- ^ Gibson, Bryan R. (2015). Sold Out? US Foreign Policy, Iraq, the Kurds, and the Cold War. Palgrave Macmillan. hlm. 57, 220. ISBN 978-1-137-48711-7.
- ^ Hahn, Peter (2011). Missions Accomplished?: The United States and Iraq Since World War I. Oxford University Press. hlm. 48. ISBN 978-0-19-533338-1.
- ^ Ismael, Tareq Y.; Ismael, Jacqueline S.; Perry, Glenn E. (2016). Government and Politics of the Contemporary Middle East: Continuity and Change (edisi ke-2nd). Routledge. hlm. 240. ISBN 978-1-317-66282-2.
- ^ Gibson, Bryan R. (2015). Sold Out? US Foreign Policy, Iraq, the Kurds, and the Cold War. Palgrave Macmillan. hlm. 52–54, 57–58, 200. ISBN 978-1-137-48711-7.
- ^ Gibson, Bryan R. (2015). Sold Out? US Foreign Policy, Iraq, the Kurds, and the Cold War. Palgrave Macmillan. hlm. 59–61, 68–72, 80. ISBN 978-1-137-48711-7.
- ^ Citino, Nathan J. (2017). "The People's Court". Envisioning the Arab Future: Modernization in US-Arab Relations, 1945–1967. Cambridge University Press. hlm. 222. ISBN 978-1-108-10755-6.
- ^ Gibson, Bryan R. (2015). Sold Out? US Foreign Policy, Iraq, the Kurds, and the Cold War. Palgrave Macmillan. hlm. 77–79. ISBN 978-1-137-48711-7.
- ^ Batatu, Hanna (1978). The Old Social Classes and the Revolutionary Movements of Iraq. Princeton University Press. hlm. 985–987. ISBN 978-0-86356-520-5.
- ^ Gibson, Bryan R. (2015). Sold Out? US Foreign Policy, Iraq, the Kurds, and the Cold War. Palgrave Macmillan. hlm. 59. ISBN 978-1-137-48711-7.
- ^ Citino, Nathan J. (2017). "The People's Court". Envisioning the Arab Future: Modernization in US–Arab Relations, 1945–1967. Cambridge University Press. hlm. 220–222. ISBN 978-1-108-10755-6.
- ^ Kinzer, Stephen (2007). Overthrow: America's Century of Regime Change from Hawaii to Iraq. New York: Henry Holt and Company. hlm. 158–166. ISBN 978-1-4299-0537-4.
- ^ "U.S. and Diem's Overthrow: Step by Step". The New York Times. July 1, 1971. Diakses tanggal July 21, 2018.
- ^ Stanford University, Fearon, James and Laitin, David, June 27, 2006, "Dominican Republic (Dominican RepublicRN1.2)," pp. 4–6, https://web.stanford.edu/group/ethnic/Random%20Narratives/Dominican%20RepublicRN1.2.pdf Diarsipkan March 13, 2016, di Wayback Machine.
- ^ New York Times, November 2, 2001, "Juan Bosch, 92, Freely Elected Dominican President, Dies," https://www.nytimes.com/2001/11/02/world/juan-bosch-92-freely-elected-dominican-president-dies.html Diarsipkan August 29, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Stephen G. Rabe, "The Johnson Doctrine", Presidential Studies Quarterly 36
- ^ "Foreign Relations of the United States, 1964–1968 Volume XXXII, Dominican Republic; Cuba; Haiti; Guyana, Document 43". US Dept. of State. Diakses tanggal April 26, 2011.
- ^ Encyclopedia of the Cold War: A Political, Social, and Military History, 2013, p. 267
- ^ Stone, Oliver and Kuznick, Peter, "The Untold History of the United States" (New York, Simon & Schuster, Inc., 2012), p. 350 citing David F. Schmitz, "The United States and Right-Wing Dictatorships, 1965–1989" (New York: Cambridge University Press, 2006), p. 45
- ^ a b Mark Aarons (2007). "Justice Betrayed: Post-1945 Responses to Genocide." In David A. Blumenthal and Timothy L. H. McCormack (eds). The Legacy of Nuremberg: Civilising Influence or Institutionalised Vengeance? (International Humanitarian Law). Diarsipkan January 5, 2016, di Wayback Machine. Martinus Nijhoff Publishers. ISBN 9004156917 p. 81.
- ^ Robinson, Geoffrey B. (2018). The Killing Season: A History of the Indonesian Massacres, 1965–66. Princeton University Press. hlm. 3. ISBN 978-1-4008-8886-3.
- ^ Melvin, Jess (2018). The Army and the Indonesian Genocide: Mechanics of Mass Murder. Routledge. hlm. 1. ISBN 978-1-138-57469-4.
- ^ Time Magazine, September 30, 2015, The Memory of Savage Anticommunist Killings Still Haunts Indonesia, 50 Years On Diarsipkan March 1, 2017, di Wayback Machine., Time
- ^ Indonesia's killing fields Diarsipkan February 14, 2015, di Wayback Machine. Al Jazeera, December 21, 2012.
- ^ Gellately, Robert; Kiernan, Ben (July 2003). The Specter of Genocide: Mass Murder in Historical Perspective. Cambridge University Press. hlm. 290–291. ISBN 978-0-521-52750-7.
- ^ "Files reveal US had detailed knowledge of Indonesia's anti-communist purge". The Associated Press via The Guardian. October 17, 2017. Diakses tanggal August 5, 2018.
- ^ Melvin, Jess (October 20, 2017). "Telegrams confirm scale of US complicity in 1965 genocide". Indonesia at Melbourne. University of Melbourne. Diakses tanggal July 27, 2018.
The new telegrams confirm the US actively encouraged and facilitated genocide in Indonesia to pursue its own political interests in the region, while propagating an explanation of the killings it knew to be untrue.
- ^ Scott, Margaret (October 26, 2017). "Uncovering Indonesia's Act of Killing". The New York Review of Books. Diakses tanggal August 5, 2018.
According to Simpson, these previously unseen cables, telegrams, letters, and reports "contain damning details that the U.S. was willfully and gleefully pushing for the mass murder of innocent people."
- ^ Bevins, Vincent (October 20, 2017). "What the United States Did in Indonesia". The Atlantic. Diakses tanggal October 21, 2017.
- ^ Kadane, Kathy (May 21, 1990). "U.S. Officials' Lists Aided Indonesian Bloodbath in '60s". The Washington Post. Diakses tanggal August 5, 2018.
- ^ Robinson, Geoffrey B. (2018). The Killing Season: A History of the Indonesian Massacres, 1965–66. Princeton University Press. hlm. 203. ISBN 978-1-4008-8886-3.
a US Embassy official in Jakarta, Robert Martens, had supplied the Indonesian Army with lists containing the names of thousands of PKI officials in the months after the alleged coup attempt. According to the journalist Kathy Kadane, "As many as 5,000 names were furnished over a period of months to the Army there, and the Americans later checked off the names of those who had been killed or captured." Despite Martens later denials of any such intent, these actions almost certainly aided in the death or detention of many innocent people. They also sent a powerful message that the US government agreed with and supported the army's campaign against the PKI, even as that campaign took its terrible toll in human lives.
- ^ Simpson, Bradley (2010). Economists with Guns: Authoritarian Development and U.S.–Indonesian Relations, 1960–1968. Stanford University Press. hlm. 193. ISBN 978-0-8047-7182-5.
Washington did everything in its power to encourage and facilitate the army-led massacre of alleged PKI members, and U.S. officials worried only that the killing of the party's unarmed supporters might not go far enough, permitting Sukarno to return to power and frustrate the [Johnson] Administration's emerging plans for a post-Sukarno Indonesia. This was efficacious terror, an essential building block of the neoliberal policies that the West would attempt to impose on Indonesia after Sukarno's ouster.
- ^ Stone, Oliver and Kuznick, Peter, "The Untold History of the United States" (New York: Simon & Schuster, Inc., 2012), p. 352
- ^ Melvin, Jess (2017). "Mechanics of Mass Murder: A Case for Understanding the Indonesian Killings as Genocide". Journal of Genocide Research. 19 (4): 487–511. doi:10.1080/14623528.2017.1393942.
- ^ Robinson, Geoffrey B. (2018). The Killing Season: A History of the Indonesian Massacres, 1965–66. Princeton University Press. hlm. 4. ISBN 978-1-4008-8886-3.
- ^ McGregor, Katharine; Melvin, Jess; Pohlman, Annie, ed. (2018). The Indonesian Genocide of 1965: Causes, Dynamics and Legacies (Palgrave Studies in the History of Genocide). Palgrave Macmillan. ISBN 978-3-319-71454-7.
- ^ "American/World History 1967-1968". Historycentral.com. Diakses tanggal 2013-06-15.
- ^ a b c Ganser, Daniele (2005). NATO's secret armies: Operation Gladio and Terrorism in Western Europe. Routledge. p. 216.
- ^ Charlie Wilson's War, George Crile, 2003, Grove/Atlantic.
- ^ Weiner, Tim (2007), Legacy of Ashes: The History of the CIA, Doubleday, p. 383.
- ^ North American Congress on Latin America (NACLA) September 25, 2007, "Alliance for Power: U.S. Aid to Bolivia Under Banzer," https://nacla.org/article/alliance-power-us-aid-bolivia-under-banzer Diarsipkan March 17, 2018, di Wayback Machine.
- ^ Huffington Post, October 23, 2008 updated on May 25, 2011, "U.S. Intervention in Bolivia," https://www.huffingtonpost.com/stephen-zunes/us-intervention-in-bolivi_b_127528.html Diarsipkan January 21, 2017, di Wayback Machine. reposted from Foreign Policy in Focus
- ^ BBC News, March 5, 2009, "Hidden Cells Reveal Bolivia's Dark Past," http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/7925694.stm Diarsipkan March 10, 2009, di Wayback Machine.
- ^ The Guardian, May 5, 2002, "Hugo Banzer: Former President and Dictator of Bolivia Who Headed a Brutal Military Regime," https://www.theguardian.com/news/2002/may/06/guardianobituaries.bolivia Diarsipkan July 21, 2016, di Wayback Machine.
- ^ National Security Archive March 8, 2013, "Operation Condor on Trial: Legal Proceeding on Latin American Rendition and Assassination Program Open in Buenos Aires," https://nsarchive2.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB416/ Diarsipkan March 17, 2018, di Wayback Machine.
- ^ Blakeley, Ruth (2009). State Terrorism and Neoliberalism: The North in the South. Routledge. hlm. 22 & 23. ISBN 978-0-415-68617-4.
- ^ McSherry, J. Patrice (2011). "Chapter 5: "Industrial repression" and Operation Condor in Latin America". Dalam Esparza, Marcia; Henry R. Huttenbach; Daniel Feierstein. State Violence and Genocide in Latin America: The Cold War Years (Critical Terrorism Studies). Routledge. hlm. 107. ISBN 978-0-415-66457-8.
- ^ Michael M. Gunter, Conflict Quarterly, Fall 1992, "Influences on the Kurdish Insurgency in Iraq," p. 8
- ^ Los Angeles Times, April 14, 1991, "A People Betrayed: Twice Before, Washington Let Kurds Die to Promote Foreign-Policy Designs. Now it's the Bush Administration Doing the Deed Diarsipkan 2016-03-07 di Wayback Machine."
- ^ Michael M. Gunter, Conflict Quarterly, Fall 1992, "Influences on the Kurdish Insurgency in Iraq," p. 10
- ^ "Even in the context of covert action, ours was a cynical enterprise," according to the 1976 final report of the Pike Committee, the Congressional committee that investigated US intelligence operations. Los Angeles Times, April 14, 1991, "People Betrayed: Twice Before, Washington Let Kurds Die to Promote Foreign-Policy Designs. Now it's the Bush Administration Doing the Deed"
- ^ Michael M. Gunter, Conflict Quarterly, Fall 1992, "Influences on the Kurdish Insurgency in Iraq," p. 11
- ^ The Los Angeles Times, April 14, 1991, "People Betrayed: Twice Before, Washington Let Kurds Die to Promote Foreign-Policy Designs. Now it's the Bush Administration Doing the Deed"
- ^ Peter Kornbluh. "Chile and the United States: Declassified Documents Relating to the Military Coup, September 11, 1973".
- ^ CIA Admits Involvement in Chile. ABC News. September 20
- ^ Dinges, John (2005). The Condor Years: How Pinochet And His Allies Brought Terrorism To Three Continents. The New Press. hlm. 20. ISBN 978-1-56584-977-8.
- ^ [2] Diarsipkan March 22, 2015, di Wayback Machine. Valech Report
- ^ Gómez-Barris, Macarena (2010). "Witness Citizenship: The Place of Villa Grimaldi in Chilean Memory". Sociological Forum. 25 (1): 34. doi:10.1111/j.1573-7861.2009.01155.x.
- ^ "El campo de concentración de Pinochet cumple 70 años". El País. December 3, 2008.
- ^ "Chile President Pinera to ask Obama for Pinochet files". BBC News. March 23, 2011.
- ^ Washington Post, December 27, 2007, "Sorry Charlie This is Michael Vickers's War," https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/12/27/AR2007122702116.html Diarsipkan November 26, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Riedel, Bruce 2014, "What We Won: America's Secret War in Afghanistan, 1979–1989," Brookings Institution Press. pp. ix–xi, 21–22, 98–105
- ^ Newsweek, October 1, 2001, Evan Thomas, "The Road to September 11," "The Road to September 11". October 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 22, 2013. Diakses tanggal September 2, 2016.
- ^ The National Security Archive, October 9, 2001, "U.S. Analysis of The Soviet War in Afghanistan: Declassified," https://nsarchive2.gwu.edu//NSAEBB/NSAEBB57/us.html
- ^ Ewans, Martin (December 1, 2004). Conflict in Afghanistan: Studies in Asymetric Warfare. Routledge. ISBN 9781134294817 – via Google Books.
- ^ Ewans, Sir Martin; Ewans, Martin (September 5, 2013). Afghanistan – A New History. Routledge. ISBN 9781136803390 – via Google Books.
- ^ Anand Gopal, et al, "Taliban in North Waziristan" in Talibanistan: Negotiating the Borders Between Terror, Politics, and Religion, Peter Bergen, Katherine Tiedemann eds, pp. 132–142
- ^ "The Haqqani History: Bin Ladin's Advocate Inside the Taliban". nsarchive.gwu.edu.
- ^ Kepel, Gilles (August 9, 2018). Jihad: The Trail of Political Islam. I.B.Tauris. ISBN 9781845112578 – via Google Books.
- ^ Cook, Robin (July 8, 2005). "The struggle against terrorism cannot be won by military means". The Guardian. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 10, 2005. Diakses tanggal July 8, 2005.
- ^ "During the anti-Soviet jihad Bin Laden and his fighters received American and Saudi funding. Some analysts believe Bin Laden himself had security training from the CIA." BBC News, July 20, 2004, "Al-Qaeda's Origins and Links," http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/1670089.stm Diarsipkan March 24, 2013, di Wayback Machine.
- ^ "By 1984, he Osama bin Laden was running a front organization known as Maktab al-Khidamar – the MAK – which funneled money, arms and fighters from the outside world into the Afghan war. What the CIA bio conveniently fails to specify (in its unclassified form, at least) is that the MAK was nurtured by Pakistan's state security services, the Inter-Services Intelligence agency, or ISI, the CIA's primary conduit for conducting the covert war against Moscow's occupation." "So bin Laden, along with a small group of Islamic militants from Egypt, Pakistan, Lebanon, Syria and Palestinian refugee camps all over the Middle East, became the 'reliable' partners of the CIA in its war against Moscow." NBC News, August 24, 1998, "Bin Laden Comes Home to Roost: His CIA Ties Are Only the Beginning of a Woeful Story," http://www.nbcnews.com/id/3340101/t/bin-laden-comes-home-roost/#.WsHDwYXfjvY Diarsipkan July 18, 2016, di Wayback Machine.
- ^ "...bin Laden's Office of Services, set up to recruit overseas for the war, received some US cash." The Guardian, January 17, 1999 "Frankenstein the CIA Created," https://www.theguardian.com/world/1999/jan/17/yemen.islam Diarsipkan December 3, 2016, di Wayback Machine.
- ^ "And some of the same warriors who fought the Soviets with the C.I.A.'s help are now fighting under Mr. bin Laden's banner." New York Times, August 24, 1998 "Afghan Camps, Hidden in Hills, Stymied Soviet Attacks for Years," https://www.nytimes.com/1998/08/24/world/afghan-camps-hidden-in-hills-stymied-soviet-attacks-for-years.html Diarsipkan April 2, 2018, di Wayback Machine.
- ^ Coll, Steve (2004). Ghost Wars: The Secret History of the CIA, Afghanistan, and Bin Laden, from the Soviet Invasion to September 10, 2001. Penguin Group. hlm. 87. ISBN 978-1-59420-007-6.
- ^ Bergen, Peter (2006). The Osama bin Laden I Know: An Oral History of al Qaeda's Leader. Simon & Schuster. hlm. 60–61. ISBN 978-0-7432-9592-5.
- ^ Burke, Jason (2004). Al-Qaeda: Casting a Shadow of Terror. I.B. Tauris. hlm. 59. ISBN 978-1-85043-666-9.
- ^ Crile, George (2003) Charlie Wilson's War: The Extraordinary Story of the Largest Covert Operation in History, Atlantic Monthly Press, p. 519
- ^ Douglas J. MacEachin. "US Intelligence and the Polish Crisis 1980-1981". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-13.
- ^ Looking to the Future: Essays on International Law in Honor of W. Michael Reisman
- ^ Richard T. Davies, "The CIA and the Polish Crisis of 1980–1981." Journal of Cold War Studies (2004) 6#3 pp: 120-123. online
- ^ Gregory F. Domber (2008). Supporting the Revolution: America, Democracy, and the End of the Cold War in Poland, 1981--1989. ProQuest. hlm. 199.[pranala nonaktif permanen], revised as Domber 2014, p. 110 [3].
- ^ Domber, Gregory F. (28 August 2014), What Putin Misunderstands about American Power, University of California Press Blog, University of North Carolina Press
- ^ MacEachin, Douglas J. "US Intelligence and the Polish Crisis 1980–1981." Diarsipkan 2007-06-13 di Wayback Machine. CIA. June 28, 2008.
- ^ Cover Story: The Holy Alliance By Carl Bernstein Sunday, June 24, 2001
- ^ Branding Democracy: U.S. Regime Change in Post-Soviet Eastern Europe Gerald Sussman, page 128
- ^ Executive Secrets: Covert Action and the Presidency William J. Daugherty. page 201-203
- ^ Larsen, Neil (2010). "Thoughts on Violence and Modernity in Latin America". Dalam Grandin & Joseph, Greg & Gilbert. A Century of Revolution. Durham & London: Duke University Press. hlm. 381–393.
- ^ The Center for Justice and Accountability, "El Salvador, 12 Years of Civil War," http://cja.org/where-we-work/el-salvador/ Diarsipkan March 12, 2018, di Wayback Machine.
- ^ Report of the UN Truth Commission on El Salvador (Laporan). United Nations. April 1, 1993.
- ^ El Salvador, In Depth: Negotiating a settlement to the conflict, Uppsala Conflict Data Program Conflict Encyclopedia, Uppsala, Sweden: Uppsala University, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-31, diakses tanggal May 24, 2013,
While nothing of the aid delivered from the US in 1979 was earmarked for security purposes, the 1980 aid for security only summed US$6.2 million, close to two-thirds of the total aid in 1979.
- ^ Danner, Mark (1993). The Massacre at El Mozote. Vintage Books. hlm. 9. ISBN 978-0-679-75525-8.
- ^ Maurice Lemoine (March 19, 2009), "El Salvador : des guérilleros au pouvoir", Le Monde diplomatique, diakses tanggal January 22, 2017
- ^ NACLA, Revolution Brews cited in McClintock, Michael (1985). The American Connection: State Terror and Popular Resistance in El Salvador. Zed Books. ISBN 978-0-86232-259-5., p. 270
- ^ "A Year of Reckoning: El Salvador a Decade After the Assassination of Archbishop Romero" Human Rights Watch, 1990, pp. 224–225
- ^ "How U.S. Advisors Run the War in El Salvador" Philadelphia Inquirer, May 29, 1983
- ^ "How U.S. Actions Helped Hide Salvador Human Rights Abuses" Diarsipkan January 29, 2018, di Wayback Machine. New York Times, March 21, 1993
- ^ "From Madness to Hope: the 12-year war in El Salvador: Report of the Commission on the Truth for El Salvador" (PDF). Commission on the Truth for El Salvador. March 15, 1993. Diakses tanggal November 4, 2012.
- ^ The Philadelphia Inquirer, May 29, 1983, How U.S. Advisers Run The War in El Salvador," http://nl.newsbank.com/nl-search/we/Archives?p_multi=PI%7C&p_product=PHNP&p_theme=phnp&p_action=search&p_maxdocs=200&s_dispstring=Title%28HOW%20U.S.%20ADVISERS%20RUN%20THE%20WAR%20IN%20EL%20SALVADOR%29%20AND%20date%28all%29&p_field_advanced-0=title&p_text_advanced-0=%28%22HOW%20U.S.%20ADVISERS%20RUN%20THE%20WAR%20IN%20EL%20SALVADOR%22%29Êl_numdocs=20&p_perpage=10&p_sort=YMD_date:DÊl_useweights=no
- ^ "El Salvador Accountability and Human Rights: the Report of the United Nations Commission on the Truth for El Salvador," Human Rights Watch, August 10, 1993
- ^ Michael Smith (2007). Killer Elite. Macmillan. hlm. 52. ISBN 978-0-312-36272-0.
- ^ The Daily Beast, November 9, 2014, "Bringing El Salvador Nun Killers to Justice: More than 30 Years Later, Justice Closes in on the Salvadorans Behind the Rape and Murder of American Nuns," https://www.thedailybeast.com/bringing-el-salvador-nun-killers-to-justice Diarsipkan January 13, 2018, di Wayback Machine.
- ^ "Central America, 1981: report to the Committee on Foreign Affairs, U.S. House of Representatives" Gerry E. Studds, William Woodward, United States. Congress. House. Committee on Foreign Affairs, 1981
- ^ Michael McClintock (1992), Instruments of Statecraft: U.S. Guerilla Warfare, Counterinsurgency, and Counterterrorism, 1940–1990 Web project by Michael McClintock based on the 1992 book by the same name published by Pantheon Books, a division of Random House, Inc.
- ^ Torture techniques used to interrogate prisoners made use of techniques detailed in secret US counter-insurgency manuals and, when US planners proposed a similar counter-insurgency program for dealing with the Iraq insurgency after the 2003 US-led regime change in Iraq, it was referred to as "the Salvador Option".Tom Gibb (January 27, 2005). "Salvador Option Mooted for Iraq". BBC News. and Thomas Blanton & Peter Kornbluh (December 5, 2004). "Prisoner Abuse: Patterns from the Past". The National Security Archive.
- ^ National Security Decision Directive 17 (NSD-17), January 1982, https://fas.org/irp/offdocs/nsdd/nsdd-17.pdf Diarsipkan April 24, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Presidential Finding authorizing paramilitary activities, December 1981, http://www.brown.edu/Research/Understanding_the_Iran_Contra_Affair/documents/d-all-45.pdf Diarsipkan October 30, 2012, di Wayback Machine.
- ^ New York Times, February 22, 1985, "President Asserts Goal Is to Remove Sandanista Regime," https://www.nytimes.com/1985/02/22/us/president-asserts-goal-is-to-remove-sandinista-regime.html Diarsipkan August 14, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Terrorism Research and Analysis Consortium, "Contras," http://www.trackingterrorism.org/group/contras Diarsipkan October 19, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Facts on File World News Digest, October 19, 1984, "U.S. Orders Probe of CIA Terror Manual," archived at Live Journal: http://bailey83221.livejournal.com/60879.html#2c Diarsipkan May 31, 2006, di Wayback Machine.
- ^ Woodward, Bob, "Veil, The Secret Wars of the CIA," 1987 New York: Simon & Schuster
- ^ Gilbert, Dennis, "Sandinistas: The Party and The Revolution," Oxford: Basil Blackwell, 1988, p. 167
- ^ Los Angeles Times, March 5, 1986, "Setback for Contras: CIA Mining of Harbors 'a Fiasco,'" http://articles.latimes.com/1985-03-05/news/mn-12633_1_harbor-mining Diarsipkan December 18, 2013, di Wayback Machine.
- ^ International Court of Justice, Nicaragua v. United States of America, June 27, 1986, "Cour internationale de Justice - International Court of Justice | International Court of Justice". Diarsipkan dari versi asli tanggal March 1, 2015. Diakses tanggal March 14, 2015.
- ^ New York Times, July 10, 1987, "Iran-Contra Hearings; Boland Amendments: What They Provided," https://www.nytimes.com/1987/07/10/world/iran-contra-hearings-boland-amendments-what-they-provided.html Diarsipkan May 31, 2013, di Wayback Machine.
- ^ BBC News, June 27, 1986, "BBC On This Day – 5 – 1984: Sandinistas claim election victory,"http://news.bbc.co.uk/onthisday/hi/dates/stories/june/27/newsid_2520000/2520169.stm Diarsipkan September 22, 2013, di Wayback Machine.
- ^ New York Times, November 16, 1984, "Nicaraguan Vote: 'Free, Fair, Hotly Contested,'" https://www.nytimes.com/1984/11/16/opinion/l-nicaraguan-vote-free-fair-hotly-contested-089345.html Diarsipkan July 1, 2017, di Wayback Machine.
- ^ New York Times, March 30, 1984, "Medals Outnumber G.I.s in Grenada Assault," https://www.nytimes.com/1984/03/30/world/medals-outnumber-gi-s-in-grenada-assault.html Diarsipkan February 13, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Stuart, Richard W., 2008, "Operation Urgent Fury: The Invasion of Grenada, October 1983" U.S. Army, http://www.history.army.mil/html/books/grenada/urgent_fury.pdf Diarsipkan September 24, 2015, di Wayback Machine.
- ^ United Nations General Assembly Resolution 38/7, November 2, 1983, http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/RES/38/7 Diarsipkan November 11, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Global Policy Forum, Foreign Policy in Focus, Zunes, Stephen, October 2003, "The U.S. Invasion of Grenada: A Twenty Year Retrospective," https://www.globalpolicy.org/component/content/article/155/25966.html Diarsipkan May 23, 2017, di Wayback Machine.
- ^ United Nations Security Council vetoes, October 28, 1983, http://research.un.org/en/docs/sc/quick/ Diarsipkan October 19, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Global Policy Reform, "Baker Twists Arms of Yemen, Colombia and Malaysia," https://www.globalpolicy.org/component/content/article/167/35359.html Diarsipkan September 2, 2009, di Wayback Machine. citing James A. Baker III, The Politics of Diplomacy: Revolution, War and Peace, 1989–1992 (New York: G.P. Putnam's Sons, 1995), pp. 317–320
- ^ New York Times, March 15, 1991, "After the War: Kuwait; Kuwaiti Emir, Tired and Tearful, Returns to His Devastated Land," https://www.nytimes.com/1991/03/15/world/after-war-kuwait-kuwaiti-emir-tired-tearful-returns-his-devastated-land.html Diarsipkan October 12, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Whitney, Kathleen Marie (1996). "Sin, Fraph, and the CIA: U.S. Covert Action in Haiti". Southwestern Journal of Law and Trade in the Americas. 3 (2): 303–32 [p. 320].
- ^ Whitney 1996, hlm. 321
- ^ United Nations Security Council Resolution 661 of adopted 6 August 6, 1991, https://fas.org/news/un/iraq/sres/sres0661.htm Diarsipkan September 7, 2012, di Wayback Machine.
- ^ United Nations, UN Security Council Resolution 687, April 8, 1991, http://www.un.org/Depts/unmovic/documents/687.pdf Diarsipkan October 20, 2014, di Wayback Machine.
- ^ New York Times Magazine, July 27, 2003, "Were Sanctions Right?," https://www.nytimes.com/2003/07/27/magazine/were-sanctions-right.html Diarsipkan October 14, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Makiya, Kanan (1998). Republic of Fear: The Politics of Modern Iraq, Updated Edition. University of California Press. hlm. xv. ISBN 978-0-520-92124-5.
- ^ cf. "A Gulf War Exclusive: President Bush Talking with David Frost". Diakses tanggal February 26, 2017.
George H. W. Bush: Everybody felt that Saddam Hussein could not stay in office—certainly not stay in office as long as he's stayed in office. I miscalculated—I thought he'd be gone. But I wasn't alone! People in the Arab world felt, with unanimity, that he would be out of there. I think all observers felt that (event occurs at 45:14).
- ^ "My view is we don't want to lift these sanctions as long as Saddam Hussein is in power," said President George H. W. Bush, The New York Times, May 21, 1991, "Bush Links End of Trading Ban To Hussein Exit," https://www.nytimes.com/1991/05/21/world/after-the-war-bush-links-end-of-trading-ban-to-hussein-exit.html Diarsipkan August 7, 2017, di Wayback Machine.
- ^ United Press International, May 20, 1991, "U.S. Taking Tough Stand Against Saddam Hussein," http://www.upi.com/Archives/1991/05/20/US-taking-tough-stand-against-Saddam-Hussein/1946674712000/ Diarsipkan October 19, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Additional U.S. government officials' statements setting Saddam Hussein's ouster as the precondition for the cessation of sanctions against Iraq, including statements by Robert Gates, Director of the Central Intelligence Agency, are provided in Gordon, Joy, 2010 "Invisible War: The United States and the Iraq Sanctions," Harvard University Press, http://www.hup.harvard.edu/catalog.php?isbn=978-0674035713 Diarsipkan April 27, 2018, di Wayback Machine.
- ^ "Autopsy of a Disaster: The U.S. Sanctions Policy on Iraq". Institute for Public Accuracy. November 13, 1998. Diakses tanggal February 26, 2017. For example, United States Secretary of State Madeleine Albright stated in March 1997 that "Our view, which is unshakable, is that Iraq must prove its peaceful intentions. It can only do that by complying with all of the Security Council resolutions to which it is subjected"; National Security Adviser Sandy Berger stated in November 1997 that "It's been the U.S. position since the Bush administration that Saddam Hussein comply—has to comply with all of the relevant Security Council resolutions"; and UN ambassador Bill Richardson stated in December 1997 that "Our policy is clear. We believe that Saddam Hussein should comply with all the Security Council resolutions, and that includes 1137, those that deal with the UNSCOM inspectors, those that deal with human rights issues, those that deal with prisoners of war with Kuwait, those that deal with the treatment of his own people. We think that there are standards of international behavior."
- ^ Iraq surveys show 'humanitarian emergency' Diarsipkan August 6, 2009, di Wayback Machine. UNICEF Newsline August 12, 1999
- ^ Rubin, Michael (December 2001). "Sanctions on Iraq: A Valid Anti-American Grievance?". 5 (4). Middle East Review of International Affairs: 100–15. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 28, 2012.
- ^ Spagat, Michael (September 2010). "Truth and death in Iraq under sanctions" (PDF). Significance.
- ^ Dyson, Tim; Cetorelli, Valeria (July 1, 2017). "Changing views on child mortality and economic sanctions in Iraq: a history of lies, damned lies and statistics". BMJ Global Health. 2 (2): e000311. doi:10.1136/bmjgh-2017-000311. ISSN 2059-7908. PMC 5717930 . PMID 29225933. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 7, 2017. Diakses tanggal August 7, 2017.
- ^ "Saddam Hussein said sanctions killed 500,000 children. That was 'a spectacular lie.'". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 4, 2017. Diakses tanggal August 4, 2017.
- ^ Association of Former Intelligence Officers (May 19, 2003), US Coup Plotting in Iraq, Weekly Intelligence Notes 19-03
- ^ "The CIA And the Coup That Wasn't". The Washington Post. May 16, 2003.
- ^ "With CIA's Help, Group in Jordan Targets Saddam; U.S. Funds Support Campaign To Topple Iraqi Leader From Afar". The Washington Post. June 23, 1996. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-03. Diakses tanggal 2019-01-27.
- ^ a b "Ex-C.I.A. Aides Say Iraq Leader Helped Agency in 90's Attacks". The New York Times. June 9, 2004.
The Iraqi government at the time claimed that the bombs, including one it said exploded in a movie theater, resulted in many civilian casualties ... One former Central Intelligence Agency officer who was based in the region, Robert Baer, recalled that a bombing during that period 'blew up a school bus; school children were killed.' Mr. Baer ... said he did not recall which resistance group might have set off that bomb. Other former intelligence officials said Dr. Allawi's organization was the only resistance group involved in bombings and sabotage at that time. But one former senior intelligence official recalled that 'bombs were going off to no great effect.' 'I don't recall very much killing of anyone,' the official said.
- ^ Pub.L. 105–338, https://www.gpo.gov/fdsys/pkg/PLAW-105publ338/html/PLAW-105publ338.htm Diarsipkan March 29, 2017, di Wayback Machine., 112 Stat. 3178, https://www.gpo.gov/fdsys/pkg/STATUTE-112/pdf/STATUTE-112-Pg3178.pdf Diarsipkan September 22, 2016, di Wayback Machine., enacted October 31, 1998
- ^ Hanke, Steve (July 6, 2017). "20th Anniversary, Asian Financial Crisis: Clinton, The IMF And Wall Street Journal Toppled Suharto". Forbes. Diakses tanggal July 21, 2018.
- ^ Tyson, James L. (February 10, 1999). "'Dollar diplomacy' rises again as foreign-policy tool". The Christian Science Monitor. Diakses tanggal July 21, 2018.
- ^ a b c Ray Jennings (2011). "346. Serbia's October Revolution: Evaluating International Efforts Promoting Democratic Breakthrough". Global Europe Program. Diakses tanggal January 28, 2016.
- ^ Nicholas Thompson (2001). "This Ain't Your Momma's CIA". Washington Monthly. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 9, 2007.
- ^ ABC News, "The Blotter Blog," Brian Ross; Christopher Isham (April 3, 2007), "Exclusive: The Secret War Against Iran," "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal April 30, 2012. Diakses tanggal April 3, 2007.
- ^ The New Yorker, July 8, 2008, Seymour Hersh, "Preparing the Battlefield, The Bush Administration Steps Up Its Secret Moves Against Iran," http://www.newyorker.com/magazine/2008/07/07/preparing-the-battlefield Diarsipkan December 4, 2014, di Wayback Machine.
- ^ Foreign Policy, January 13, 2012, "False Flag," https://foreignpolicy.com/2012/01/13/false-flag/ Diarsipkan September 17, 2017, di Wayback Machine.
- ^ a b c d Vanity Fair, March 3, 2008, "The Gaza Bombshell," http://www.vanityfair.com/news/2008/04/gaza200804 Diarsipkan January 28, 2016, di Wayback Machine.
- ^ a b Christian Science Monitor, May 25, 2007, "Israel, US, and Egypt Back Fatah's Fight Against Hamas," http://www.csmonitor.com/2007/0525/p07s02-wome.html Diarsipkan October 26, 2010, di Wayback Machine.
- ^ The Times (UK), November 18, 2006, "Diplomats Fear US wants to Arm Fatah for 'War on Hamas'"
- ^ The Times (UK), November 18, 2006, "Diplomats Fear US Wants to Arm Fatah for 'War on Hamas'"
- ^ The Middle East Online, January 31, 2007, http://www.middle-east-online.com/english/?id=19358 Diarsipkan October 30, 2016, di Wayback Machine.
- ^ San Francisco Chronicle, December 14, 2006, "U.S. Training Fatah in Anti-Terror Tactic – Underlying Motive Is to Counter Strength of Hamas, Analysts Say," http://www.sfgate.com/news/article/U-S-training-Fatah-in-anti-terror-tactics-2465370.php Diarsipkan December 3, 2013, di Wayback Machine.
- ^ "U.S. secretly backed Syrian opposition groups, cables released by WikiLeaks show". The Washington Post.
- ^ Bandeira, Luiz Alberto Moniz (May 30, 2017). The Second Cold War: Geopolitics and the Strategic Dimensions of the USA (dalam bahasa Inggris). Springer. hlm. 54–55. ISBN 978-3-319-54888-3.
- ^ Council on Foreign Relations, August 18, 2014, "Calling for Regime Change in Syria," http://www.cfr.org/syria/calling-regime-change-syria/p25677 Diarsipkan November 13, 2016, di Wayback Machine.
- ^ The Wall Street Journal, August 11, 2014, "World Leaders Urge Assad to Resign: Obama Imposes New Embargo on Syrian Oil Sales as Europe Considers Similar Measures; Crackdown on Protests Persists," https://www.wsj.com/articles/SB10001424053111903639404576516144145940136 Diarsipkan November 19, 2017, di Wayback Machine.
- ^ The Guardian, January 15, 2015, "US Changes Its Tune on Syrian Regime Change as Isis Threat Takes Top Priority, Washington Still Hopes Bashar al-Assad Will Be Removed from Power, But Is No Longer Insisting on It As A Precondition for Peace, https://www.theguardian.com/us-news/2015/jan/25/us-syrian-regime-change-isis-priority Diarsipkan 2016-11-13 di Wayback Machine.
- ^ National Public Radio, April 23, 2014, "CIA Is Quietly Ramping Up Aid To Syrian Rebels, Sources Say," https://www.npr.org/sections/parallels/2014/04/23/306233248/cia-is-quietly-ramping-up-aid-to-syrian-rebels-sources-say Diarsipkan April 18, 2018, di Wayback Machine.
- ^ The Guardian, March 8, 2013, "West Training Syrian Rebels in Jordan Exclusive: UK and French Instructors Involved in US-Led Effort to Strengthen Secular Elements in Syria's Opposition, Say Sources," https://www.theguardian.com/world/2013/mar/08/west-training-syrian-rebels-jordan Diarsipkan December 10, 2016, di Wayback Machine.
- ^ Abouzeid, Rania (September 26, 2013). "Syrian Opposition Groups Stop Pretending". The New Yorker. ISSN 0028-792X. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 9, 2018. Diakses tanggal May 9, 2018.
- ^ Abdel Bari Atwan, Islamic State: The Digital Caliphate (University of California Press, 2015), p.104-107
- ^ RT https://www.rt.com/usa/382869-un-haley-assad-syria/ Diarsipkan March 30, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Yahoo 7 News https://au.news.yahoo.com/world/a/34856857/tillerson-says-assads-fate-up-to-syrian-people/#page1 Diarsipkan March 30, 2017, di Wayback Machine.
- ^ Jaffe, Greg; Entous, Adam (July 19, 2017). "Trump ends covert CIA program to arm anti-Assad rebels in Syria, a move sought by Moscow". The Washington Post. Diakses tanggal July 20, 2017.
- ^ "Security Council Approves 'No-Fly Zone' over Libya, Authorizing 'All Necessary Measures' To Protect Civilians in Libya, by a Vote of Ten For, None Against, with Five Abstentions". United Nations. March 17, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 19, 2011. Diakses tanggal March 19, 2011.
- ^ "Libya Live Blog". Al Jazeera. March 19, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 19, 2011. Diakses tanggal March 19, 2011.
- ^ "Libya: US, UK and France attack Gaddafi forces". BBC News. March 20, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 20, 2011. Diakses tanggal March 20, 2011.
- ^ "French Fighter Jets Deployed over Libya". CNN. March 19, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 22, 2011. Diakses tanggal March 19, 2011.
- ^ "McCain urges US to suspend Egypt military aid | News | al Jazeera".
- ^ "John McCain tells Ukraine protesters: We are here to support your just cause" The Guardian, Dec. 14, 2013
- ^ "Amid US-Russia tussle over Ukraine, a leaked tape of Victoria Nuland" Christian Science Monitor, Feb. 6, 2014
- ^ Orkaby, Asher (March 25, 2015). "Houthi Who?". Foreign Affairs. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 27, 2015.
- ^ "Yemen in Crisis". Council on Foreign Relations. July 8, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 9, 2015.
- ^ Cafiero, Giorgio; Wagner, Daniel (September 24, 2015). "Saudi Arabia and al-Qaeda Unite in Yemen".
- ^ Saudi Arabia and al-Qaeda Unite in Yemen Diarsipkan February 10, 2017, di Wayback Machine., Huffington Post, "Despite the international community's condemnation of Saudi Arabia's bombing of civilian areas in Yemen, ..."
- ^ Oakford, Samuel (January 5, 2016). "The Saudi Coalition Bombed A Rehabilitation Center for Blind People in Yemen". Vice News.
- ^ MacDonald, Alex (January 5, 2016). "Yemen centre for blind 'hit in Saudi coalition air raid'". Middle East Eye. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 7, 2016.
- ^ "Saudi Arabia launches air attacks in Yemen". The Washington Post. March 25, 2015.
- ^ "U.S. Backs Saudi-Led Yemeni Bombing With Logistics, Spying" Diarsipkan April 6, 2017, di Wayback Machine., Bloomberg News, March 26, 2015
- ^ "Yemen conflict: US boosts arms supplies for Saudi-led coalition" Diarsipkan July 2, 2018, di Wayback Machine.. BBC News. April 8, 2015.
- ^ "US steps up arms for Saudi campaign in Yemen" Diarsipkan July 10, 2015, di Wayback Machine., Al Jazeera, April 8, 2015
- ^ "Yemen: Saudi Arabia used cluster bombs, rights groups says" Diarsipkan July 4, 2018, di Wayback Machine.. BBC News. May 3, 2015.
- ^ Nichols, Michelle (December 22, 2015). "U.N. blames Saudi-led coalition for most attacks on Yemeni civilians". Reuters UK. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 24, 2015.
- ^ "Saudi airstrikes in Yemen violate laws of war, rights group says". McClatchy DC.
- ^ Norton, Ben (March 17, 2016). "'Look like war crimes to me': Congressman raises concerns over U.S. support for Saudi war in Yemen". Salon.
- ^ Steve Visser (August 21, 2016). "US military distances itself from Saudi-led war in Yemen". CNN.
- ^ Warren Strobel, Jonathan Landay (October 10, 2016). "Exclusive: As Saudis bombed Yemen, U.S. worried about legal blowback". Reuters.
- ^ Nathalie Weizmann (March 27, 2015). "International Law on the Saudi-Led Military Operations in Yemen". Just Security.
- ^ "Yemen: Embargo Arms to Saudi Arabia" Diarsipkan January 31, 2017, di Wayback Machine. Human Rights Watch, March 21, 2106
- ^ "Congress Votes to Say It Hasn't Authorized War in Yemen, Yet War in Yemen Goes On Diarsipkan 2018-01-07 di Wayback Machine.", The Intercept, November 14, 2017
- ^ "PBS Report from Yemen: As Millions Face Starvation, American-Made Bombs Are Killing Civilians". Democracy Now!. July 19, 2018. Diakses tanggal August 5, 2018.
- ^ "Yemen could be 'worst famine in 100 years'". BBC. October 15, 2018. Diakses tanggal October 15, 2018.
- ^ Jenna Johnson; John Wagner (August 11, 2017). "Trump won't 'rule out a military option' in Venezuela". Washington Post. Diakses tanggal April 6, 2018.
- ^ Joshua Goodman (July 5, 2017). "Trump pressed aides on Venezuela invasion, US official says". The Military Times. Associated Press. Diakses tanggal September 18, 2018.
- ^ "Trump's Threat to Invade Venezuela Boosts Embattled Leader Maduro". Slate. 12 August 2017. Diakses tanggal 12 August 2017.
- ^ Ernesto Londoño; Nicholas Casey (September 8, 2018). "Trump Administration Discussed Coup Plans With Rebel Venezuelan Officers". The New York Times. Diakses tanggal September 17, 2018.
- ^ Adriaan Alsema (September 16, 2018). "Colombia stands down against possible military intervention in Venezuela". Columbia Reports. Diakses tanggal September 18, 2018.
- ^ "Canada, Latin American allies at odds over Venezuela intervention pledge". CBC News. September 19, 2018. Diakses tanggal September 19, 2018.
- ^ "Juan Guaidó se declara presidente da venezuela e tem apoio do brasil". VEJA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 January 2019. Diakses tanggal 12 January 2019.
- ^ Long, Gideon (13 January 2019). "Venezuela's opposition vows to help end Maduro's rule". Financial Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 15 January 2019.
Sebastián Piñera, Chile's president, agreed: 'Chile does not recognise the regime of Nicolás Maduro [we] give our full support to the National Assembly [...] and its new head Juan Guaidó.'
- ^ "Rosselló recognizes Juan Guaidó as interim president of Venezuela". Primera Hora. 18 January 2019. Diakses tanggal 19 January 2019.
- ^ "Ecuador recognizes Juan Guaidó as the President of Venezuela". El Comercio (Ecuador). 23 January 2019. Diakses tanggal 23 January 2019.
- ^ "Germany says Venezuela's president Maduro has "no legitimacy"". CNBC. 24 January 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-25. Diakses tanggal 24 January 2019.
- ^ "The Government of Peru recognizes Juan Guaidó as the acting President of the Bolivarian Republic of Venezuela". Chancellery of Peru. 23 January 2019. Diakses tanggal 23 January 2019.
- ^ Alerts, CBC News (23 January 2019). "BREAKING: Global Affairs Canada tells CBC News that Canada will recognize Juan Guaido as the new president of Venezuela. The opposition leader took an oath in Caracas a short time ago, declaring himself acting president and saying Nicolas Maduro has been deposed". twitter.com. Diakses tanggal 23 January 2019.
- ^ "Foreign Secretary statement on situation in Venezuela, January 2019". United Kingdom's Foreign & Commonwealth Office. 24 January 2019. Diakses tanggal 24 January 2019.
- ^ "Statement from President Donald J. Trump Recognizing Venezuelan National Assembly President Juan Guaido as the Interim President of Venezuela". The White House. Diakses tanggal 23 January 2019.[pranala nonaktif permanen]
- ^ https://www.theguardian.com/commentisfree/2019/jan/24/risk-catastrophic-us-intervention-venezuela
- ^ https://www.cnn.com/americas/live-news/venezuela-protests-2019/
Daftar pustaka
sunting- Bass, Gary J. (2008). Freedom's Battle: The Origins of Humanitarian Intervention. Knopf Doubleday. ISBN 978-0-307-26929-4.
- Bert, Wayne (2016). American Military Intervention in Unconventional War: From the Philippines to Iraq. Springer. ISBN 978-0-230-33781-7.
- Blakeley, Ruth (2009). State Terrorism and Neoliberalism: The North in the South. Routledge. ISBN 978-0-415-68617-4.
- Blum, William (2003). Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II. Zed Books. ISBN 978-1-84277-369-7.
- Bruzzese, Anthony (2008). The Origins of Intervention: America, Italy, and the Fight Against Communism, 1947–1953. ISBN 978-0-494-46952-1.
- Cooley, Alexander (2012). Great Games, Local Rules: The New Power Contest in Central Asia. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-981200-4.
- Cullinane, Michael (2012). Liberty and American Anti-Imperialism: 1898–1909. Springer. ISBN 978-1-137-00257-0.
- Foner, Philip (1972). The Spanish-Cuban-American War and the Birth of American Imperialism Vol. 1: 1895–1898. NYU Press. ISBN 978-0-85345-266-9.
- Foner, Philip (1972). The Spanish-Cuban-American War and the Birth of American Imperialism Vol. 2: 1898–1902. NYU Press. ISBN 978-0-85345-267-6.
- Fouskas, Vassilis; Gökay, Bülent (2005). The New American Imperialism: Bush's War on Terror and Blood for Oil. Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-275-98476-2.
- Grow, Michael (2008). U.S. Presidents and Latin American Interventions: Pursuing Regime Change in the Cold War. University Press of Kansas. ISBN 978-0-7006-1586-5.
- Harland, Michael (2013). Democratic Vanguardism: Modernity, Intervention, and the Making of the Bush Doctrine. Lexington Books. ISBN 978-0-7391-7970-3.
- Hiro, Dilip (2014). War Without End: The Rise of Islamist Terrorism and Global Response. Routledge. ISBN 978-1-136-48556-5.
- Kinzer, Stephen (2006). Overthrow: America's Century of Regime Change from Hawaii to Iraq. Times Books. ISBN 978-0-8050-8240-1.
- Little, Douglas (2009). American Orientalism: The United States and the Middle East since 1945. University of North Carolina Press. ISBN 978-0-8078-7761-6.
- Little, Douglas (2016). Us versus Them: The United States, Radical Islam, and the Rise of the Green Threat. UNC Press Books. ISBN 978-1-4696-2681-9.
- Maurer, Noel (2013). The Empire Trap: The Rise and Fall of U.S. Intervention to Protect American Property Overseas, 1893–2013. Princeton University Press. ISBN 978-1-4008-4660-3.
- McPherson, Alan (2016). A Short History of U.S. Interventions in Latin America and the Caribbean. John Wiley & Sons. ISBN 978-1-118-95400-3.
- McPherson, Alan (2013). Encyclopedia of U.S. Military Interventions in Latin America. ABC-CLIO. ISBN 978-1-59884-260-9.
- North, David (2016). A Quarter Century of War. Mehring Books. ISBN 978-1-893638-69-3.
- Parmar, Inderjeet; Cox, Michael (2010). Soft Power and US Foreign Policy: Theoretical, Historical and Contemporary Perspectives. Routledge. ISBN 978-1-135-15048-8.
- Sandstrom, Karl (2013-07-18). Local Interests and American Foreign Policy: Why International Interventions Fail. Routledge. ISBN 978-1-135-04165-6.
- Schoonover, Thomas (2013). Uncle Sam's War of 1898 and the Origins of Globalization. University Press of Kentucky. ISBN 978-0-8131-4336-1.
- Sullivan, Michael (2008). American adventurism abroad: invasions, interventions, and regime changes since World War II. Blackwell Publishers. ISBN 978-1-4051-7075-8.
- Wilford, Hugh (2008). The Mighty Wurlitzer: How the CIA Played America. Harvard University Press. ISBN 978-0-674-04517-0.
- Wilford, Hugh (2013). America's Great Game: The CIA's Secret Arabists and the Shaping of the Modern Middle East. Basic Books. ISBN 978-0-465-01965-6.