Hippasos
Hippasus dari Metapontum adalah seorang filsuf penganut aliran Phytagoras.[1][2] Ia termasuk ke dalam golongan filsuf dari aliran Phytagoras Tua, yakni sebelum sekolah dari aliran Phytagoras di Kroton ditutup pada abad ke-5 SM.[2][1] Beberapa filsuf lain yang termasuk golongan aliran Phytagoras Tua adalah Cercops, Petron, Brontinus, Kalliphon, Democedes, dan Parmeniscus.[2] Tidak ada karya tertulis yang masih tersimpan dari semua filsuf tersebut, termasuk Hippasus.[2]
Ketika aliran Phytagoras terpecah menjadi dua kelompok, akusmatikoi dan mathematikoi, Hippasus menjadi pemimpin dari kelompok mathematikoi.[3] Kelompok akusmatikoi melihat perlunya menaati semua peraturan aliran Phytagoras dengan saksama, sedangkan kelompok mathematikoi mengutamakan pengajaran ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.[4] Ia dianggap sebagai penemu bilangan irasional, khususnya membuktikan bahwa akar kuadrat dari 2, , adalah bilangan irasional.[5]
Riwayat Hidup
Hippasus berasal dari kota Metapontum.[1] Karena ia merupakan anggota sekolah aliran Phytagoras, berarti ia juga pernah tinggal di Kroton.[1][3] Ia hidup dan berkarya pada abad ke-5 SM, yakni sebelum sekolah aliran Phytagoras ditutup.[1] Selain itu, diketahui juga bahwa ia hidup sezaman dengan Philolaos sehingga diperkirakan ia berkarya sekitar tahun 470 SM.[3]
Menurut sebuah legenda dari sumber-sumber kuno, Hippasus dihukum mati dengan ditenggelamkan di laut oleh para pemimpin aliran Phytagoras karena dianggap sebagai pemberontak.[1][3][6] Sebelum penemuan Hippasos, Pythagoras dan pengikutnya menganggap bahwa semua bilangan bersifat rasional, atau dapat dinyatakan dalam perbandingan bilangan bulat.[7] Namun, dengan menggunakan reductio ad absurdum (pembuktian melalui kontradiksi) terbukti bahwa adalah bilangan irasional.[7] Pythagoras tidak dapat membantah pembuktian Hipassus, namun bilangan irasional bertentangan dengan filosofi yang dianut Pythagoras.[7] Phytagoras tidak mau mengakui kesalahan filosofinya, dan menuduh Hippasus sebagai penganut ajaran sesat.[7] Hipassus akhirnya dihukum mati dengan cara ditenggelamkan.[7]
Pemikiran
Api sebagai prinsip dasar segala sesuatu
Menurut keterangan dari Aristoteles, Hippasus berpandangan bahwa api adalah prinsip dasar segala sesuatu.[1][3] Pandangan seperti ini serupa dengan pandangan filsafat Herakleitos.[3] Akan tetapi, W.K.C Guthrie mengatakan bahwa pandangan Hippasus tentang api tidak seperti pemaknaan Herakleitos sebab di dalam pandangan aliran Phytagoras, api memiliki posisi khusus.[6]
Tentang alam semesta
Menurut kesaksian Diogenes Laertius, Hippasus berpendapat bahwa alam semesta (kosmos) mencapai kepenuhan dari segala perubahannya pada periode-periode tertentu.[6] Pandangan ini merepresentasikan doktrin aliran Phytagoras tentang siklus sejarah yang berulang terus-menerus.[6]
Tentang jiwa dan tubuh
Dari kesaksian Claudianus Mamertus, diketahui juga bahwa Hippasus memandang jiwa dan tubuh sebagai yang terpisah satu sama lain.[6] Jiwa tetap hidup ketika tubuh mati.[6] Pandangan ini merupakan pandangan khas aliran Phytagoras.[6]
Tentang musik
Hippasus dikatakan menemukan sesuatu dalam bidang musik.[6][3] Ia menemukan interval nada yang harmonis dengan cara membenturkan empat piringan perunggu.[6] Keempat piringan perunggu tersebut memiliki ketebalan dengan proporsi 4:3, 3:2, dan 2:1.[6]
Referensi
- ^ a b c d e f g (Inggris) Edward Zeller. 1957. Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books. P. 51, 54.
- ^ a b c d (Inggris) Kathleen Freeman. 1952. Ancilla to the Pre-Socratic Philosophers. Oxford: Basil Blackwell. P. 20.
- ^ a b c d e f g (Inggris) Carl A. Huffman. 1999. "The Phytagorean Tradition". In The Cambridge Companion to Early Greek Philosophy. A.A. Long, ed. 66-87. London: Cambridge University Press.
- ^ K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 34.
- ^ (Inggris) Hippasus of Metapontum
- ^ a b c d e f g h i j (Inggris) W.C.K. Guthrie. 1985. A History of Greek Philosophy Volume 1. London: Cambridge University Press. P. 320-322.
- ^ a b c d e (Inggris) Simon Singh. 1998.Fermat's Enigma. New York: Anchor Books. P. 50.