Pembicaraan:Kerajaan Pagaruyung
Ini adalah halaman pembicaraan untuk diskusi terkait perbaikan pada artikel Kerajaan Pagaruyung. Halaman ini bukanlah sebuah forum untuk diskusi umum tentang subjek artikel. |
|||
| Kebijakan artikel
|
||
Cari sumber: "Kerajaan Pagaruyung" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · HighBeam · JSTOR · gambar bebas · sumber berita bebas · The Wikipedia Library · Referensi WP |
Kerajaan Pagaruyung adalah artikel pilihan; artikel ini (atau versi terdahulunya) telah dinilai sebagai salah satu artikel terbaik yang dihasilkan komunitas Wikipedia. Bila Anda dapat memutakhirkan isi artikel ini tanpa merusak tulisan yang telah ada, silakan menyuntingnya.
|
adakah keturunannyer masih ader skrag..?– komentar tanpa tanda tangan oleh 60.51.121.174 (b • k).
Pembahasan tentang Adityawarman saya hapus. Sudah cukup di artikelnya sendiri. --Gombang 10:37, 11 Desember 2006 (UTC)
Pranala luar
Pautan ke MelayuOnline.com kayaknya tidak perlu. Bukan apa-apa, artikel tentang Pagaruyung di sana malah merujuk ke artikel ini. --Gombang 14:33, 6 Juni 2007 (UTC)
- OK Bung Gombang, sudah saya hilangkan. Salam, Naval Scene 08:26, 8 Juni 2007 (UTC)
Nama ayah Adityawarman saya ganti menjadi Adwayawarman, karena Mahisa Anabrang sebagai ayah Adityawarman masih berupa dugaan. Adityawarman sebagai anak Adwayawarman sudah terbukti dalam prasasti Kuburajo. (Antapurwa 03:57, 30 April 2008 (UTC))
Malayapura
Bisa ditunjukkan sumber sebutan lain Pagaruyung adalah Malayapura? Lebih mungkin itu sebutan lain untuk Kerajaan Melayu di Jambi atau di Dharmasraya. --Gombang 12:30, 30 April 2008 (UTC)
Pindahan dari artikel
Terkait dengan Pidato Prof. Dr. HAMKA dalam upacara pemakaman kembali Sultan Alam Bagagar Syah di Balai Kota Jakarta. saya jadi ingat dengan cerita dari seseorang bernama (Alm)Zulkahar Adenan Glr Sultan Sakti. Yaitu cerita tentang siapa yang kehadiran/diundang saat pemakaman kembali Sultan Alam Bagagar Syah dari keluarga, waktu itu yang hadir (Alm) Jamaluddin dan (Alm) Adenan St. Machudum. tentu muncul pertanyaan siapakah (Alm) Adenan St. Machudum itu dan kenapa hadir pada saat itu? Kalau kita merujuk pada silsilah pagaruyung tidak terdapat nama (Alm) Adenan St. Machudum dan sampai saat ini pada setiap acara kebesaran di Pagaruyung tidak seorang dari ahli waris dari (Alm) Adenan St. Machudum yang diundang/hadir. Saya akan mulai menceritakan siapa (Alm) Adenan St. Machudum itu. (Alm) Adenan St. Machudum adalah anak laki-laki satu-satunya dari empat orang istri sultan Pahlawan. Sultan Pahlawan. (Alm) Adenan St. Machudum lahir pada tahun 1901 dengan nama Adenan dan gelar St. Machudum didapat sebelum Alm menikah pada usia 19 tahun (tidak seperti orang minang kabau kebanyakan yang bergelar setelah menikah) dan mempunyai 9 orang anak. (Alm) Adenan St. Machudum pada tahun 60-an pernah bertemu/bersama Prof. Hamkan menulis silsilah pagaruyung, terucap satu kata oleh hamka ternyata angku sebenarnya pewaris pagaruyung.Dan pada awalnya Cap pagaruyung dipegang adenan dan dititip pada anaknya yang tinggal di Palinggam. Awal tahun 70-an Cap tersebut diminta dengan berbagai alasan oleh sdri Upik cilandak. Sekarang Alm Adenan St. Machuum dimakamkan di Seberang Padang. Cerita selanjutnya akan saya teruskan setelah tulisan seseorang tahun 70, saya salin ulang. – komentar tanpa tanda tangan oleh [[Pengguna:222.124.193.134]|222.124.193.134]]] ([[Pembicaraan pengguna:222.124.193.134]|b]] • [[Istimewa:Kontribusi/222.124.193.134]|k]]).
- Sebelum anda melanjutkan, mungkin sebaiknya lihat dahulu Wikipedia:Bukan riset asli dan Wikipedia:Otobiografi. Salam, Naval Scene 08:09, 25 Mei 2008 (UTC)
SILSILAH RAJA – RAJA MINANGKABAU DAN KETURUNANNYA
KULAWARGA MAHARAJO DI RAJO TAMBO ALAM MINANGKABAU SANG SAPURBA BATU BERSURAT KETURUNAN MAHARAJO INDO TAMBO ALAM MINANGKABAU KULAWARGA/ MAHARAJO SAKO TAMBO ALAM MINANGKABAU MAHARAJO DI RAJO 1347 - 1375 ADITYAWARMAN TAMBO ALAM MINANGKABAU 1375 - 1425 RAJO HAKAD TAMBO ALAM MINANGKABAU 1425 - 1475 SULTAN BAKILAB ALAM TAMBO ALAM PAGARUYUNG 1475 – 1560 SULTAN PASAMBAHAN TAMBO ALAM PAGARUYUNG 1560 – 1580 SULTAN ALIF TAMBO ALAM PAGARUYUNG 1580 – 1600 BANDAHARO INDOMO DAN TAMBO ALAM PAGARUYUNG
TUAN KALI SEBAGAI PEJABAT SEMENTARA RAJO PAGARUYUNG
1600 – 1650 SULTAN PAMANDANGAN TAMBO ALAM PAGARUYUNG 1650 – 1680 SULTAN AHMAD SYAH TAMBO ALAM PAGARUYUNG 1680 – 1720 SULTAN MUNING SYAH I TAMBO ALAM PAGARUYUNG 1720 – 1770 SULTAN MUNING SYAH II TAMBO ALAM PAGARUYUNG 1770 - 1819 SULTAN MUNING SYAH III TAMBO ALAM PAGARUYUNG 1819-1833 Sultan Alam Bagagar Syah putra ====>Sultan Mangun ===> : Abdul Kadir Datuk Lelo Barenda dan Abdullah Gelar Datuk Bandharo Kuning Nan Badarah Putih Abdul Kadir Datuk Lelo Barenda menikah dengan Rasimah dari Inderapura dan mempunyai anak bernama Ramalah Abdullah Gelar Datuk Bandharo Kuning Nan Badarah Putih mempunyai anak bernama Intan Sidi Datuk Lelo Pahlawan Gelar Sutan Machudum. anak Intan Sidi Datuk Lelo Pahlawan adalah Adenan Sutan Machudum ADENAN SUTAN MAKHUDUM MENDAPAT GELAR SEJAK BERUMUR 16 TAHUN. GELAR TERSEBUT MERUPAKAN PEMBERIAN AYAH INTAN SIDI DATUK LELO PAHLAWAN ATAS PESAN DARI RAJA ALAM BAGAGAR SYAH. BUKTI GELAR BELIAU DIDAPAT PADA UMUR 16 TAHUN DAPAT DILIHAT PADA IJAZAH TERTANGGAL 30 SEPTEMBER 1919.
catatan ; pada situs cucu Stialam's site Raja Pagaruyung diwariskan dari pihak ibu (Matrilineal), tapi dengan melihat susunan raja-raja di atas bersifat patrilineal. sedikit sumbangan kepada ahli sejarah, moga menjadi bahan penelitian yang menarik.
sampai hari ini saya belum sempat menulis ulang suatu kisah yang ditulis oleh salah seorang keluarga yaitu Syamsul Bahrun ditulis tgl 27 Maret 1970. "No Feodalizm"
Re:Malayapura
Mengenai nama Malayapura sebagai nama kerajaan yang dipimpin Adityawarman ditemukan dalam prasasti Amoghapasa berbahasa Sansekerta (beda dengan prasasti Amoghapasa zaman Kertanagara). Prasasti Amoghapasa Sansekerta ditulis oleh Adityawarman sendiri. Saya menemukan informasi ini dari bukunya Slamet Muljana berjudul Tafsir Sejarah Nagarakretagama, juga Menuju Puncak Kemegahan. Adityawarman sendiri tidak pernah menjabat sebagai raja Dharmasraya sehingga antara Dharmasraya dengan Malayapura tidak bisa disamakan. Hal ini juga diperkuat oleh catatan Dinasti Ming bahwa di Sumatra pada abad ke-14 terdapat tiga kerajaan, yaitu Palembang (bekas Sriwijaya), Dharmasraya (bekas Malayu), serta Malayapura (alias Pagaruyung). Salam (Antapurwa 08:22, 26 Mei 2008 (UTC))
- Mungkin buku Slamet Muljana bisa dimasukkan ke Daftar pustaka. Anyway, bukannya pada saat itu Palembang menjadi bawahan Melayu (dan baru lepas pada zaman Palembang Darussalam). Saya sendiri juga ingin tahu lebih jauh kaitan antara ketiga kerajaan ini. --Gombang 09:31, 26 Mei 2008 (UTC)
Hubungan dengan Belanda dan Inggris
Ketika VOC berhasil mengalahkan Kesultanan Aceh pada peperangan tahun 1667, melemahlah pengaruh Aceh pada Pagaruyung. Hubungan antara daerah-daerah rantau dan pesisir dengan pusat Kerajaan Pagaruyung menjadi erat kembali. ...........referensi untuk kalimat ini tidak jelas, karena Perang Aceh baru dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873. Salam, VoteITP (bicara) 09:23, 24 Januari 2010 (UTC)
- Saya bisa mencari, misalnya di buku Sumatera Barat hingga Plakat Panjang karya Rusli Amran. Meskipun belum berperang di tanah Aceh sendiri, VOC dan Aceh sudah berkonflik di Sumatera Barat sebelum perang Aceh terjadi. Di buku Rusli Amran konflik Aceh-Belanda ini banyak dibahas. Gombang (bicara) 07:55, 26 Januari 2010 (UTC)
- Tambahan: konflik Aceh-VOC tersebut memang tidak bisa dibandingkan skalanya dengan Perang Aceh. Kata perang di sini mungkin tidak tepat. Gombang (bicara) 07:57, 26 Januari 2010 (UTC)
Berdirinya Pagaruyung
Kerajaan Pagaruyung didirikan oleh seorang peranakan Minangkabau - Majapahit yang bernama Adityawarman, pada tahun 1347.
- Redaksi kalimat diatas masih menimbulkan pertanyaan, karena munculnya nama Minangkabau sendiri hanya berdasarkan Tambo, dan sampai sekarang masih dipertentangkan kapan munculnya?.
- Bagaimana kalau sebaiknya redaksi kalimatnya seperti,...keturunan Malayu - Majapahit...., karena kata Malayu telah disebut dalam Prasasti Padang Roco jauh sebelum berdirinya Pagaruyung.
- Kita bisa memperdebatkan Adityawarman orang Minang atau bukan, tapi cukup banyak buku yang menyebutnya sebagai peranakan Minang-Jawa. Saya sendiri berpendapat pada saat itu perbedaan Minang dan Malayu mungkin belum terlalu penting. Gombang (bicara) 09:12, 26 Januari 2010 (UTC)
- Tambahan saja. Jangan lupa bahwa pada Prasasti Kedukan Bukit yang bertarikh 682 Masehi, telah terdapat kata Minanga/Minanga Tamwan. Salam, Naval Scene (bicara) 09:41, 27 Januari 2010 (UTC)
Pemerintahan mirip Majapahit?
Halo Bung VoteITP. Anda menuliskan: "...Adityawarman menyusun sistem pemerintahannya mirip dengan sistem pemerintahan yang ada di Majapahit...., dst." Apakah ada referensinya yang dapat ditambahkan?. Kalau tidak ada, berarti ini pendapat pribadi dan saya lebih condong kepada versi sebelumnya. Salam, Naval Scene (bicara) 04:18, 2 Februari 2010 (UTC)
Transliterasi Bhs Arab, dll.
Hai Bung VoteITP. Saya usul bagaimana kalau transliteras teks Bhs. Arabnya dibuat lebih menyesuaikan penyebutan & penulisan umum (pelafalan) di Bhs. Indonesia? Tertulis huruf miring: Sultan Tunggal Alam Bagagar ibn Sultan Khalīfat Allāh yang mempunyai tahta kerajaan dalam negeri Pagaruyung dār al-qadār johan berdaulat zill Allāh fī al-‘ālam. Saya usulkan jadi: "Sultan Tangkal Alam bin Sultan Khalifatullah", dan "Pagaruyung Darul Qadar", serta "Johan Berdaulat Zillullah fil Alam". Kelihatannya lebih enak dibacanya. Kemudian, apakah itu benar penulisan gelarnya "Tunggal Alam"? Kalau menurut saya "Tangkal Alam". Oh iya satu lagi, apakah anda pernah mendengar tentang Bendera Kerajaan Pagaruyung yang namanya "Merawa"? Kalau tak salah warnanya merah, kuning, dan hitam. Elok juga kalau ditambahkan di bagian atas kotak info, disamping cap mahor. Tadinya saya mau buat, sayangnya saya tidak tahu urutan warnanya serta apakah peletakkannya membujur atau melintang. Last but not least, artikel sekarang jadi semakin bagus dengan kotak info yang anda buat. Salam, Naval Scene (bicara) 04:33, 22 April 2010 (UTC)
- Salam Bung Naval Scene, terima kasih, sepertinya saya sependapat dengan usulan anda, termasuk kata Tangkal, sedangkan mengenai bendera kerajaan ini mungkin dengan membandingkannya dengan Merawa yang masih digunakan masyarakat setempat, menurut pendapat saya seperti mirip dengan bendera jerman yang dibalik 90°, dimana dengan urutan warna hitam (luhak limapuluh), merah (luhak agam) dan kuning (luhak tanah datar), Salam, VoteITP (bicara) 12:20, 22 April 2010 (UTC)
Darul Qadar atau Darul Qarar?
Setelah saya lihat lagi tulisan Arab di cap mohor, saya curiga jangan-jangan gelar negeri Pagaruyung yang tertulis bukan Darul Qadar, tetapi Darul Qarar (دار القرار , tempat yang kekal/negeri tempat menetap, = nama surga/akhirat)?. Ada pendapat? Salam, Naval Scene (bicara) 08:55, 25 Agustus 2010 (UTC)
- FYI, tulisan Suryadi tentang cap mohor ini. http://niadilova.blogdetik.com/2008/07/25/cap-mohor-sultan-tunggal-alam-babagarsyah/ Kalau menurut pembacaan Rusli Amran, Darul Qarar (saya juga membacanya begitu). Gombang (bicara) 12:26, 22 November 2010 (UTC)
Rujukan E. Netscher
Saya ingin mengomentari bagian yang disembunyikan di paragraf pembuka artikel:
- menurut catatan dari laporan pada bulan Mei tahun 1862 dari seorang Residen di Riau bernama E. Netscher ternyata tidak tercantum atau disebutkan nama Sultan Tangkal Alam Bagagar beserta kedaulatannya. Rujukan: Luckman Sinar, The history of Medan in the olden times, (University of Michigan Press) hal. 29.
Komentar saya: kalau benar memang tahun 1862 kutipan dari E. Netscher maka tentu saja sudah tidak ada Raja Pagaruyung karena tanggal 2 Mei 1833 ia (Sultan Tangkal Alam Bagagar) sudah ditawan. Lihat di artikel ini subjudul "Runtuhnya Pagaruyung" alinea ke-4. Jadi rujukan tsb tidak menafikan bahwa Sultan Bagagar pernah dianggap sebagai raja. Salam, Naval Scene (bicara) 05:25, 25 November 2010 (UTC)
Usulan
Bagaimana kalau artikel ini namanya Pagaruyung saja tanpa pakai kerajaan, sehingga terlihat hubungannya dengan artikel Dharmasraya, Salam, VoteITP ✉ 12:03, 26 November 2010 (UTC)
- Bisa saja, tapi sebaiknya penamaan artikel kerajaan ini konsisten. Ada Dharmasraya dan Majapahit, tapi juga ada Kesultanan Aceh, Kesultanan Malaka, Kesultanan Mataram. Jadi bagaimana baiknya? Gombang (bicara) 12:21, 26 November 2010 (UTC)
- Ikut urun rembug ya. Umumnya saya mendukung konsistensi, namun tidak menolak bila ada perkecualian yang diperlukan. Perbedaan antara Majapahit (dan Sriwijaya, Singasari, dll.) dengan Kesultanan Aceh (Dharmasraya, dan lain-lain): tidak ada provinsi Majapahit, kabupaten Majapahit, selat Majapahit, atau lebih dari satu nama kerajaan (kasus Mataram). Ini kasus perkecualian (di en: juga ada kok). Kalau ada kemungkinan ambigu, maka sebaiknya diperjelas. OOT: Usul saya untuk Dharmasraya ==> Kerajaan Dharmasraya, agar tidak ambigu dengan Kabupaten Dharmasraya. Naval Scene (bicara) 12:49, 26 November 2010 (UTC)
Pengaruh Hindu-Budha
Ada yang mempunyai informasi tambahan tentang bagian ini? Isinya sepertinya terlalu pendek dan hanya ada satu referensinya. Saya berpendapat akan lebih bagus kalau ada informasi tambahan. Salam, Naval Scene (bicara)
Tidak ada catatan menyebut Adityawarman memindahkan ibukota dari jambi
Mungkin bisa dilihat pada buku, Datuk Putih Asral (2005), Duabelas jurus pertahanan menolak serangan, LPPM Tan Malaka hlm 33, ISBN 9799903815. salam Geyol (bicara) 05:03, 29 November 2010 (UTC)
- Pendapat saya: setelah lihat cuplikan buku Datuk Putih Asral (2005) terutama hlm. 33, disitu disebutkan jelas Melayu Jambi, namun yang tepat itu adalah Dharmasraya, dan bandingkan dengan Prasasti Padang Roco dan Prasasti Amoghapasa. Menurut saya buku rujukan diatas masih perlu dibandingkan dengan buku sejarah lainnya seperti yang telah terdapat pada rujukan artikel. Salam, VoteITP ✉ 11:09, 29 November 2010 (UTC)
Menolak perubahan
Halo VoteITP ✉ , Apakah ada mekanismenya ? tolong disebutkan rujukannya 118.96.220.87 04:08, 4 Desember 2010 (UTC)
- Halo juga, alasan saya menolak perubahan yg diberikan, pertama rujukan dari Sophia Raffles,(1835), Vol I, yg berkaitan dengan Pagaruyung adalah pada chapter XII bukan chater V apalagi hlm 155 yang tidak ada hubungan dengan pagaruyung sama sekali. Kedua saya lebih cendrung suntingan itu ditambahkan pada bab artikel misal pd bagian Runtuhnya Pagaruyung atau Hubungan dengan Belanda dan Inggris. Ketiga jika mempertentangkan tentang raja atau tidaknya Sultan Tangkal Alam Bagagar, sepertinya tidak tepat diletakkan pada paragraf pembuka. Tentang mekanisme yg dimaksud saya tidak paham, tetapi yg jelas siapa pun boleh menyunting dan menolak perubahan serta untuk rujukan adalah Wikipedia:Sumber tepercaya atau Wikipedia:Sudut pandang netral. Salam, VoteITP ✉ 04:31, 4 Desember 2010 (UTC)
- Halo VoteITP ✉ , anda benar, tapi kedua bab tersebut dan artikel ini berkaitan dengan sejarah Kerajaan Pagaruyung bukannya mengenai Sultan Tangkal Alam Bagagar, salam 118.96.220.87 07:22, 6 Desember 2010 (UTC)
- Ikut berpendapat ya. Saya setuju dengan Bung VoteITP, sebaiknya tentang raja terakhir Pagaruyung tidak dibahas di paragraf pembuka melainkan di badan artikel. Buat Bung 118.96.220.87, salam kenal dan terima kasih atas apapun kontribusi anda. Saya berharap anda menjadi pengguna terdaftar, artikel-artikel bertema Minang sangat membutuhkan para peminat untuk menambah kualitasnya. Salam, Naval Scene (bicara) 08:22, 8 Desember 2010 (UTC)
Bendera Pagaruyung
Mengenai bendera Pagaruyung, saya mau tanya bagaimana urutan warna yang tepat untuk bendera tsb, apakah (merah, kuning, hitam) atau (hitam, merah, emas(kuning)) atau ada rujukan yang lain?, namun kalau melihat bentuk marawa yg masih digunakan saat ini adalah dengan urutan (hitam, merah, emas(kuning)), mohon kalau ada pendapat dari yang lain, Salam VoteITP ✉ 20:16, 15 Desember 2010 (UTC)
Pagaruyung atau Minangkabau ??
Perhatikan lagi cap tersebut yang menyatakan bahwa Raja di dalam negeri Pagaruyung, itu diartikan bahwa Raja tersebut berkedudukan di Pagaruyung. Seperti juga Negara yang Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. Saya agak keberatan dengan istilah kerajaan Pagaruyung. Ada banyak manuskrip lain yang menyatakan kerajaan itu Minangkabau.
The remaining seals to be described are all found as single impressions on documents.
One seal, only partially decipherable, is found on a document dated 1815/68, at a time when
the Raja Alam can be identified as Raja Muning Syah9:
Sultan Seri Maharaja Diraja ibn Sultan Khalîfat Allah yang mempunyai tahta
kerajaan dalam alam Minangakabau dari sekalian Pulau Perca ini ...,
‘Sultan Seri Maharaja Diraja, son of Sultan Khalifat Allah, who possesses the throne
of sovereignty in the lands of Minangkabau in the whole of this island of Perca [i.e.
Sumatra] ...’ (#656).
The next three seals are documented from photographs taken by P.Voorhoeve in 1941 of
pusaka documents and artefacts held in Kerinci10:
al-wâthiq bi-‘inâyat Allâh al-‘Azîm Sultan Seri Maharaja Diraja ibn Sultan Abdul
Jalil Marhum Syah
‘He who trusts in the favour of God, the Most Supreme One, Sultan Seri Maharaja
Diraja, son of Sultan Abdul Jalil, the late Syah’ (#1422).
The second seal is impressed on a piagam held in Kerinci, issued by Pangiran Temenggung
Nyata Negaro Kerto Pati to Dipati Kerto Kayum Nyata Negaro11:
Paduka Seri Sultan ... al-din? ... fi al-àlam wa-imam ... mempunyai [tahta?] dalam
alam Minangkabau,
‘Paduka Seri Sultan ... of the world ... possesses the [throne?] in the land of
Minangkabau’ (#1415).
Silakan Rujuk sumber : Annabel Teh Gallop. MERANTAU: IMAGINING MIGRATION IN THE MALAY WORLD, International Seminar in honour of Prof. E.U. Kratz, University of Frankfurt, 30-31 March 2011