Zuber Usman
Zuber Usman (12 Desember 1916 – 25 Juli 1976) adalah penulis cerita pendek dan perintis kritik sastra Indonesia. Lahir di Padang, ia dididik di sekolah-sekolah Islam sejak kecil sampai tahun 1937, setelah itu ia pindah ke Jakarta dan menjadi seorang guru. Berkecimpung dalam penulisan cerpen selama pendudukan Jepang di Indonesia dan perjuangan perang kemerdekaan, ia terus mengajar dan menulis tentang sastra sampai sisa umurnya.
Zuber Usman | |
---|---|
Berkas:Zuber Usman.jpg | |
Lahir | 12 Desember 1916 Padang, Sumatera Barat, Hindia-Belanda |
Meninggal | 25 Juli 1976 Jakarta, Indonesia | (umur 59)
Pekerjaan | Penulis, guru |
Bahasa | Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Periode | 1940-an sampai 1973 |
Genre | Cerita pendek, sejarah |
Biography
Zuber Usman lahir di Padang, Sumatera Barat pada 12 Desember 1916. Ia mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Islam sejak kecil. Tamat dari Adabiyah School di Padang, ia belajar ke Sumatera Thawalib di Padang Panjang.[1] Pada tahun 1937, setelah menyelesaikan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi di Padang, ia pindah ke Batavia (sekarang Jakarta). Pada tahun-tahun berikutnya, ia menjadi guru bahasa Melayu di sebuah sekolah Muhammadiyah.[2] Ia terus mengajar di berbagai sekolah sampai ia meninggal.
Selama periode pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945) dan perjuangan perang kemerdekaan (1945–1949), ia menulis sejumlah cerita pendek yang umumnya berkaitan dengan tema ketekunan dan perjalanan menuju cinta sejati. Sebelas dari cerita pendek yang ia tulis kemudian disusun dalam antologi Sepanjang Jalan (dan beberapa Cerita Lain), yang diterbitkan pada tahun 1953 oleh Balai Pustaka; pada tahun 2005, buku itu telah mengalami cetakan ketiga.[3] Setelah itu, ia menerbitkan dua buku sejarah sastra Indonesia, yaitu Kesusastraan Lama Indonesia (1954) dan Kesusastraan Baru Indonesia (1957).[1] Kedua buku ini ditulis ringkas dan disusun berdasarkan urutan waktu.[4] Bekerja sama dengan H.B. Jassin, ia juga menerjemahkan beberapa karya Poerbatjaraka yang kemudian ditulis dalam Tjerita Pandji pada tahun 1958.[5] Pada tahun 1960, ia menerbitkan sebuah karya akademis mengenai bahasa dan sastra Indonesia berjudul Kedudukan Bahasa dan Sastra Indonesia.[2]
Zuber Usman lulus dari Universitas Indonesia pada tahun 1961 dengan meraih gelar sarjana sastra sebelum mendapatkan diploma pada tahun berikutnya.[1] Selama lima belas tahun sesudah itu, sampai ia meninggal di Jakarta pada tanggal 25 Juli 1976, ia menulis secara ekstensif dan telah menghasilkan beberapa buku di antaranya 20 Dongeng Anak-Anak (1971) dan Putri Bunga Karang (1973).[1]
Views
Usman defined old Malay literature as those written before Abdullah bin Abdulkadir Munsyi came to prominence. He cites the latter author's focus on the day-to-day experiences of the average person, a divergence from the traditional stories of "gods, giants, or fabulous fairy tales with beautiful princesses and magnificent castles".[6] This can be differentiated with the more nationalist periodisation, such as that of A. Teeuw, which emphasise an "Indonesian" awareness.[6]
Regarding Balai Pustaka's language policies during the colonial period, Usman wrote that although the publisher's prescribed Malay was not as organic or free to develop as those in outside publications, it was much less restrictive than traditional written forms.[7]
Legacy
Zuber Usman telah dicatat oleh Guru besar sastra dan bahasa Indonesia di Universitas Sydney, sebagai perintis kritik sastra Indonesia.[8]
Zuber Usman merupakan orang yang pertama kali yang mengemukakan ide pembentukan Fakultas Sastra dan Sosial Budaya dalam makalah yang dipaparkannya pada seminar "Pembangunan Daerah Sumatera Barat" di Padang pada tahun 1964. The speech called for the area's educational facilities to be further developed to reunite West Sumatra with the rest of Indonesia after it had been alienated for housing the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia. However, Usman was uninvolved in the administrative efforts behind the faculty's establishment, which took until 1982.[9]
Footnotes
- ^ a b c d JCG, Zuber Usman.
- ^ a b Usman 2005, back cover.
- ^ Usman 2005, hlm. 1–185.
- ^ Salleh 2010, hlm. 70.
- ^ Salleh 2010, hlm. 170.
- ^ a b Christomy 2008, hlm. 12.
- ^ Wahab Ali 2012, hlm. 78.
- ^ Foulcher 2002, hlm. 101.
- ^ Andalas 2011, Sejarah Ringkas.
Works cited
- Wahab Ali, A (2012). Kemunculan Novel dalam Sastera Modern Indonesia dan Malaysia: Satu Kajian Perbandingan (dalam bahasa Malaysian). Kuala Lumpur: Institut Terjemahan Buku Malaysia. ISBN 978-983-068-590-8.
- Christomy, Tommy (2008). Signs of the Wali: Narratives at the Sacred Sites in Pamijahan, West Java. Canberra: Australian National University. ISBN 978-1-921313-69-1.
- Foulcher, Keith (2002). "Dissolving into the Elsewhere: Mimicry and ambivalence in Marah Roesli's 'Sitti Noerbaja'". Dalam Foulcher, Keith; Day, Tony. Clearing a Space: Postcolonial Readings of Modern Indonesian Literature. Leiden: KITLV Press. hlm. 85–108. ISBN 978-90-6718-189-1. OCLC 51857766. Diakses tanggal 11 August 2011.
- Salleh, Siti Hawa (2010). Malay Literature of the 19th Century. Kuala Lumpur: Institut Terjemahan Negara Malaysia. ISBN 978-983-068-517-5.
- "Sejarah Ringkas" (dalam bahasa Indonesian). Andalas University. 20 May 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 December 2012. Diakses tanggal 22 December 2012.
- Usman, Zuber (2005). Sepanjang Jalan (dan beberapa cerita lain) (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 978-979-666-204-3.
- "Zuber Usman". Encyclopedia of Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 December 2012. Diakses tanggal 22 December 2012.