Getah sundi
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Adi.akbartauhidin (Kontrib • Log) 4036 hari 1377 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Getah sundi | |
---|---|
Getah sundi | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | P. leerii
|
Nama binomial | |
Payena leerii (Teijsm. & Binnend.) Kurz
| |
Sinonim | |
Referensi:[1]
|
Getah sundi, payena atau getah sontek (Payena leerii) adalah tumbuhan industri yang masih berkerabat dengan getah perca (Palaquium sp.) dan masuk familia Sapotaceae, yang berarti ia juga masih berkerabat dengan sawo manila.[2]
Di Indonesia, getah sundi dikenal dengan nama-nama seperti sundik, suntik (M.); mayang sondèk (Sumut); balam bunga tanjung, b. pipis, nyatoh bunga běring, ny. b. sundai/suntai (tenggara Kalimantan); balam kějal, b. tanjung, b. tanduk, b. cabé (Palembang); balam kaliangung (Lampung); kulan (Bangka); kulan, puting (Kalbar) dan; běringing (Kalsel dan Kaltara).[1]
Deskripsi
Getah sundi merupakan sejenis pohon yang tingginya 20-38 m dan garis tengahnya batangnya 45-70 cm. Daunnya bundar telur lebar, yang muda berbulu halus. Tersusun dengan berselang-seling, dan berjumlah majemuk.[2] Malainya kecil, putih, menyendiri atau berkelompok, muncul di ranting, kadang-kadang di ketiak batang. Tangkai bunga (pedicel) 1-1,5 cm. Bunganya sendiri berkelamin dan berukuran hanya sekitar 0,5 cm. Daun kelopak (sepal) dan daun mahkota (petal) juga kecil. Daun mahkota panjangnya 2 mm, dengan tabung yang pendek, gundul, dan berwarna putih-kekuningan. Benang sari berjumlah 16, yang disertai pula dengan 1 putik yang panjangnya 6-8 mm. Buahnya tergolong buah buni (buah berry), kuning, bulat telur, dapat dimakan seperti sawo. Bentuknya kerucut, dengan dasar buah agak lebar. Ukurannya 2,5-5 cm × 1-2,5 cm, dan hanya berbiji tunggal. Bijinya hitam, mengandung 3,5-4,5% minyak dan kayunya snediri berwarna coklat muda.[3][4]
Persebaran & habitat
Payena leerii berasal dari Burma dan Malaysia barat. Di Jawa Barat, tumbuhan ini dibudidayakan dengan Palaquium gutta di Cipetir, Sukabumi pada ketinggain 600 mdpl sebagai penghasil getah perca. Tempat tumbuhnya berkisar dari pantai hingga pegunungan.[2] Terdapat pula di Sumatera, Semenanjung Malaya, Riau, Bangka Belitung, Kalimantan, dan Filipina. Terdapat pula di Amerika Selatan dan jarang ditemui di Afrika.[3][4]
Kegunaan & manfaat
Buah getah sundi dapat dimakan, dan berbau seperti sawo manila. Bijinya yang berminyak itu, diketahui mengandung saponin yang beracun. Adapun, minyak dari biji buah getah sundi ini belumlah jelas. Kayunya berwarna coklat muda,[2] agak keras dan berat. Menurut Karel Heyne, dia mendapat kabar dari Sumatera bahwa kayu ini lumayan berkualitas bagus.[1] Kayu ini juga dipakai untuk membangun rumah.[5] Buahnya yang berwarna cerah, mungkin dapat menjadi daya tarik apabila diperdagangkan.[4]
Mengenai kemampuan getah sundi sebagai tumbuhan penghasil getah perca, getah yang diambil dari daunnya sangat keras jika didinginkan dan menjadi lembek apabila dipanaskan. Kemampuan ini tidak akan hilang walau sering dipanas-dinginkan. Getah yang dihasilkan tumbuhan ini, kata Heyne, dan kemungkinan tidak terkontaminasi oleh kulit kayu. Barulah setelah diperdagangkan, getah sundi mengalami perubahan warna; yakni, berwarna sedikit lebih terang.
Referensi
- ^ a b c Heyne, K. (1917). De nuttige planten van Nederlandsch Indië. 4:14. Batavia:Ruygrok & Co.
- ^ a b c d Sastrpradja, Setijati; Danimihardja, Sarkat; Soejono, Roekmini; Soetjipto, Niniek Woelijarni; Prana, Made Sri (1981). Tanaman Industri. 10:120 – 121. Jakarta:LBN - LIPI bekerjasama dengan Balai Pustaka.
- ^ a b "Payena leerii (Teijsm. & Binn.) Kurz". Globinmed. Diakses tanggal 9 November 2013.
- ^ a b c Triono, Teguh (5 November 2000). Sawo-Sawoan:Suatu Potensi yang Terkesampingkan dalam Prosiding Seminar Hari Puspa dan Satwa Nasional.
- ^ Foxworthy, Fred W. (Oktober 1909). Freer, Paul C., ed. "Indo-Malayan Woods". The Philippine Journal of Science. 4 (4).