Karl yang Botak

Revisi sejak 27 Maret 2014 18.59 oleh Adesio2010 (bicara | kontrib) (Karl yang Botak)

Karl yang Botak (13 Juni 823 – 6 Oktober 877) merupakan seorang raja di Frankia Barat (843–77), Raja Italia (875–77) dan Kaisar Romawi Suci (875–77, sebagai Karl II). Setelah serial perang saudara yang dimulai selama pemerintahan ayahandanya, Louis yang Saleh, Karl digantikan oleh Perjanjian Verdun (843) didalam memperoleh barat ketiga Kekaisaran Karolingia. Ia merupakan putra bungsu Louis yang Saleh dan istri keduanya, Judith.

Karl yang Botak
Karl pada usia tua; gambar dari Psalternya
Daftar Raja Franka
Berkuasa840–877
PendahuluLouis I
Kaisar Romawi Suci
Berkuasa875–877
Penobatan29 Desember 875, Pavia
PendahuluLouis II
PenerusCharles III
KelahiranTanggal tidak terbaca. Angka tahun harus memiliki 4 digit (gunakan awalan nol untuk tahun < 1000).
KematianNot recognized as a date. Years must have 4 digits (use leading zeros for years < 1000). (aged Kesalahan ekspresi: Operator < tak terduga)
PasanganErmentrude
Richilde dari Provence
KeturunanJudith dari Flandria
WangsaWangsa Karolingia
AyahLouis yang Saleh
IbuJudith
Charles si Botak

Pertikaian dengan saudara-saudaranya

Karl dilahirkan pada tanggal 13 Juni 823 di Frankfurt, ketika saudara-saudaranya telah beranjak dewasa dan telah mendapatkan regna, atau pembagian kerajaan mereka sendiri, dari ayahanda mereka. Upaya yang dibuat oleh Louis yang Saleh untuk memberikan Karl sebuah pembagian kerajaan, pertama-tama Alemannia dan kemudian sebuah wilayah di antara Meuse dan Pirenia (pada tahun 832, setelah pemberontakan Pepin I dari Aquitania) tidak berhasil. Berbagai rekonsiliasi dengan para pemberontak Lothair dan Pepin, dan juga saudara mereka Ludwig si Jerman, Raja Bayern, membuat bagian Karl di Aquitania dan Italia hanya sementara, namun ayahandanya tidak menyerah dan menunjuk Karl sebagai ahli waris dari seluruh wilayah yang pernah menjadi milik Gaul dan akhirnya Perancis. Di dalam sebuah pertemuan di dekat Crémieux pada tahun 837, Louis yang Saleh meminta para bangsawan untuk melakukan penghormatan kepada Karl sebagai ahli warisnya. Hal ini akhirnya memicu terjadinya pemberontakan anak-anaknya yang menentangnya dan Pepin dari Aquitania meninggal pada tahun 838, dimana Karl menerima kerajaan itu, akhirnya sekali untuk selamanya. Putra Pepin Pepin II akan menjadi duri abadi di sisinya.

Kematian kaisar pada tahun 840 memicu terjadinya perang di antara anak-anaknya. Charles sendiri bersekutu dengan saudaranya Ludwig si Jerman untuk mempertahankan pretensi kaisar yang baru Lothaire I, dan kedua sekutu itu mengalahkan Lothaire di dalam Pertempuran Fontenay-en-Puisaye pada tanggal 25 Juni 841. Pada tahun berikutnya, kedua bersaudara tersebut mengkonfirmasikan persekutuan mereka dengan merayakan Piagam dari Strasbourg. Perang itu diakhiri dengan Perjanjian Verdun di bulan Agustus 843. Penyelesaian itu memberikan Karl kerajaan Franka Barat, yang dikelolanya sejak saat itu dan sesuai dengan apa yang sekarang Perancis, sampai ke Meuse, Saône, dan Rhône, dengan tambahan Perbatasan Spanyol sampai dengan Ebro. Louis menerima bagian timur Kekaisaran Carolingia, yang dikenal sebagai Francia Timur dan kemudian Jerman. Lothaire menguasai gelar kekaisaran dan kerajaan Italia (abad pertengahan). Ia juga menerima wilayah-wilayah pusat dari Flandria sampai Rheinland dan Bourgogne sebagai raja Frankia media.

Memerintah di Barat

Berkas:Karel2Holy.jpg
Segel Charles si Botak

Ditahun pertama pemerintahan Karl, sampai dengan kematian Lothaire I pada tahun 855, dilalui dengan damai. Ditahun itu ketiga bersaudara melanjutkan sistem "pemerintahan confraternal", bertemu berulang kali satu sama lain di Koblenz (848), di Meerssen (851), dan di Attigny (854). Pada tahun 858, Ludwig si Jerman diundang oleh beberapa bangsawan yang tidak puas dan ingin menggulingkan Karl, menyerang Kerajaan Franka Barat. Karl menjadi begitu tidak populer yang membuatnya tidak dapat memanggil pasukan, dan ia melarikan diri ke Bourgogne. I hanya diselamatkan oleh dukungan dari para uskup yang menolak memahkotai Ludwig si Jerman dan setia kepada Welf, yang berhubungan dengan ibundanya, Judith. Sebaliknya pada tahun 860 ia berupaya untuk merebut kerajaan keponakannya, Charles dari Provence, namun tidak berhasil. Pada kematian keponakannya Lothaire II dari Lorraine ditahun 869, Karl mencoba untuk merebut wilayah kekuasaan Lothaire, namun dengan Perjanjian Meerssen (870) dipaksa untuk berbagi dengan Ludwig si Jerman.

Selain pertikaian keluarga ini, Karl harus berjuang untuk memerangi para pemberontak di Aquitania dan melawan suku Breton. Yang dipimpin oleh Nominoë dan Erispoë, yang mengalahkan raja di Pertempuran Ballon (845) dan Pertempuran Jengland (851), suku Breton berhasil mendapatkan kebebasan de facto. Karl juga berperang melawan bangsa Viking, yang menjarah bagian utara negara tersebut, lembah-lembah Seine dan Loire, dan bahkan sampai ke perbatasan Aquitania. Beberapa kali Karl dipaksa untuk membayar kekalahan mereka dengan harga yang tinggi. Karl memimpin berbagai ekspedisi melawan para penyerangnya dan dengan Edictum Pistense ditahun 864, membuat pasukan lebih mobile dengan menyediakan elemen Kavaleri, pendahulu dari kode kavaleri Perancis yang begitu terkenal selama 600 tahun kedepan. Dengan dekrit yang sama, ia memerintahkan membangun jembatan benteng yang diletakkan diseluruh sungai untuk memblokir serangan Viking. Dua dari jembatan ini di Paris menyelamatkan kota tersebut ketika terjadinya pengepungan 885–886.

Memerintah sebagai kaisar

 
Charles si Botak pada usia senja; gambar dari Psalter-nya

Pada tahun 875, setelah kematian Kaisar Louis II (putra saudara tirinya Lothaire), Karl yang Botak, didukung oleh Paus John VIII, melakukan perjalanan ke Italia, menerima mahkota kerajaan di Pavia dan upacara kerajaan di Roma pada tanggal 29 Desember. Ludwig si Jerman juga merupakan seorang calon ahli waris Louis II yang balas dendam dengan menyerang dan menghancurkan wilayah Karl, dan membuat Karl harus segera kembali ke Francia. Setelah kematian Ludwig si Jerman (28 Agustus 876), Karl membalasnya dengan mencoba untuk merampas kerajaan Louis, namun dengan telak dikalahkan di Andernach pada tanggal 8 Oktober 876. Sementara itu, John VIII yang diancam oleh Saracen, mendesak Karl untuk membantunya di Italia. Karl sekali lagi menyeberangi Alpen, namun ekspedisi ini ditanggapi dengan sedikit antusiasme oleh para bangsawan, dan bahkan oleh wakilnya Lombardia, Boso, dan mereka menolak untuk bergabung dengan pasukannya. Pada saat yang sama Carloman, putra Ludwig si Jerman, memasuki Italia utara. Karl jatuh sakit dan mengalami tekanan batin yang hebat, ketika ia melakukan perjalanan kembali ke Gaul dan meninggal ketika menyeberangi jalan sempit di Gunung Cenis di Brides-les-Bains, pada tanggal 6 Oktober 877.

Menurut riwayat St-Bertin, Karl segera dimakamkan di biara Nantua, Bourgogne karena pemandunya tidak dapat menahan bau jenazahnya yang membusuk. Ia seharusnya dimakamkan di Basilique Saint-Denis dan kemungkinan dipindahkan kesana dikemudian harinya. Tercatat terdapat peringatan dari kuningan yang meleleh pada saat Revolusi.

Karl digantikan oleh putranya, Louis II. Karl merupakan seorang pangeran yang berpendidikan dan juga penulis surat-surat, seorang gerejawi, dan sadar akan dukungan yang dapat ia temukan di keuskupan terhadap para bangsawannya yang sulit diatur, karena ia memilih dewannya dari antara para rohaniwan yang lebih tinggi, seperti halnya Guenelon dari Sens, yang mengkhianatinya, dan Hincmar dari Reims.

Berkepala botak

Telah dikemukakan bahwa julukan Karl digunakan secara ironis dan tidak deskriptif; contohnya bahwa sesungguhnya ia tidak botak, namun ia memiliki rambut yang lebat.[1]Untuk mendukung ide ini terdapat fakta bahwa tak satu pun dari musuh-musuhnya mengomentari apa yang akan menjadi target yang mudah. Akan tetapi, tidak satupun anggota istananya yang mengomentari bahwa ia berambut lebat; dan di dalam Genealogy of Frankish Kings, sebuah teks dari Fontanelle yang berasal kemungkinan dari awal tahun 869, dan sebuah teks tanpa bekas ironi, menamakannya sebagai Karolus Caluus ("Karl yang Botak"). Tentu saja, di akhir abad ke-10, Richier dari Reims dan Adhemar dari Chabannes merujuk kepadanya dengan segala keseriusan sebagai "Karl yang Botak".[2]

Sebuah interpretasi atau tambahan didasarkan pada inisial Karl yang kekurangan regnum. "Botak" dapat juga diartikan pada kurangnya wilayah kekuasaannya, ketika ia berusia dimana saudara-saudaranya telah menjadi raja pembagian selama beberapa tahun.[3]

Pernikahan dan keturunan

Karl menikahi Ermentrude, putri Eudes dari Orléans, pada tahun 842. Ia meninggal pada tahun 869. Pada tahun 870, Karl menikahi Richilde dari Provence, yang merupakan keturunan dari keluarga bangsawan yang berasal dari Lorraine.

Dengan Ermentrude:

Dengan Richilde:

  • Rothilde (putri Karl yang Botak) (871–929), menikah pertama-tama dengan Hugues, Comte Bourges dan kedua dengan Roger, Comte Maine
  • Drogo (872–873)
  • Pippin (873–874)
  • seorang putra (lahir dan meninggal ditahun 875)
  • Charles (876–877)

Referensi

  1. ^ Nelson, Janet, "Charles the Bald" (Essex, 1992) p. 13.
  2. ^ Dutton, Paul E, Charlemagne's Mustache
  3. ^ From German Wikipedia, where it is probably derived from Reinhard Lebe (2003), War Karl der Kahle wirklich kahl? Historische Beinamen und was dahintersteckt, ISBN 3-423-30876-1.
Raja Karl II yang Botak
Lahir: 13 Juni 823 Meninggal: 6 Oktober 877
Gelar
Didahului oleh:
Pepin I dari Aquitania
Kadipaten Aquitania
sebagai Karl II

838-855
Diperebutkan oleh Pépin II 838-855
Diteruskan oleh:
Karl III
Didahului oleh:
Louis I
sebagai Raja dan Kaisar Franka
Raja Frankia Barat
840–877
Diteruskan oleh:
Louis II
Didahului oleh:
Louis II
Kaisar Romawi Suci
875–877
Lowong
Selanjutnya dijabat oleh
Charles III
Raja Italia
875–877
Diteruskan oleh:
Carloman