Eder adalah tradisi menabuh bedug di masjid pada waktu habis ashar yaitu sekitar jam 4 sore atau jam setengah 5. Bedug di tabuh untuk tanda bahwa sudah ditetapkan nanti malam takbiran karena sudah melihat hilal. Tradisi Eder merupakan tradisi yang sudah ada di Desa Robayan, Desa Kriyan, dan sekitarnya sejak pada zaman wali[1].

Pencipta

Tradisi Eder diciptakan oleh seorang wali ternama di wilayah Jepara pada zaman Kerajaan Kalinyamat yaitu Habib Kyai Jafar Shidiq (dikenal dengan nama "Yek Nde"), Beliau membuat tradisi Eder untuk memberi tahu bahwa nanti malam sudah dilakukan Takbiran untuk menandakan Hari Raya Idul Fitri, karena Yek Nde telah melihat hilal.

Etimologi

Asal usul nama "Eder" merupakan onomatope dari suara bedug yang ditabuh yaitu Jeder-Jeder karena Yek Nde tidak memberitahu nama tradisi tersebut ke masyarakat maka warga menyebut ritual tersebut bernama Jeder-Jeder, lambat laun masyarakat meyebut acara tersebut hanya Jeder dan ahirnya warga menyebut Eder.

Perayaan

Pada awal Bulan Ramadhan tepatnya 30 hari sebelum Lebaran sampai Malam Takbiran. Untuk menyambut ramadhan, eder, dan lebaran perayaan ini beragam barang dijual dan pada masa kini sering diikutkan berbagai sponsor dari sejumlah industri besar. Kedepannya pun Lembayung Production akan menggarap tradisi Eder lebih menarik dengan cara membuat acara arak-arakan semacam Pesta Baratan tapi bukan menggunakan figur sebagai Ratu Kalinyamat melainkan menggunakan figur sebagai Sultan Hadlirin karena beliau merupakan seorang tokoh agama yang terkemuka, yang diadakan pada jam 4 sore lengkap dengan penabuh bedug acara tersebut dinamai Ederan (ahiran an yang artinya acara) seperti akiran an pada Dhandhangan dan Dugderan.

Lihat pula

Catatan kaki