Saridjah Niung
Saridjah Niung lahir di Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Maret 1908[1] - meninggal tahun 1993 pada usia 85 tahun; dengan nama lengkap Saridjah Niung Bintang Soedibjo setelah menikah dan lebih dikenal dengan nama Ibu Soed) adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan dan seniman batik Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Ibu Soed sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-kanak Indonesia.[2]
Ibu Soed | |
---|---|
Lahir | Saridjah Niung 26 Maret 1908 Sukabumi, Jawa Barat, Hindia Belanda |
Meninggal | 1993 (85 Tahun) Jakarta, Indonesia |
Pekerjaan | Pemusik, guru musik, komponis, penyiar radio, dramawan, seniman batik |
Kebangsaan | Indonesia |
Pendidikan | Hoogere Kweek School Bandung Pendidikan Seni Suara dan Musik |
Karya terkenal | Tanah Airku |
Tahun aktif | 1927–1993 |
Pasangan | R Bintang Soedibjo |
Latar belakang
Kemahiran Saridjah di bidang musik, terutama bermain biola, sebagian besar dipelajari dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta pada masa itu, yang selanjutnya menetap di Sukabumi dan mengangkatnya sebagai anak. J.F. Kramer adalah seorang indo-Belanda beribukan keturunan Jawa ningrat, latar belakang inilah yang membuat Saridjah dididik untuk menjadi patriotis dan mencintai bangsanya.
Saridjah lahir sebagai putri bungsu dari dua belas orang bersaudara. Ayah kandung Saridjah adalah Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi kemudian menjadi pengawal J.F. Kramer.
Selepas mempelajari seni suara, seni musik dan belajar menggesek biola hingga mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolahnya di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik. Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah titik tolak dasar Saridjah untuk mulai mengarang lagu. Pada tahun 1927, ia menjadi Istri R. Bintang Soedibjo, dan ia pun kemudian dikenal dengan panggilan Ibu Soed, singkatan dari Soedibjo.
Karier
Ibu Soed dikenal sebagai tokoh musik tiga zaman (Belanda, Jepang, Indonesia). Kariernya di bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya pertama kali disiarkan dari radio NIROM Jakarta periode 1927-1928.
Setelah menamatkan pendidikan di HKS Bandung, Ibu Soed kemudian menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941). Ia prihatin melihat anak-anak Indonesia yang tampak kurang gembira saat itu. Hal ini membuat Ibu Soed berpikir untuk menyenangkan mereka dengan bernyanyi lagu ceria. Didorong rasa patriotisnya, Ibu Soed ingin mengajar mereka untuk menyanyi dalam Bahasa Indonesia. Dari sinilah Ibu Soed mulai menciptakan lagu-lagu yang bersifat ceria dan patriotik untuk anak-anak Indonesia.
Selain mencipta lagu Ibu Soed juga pernah menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Operette Balet Kanak-kanak Sumi di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955 bersama Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya.
Saat aktif sebagai anggota organisasi Indonesia Muda tahun 1926, Ibu Soed juga membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan untuk menggalang dana untuk acara penginapan mahasiswa Club Indonesia. Aktivitasnya tidak hanya menonjol sebagai guru dan aktivis organisasi pemuda, tetapi juga berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak (1927-1962).
Oleh karena reputasinya yang aktif dalam pergerakan Nasional saat itu, pada tahun 1945 Ibu Soed pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36 Jakarta saat itu sudah dikepung oleh pasukan Belanda, namun tetangga Ibu Soed yang seorang Belanda meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran, karena profesi Ibu Soed hanyalah pencipta lagu dan suaminya hanyalah pedagang. Walaupun selamat dari penggeledahan tersebut, Ibu Soed dan seorang pembantu tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur.
Ibu Soed juga dikenal piawai dalam seni batik. Atas karya dan pengabdiannya, Ia menerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia dan MURI.
Kehidupan pribadi
Ibu Soed menikah dengan R. Bintang Soedibjo, seorang pengusaha pada tahun 1927. Pada tahun 1954, R. Bintang Soedibjo tertimpa musibah kecelakaan pesawat BOAC di Singapura. Di usia tuanya, Ibu Soed hidup ditemani cucu dan cicitnya. Ia bertekad untuk tetap mencipta lagu dan membatik tanpa memedulikan usia. Meskipun bukan pengusaha batik, Ia ingin tetap menghargai nilai seni di balik budaya nasional tersebut. Di hari tuanya ia juga masih gemar berolah raga jalan kaki setiap pagi sekitar tiga kilometer. Ibu Soed tutup usia pada tahun 1993, di usia 85 tahun.
Peran dalam pergerakan nasional Indonesia
Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Lagu-lagu patriotik yang diciptakannya diilhami peristiwa yang terjadi dalam acara bersejarah tersebut. Pada tahun-tahun perjuangan, Ibu Soed juga bersahabat dengan Cornel Simanjuntak, Ismail Marzuki, Kusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis lain.
Kontribusi pada musik Indonesia
Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi lagu populer abadi, beberapa antara lain: Hai Becak, Burung Kutilang, dan Kupu-kupu. Ketika genting rumah sewaannya di Jalan Kramat, Jakarta, bocor, ia membuat lagu Tik Tik Bunyi Hujan. Lagu wajib nasional yang dia ciptakan adalah Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku. Lagu-lagunya yang lain banyak yang juga telah menjadi populer, a.l. Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, Himne Kemerdekaan, dll.
Lagu-lagu Ibu Soed, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, selalu mempunyai semangat patriotisme yang tinggi. Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu itu diciptakan Ibu Soed setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, dimana Jusuf menolak untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda.
Tanah Airku
Tanah Airku adalah lagu Indonesia yang ditulis oleh Ibu Sud. Lirik lagu ini berisi tentang keindahan alam Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Tuban TV (masih rencana) memainkan lagu ini sebagai lagu penutup di akhir siaran. Selain Tuban TV (masih rencana), stasiun televisi Family Television, Fajar TV, Parijz van Java TV, JTV, TVRI Jawa Timur, CIP TV, Radio KPFM, Kelapa TV (masih rencana), Simpang Lima TV, KSTV, Jujur Jember TV, Buton TV (masih rencana), TV Sumbawa Barat, Sumedang TV, TV Beruang & Papua TV juga memakai lagu ini sebagai lagu penutup di akhir siaran.
Lagu ini juga pernah digunakan oleh Garuda Indonesia sebagai musik pengantar iklan mereka di media elektronik di luar maupun di dalam negeri pada tahun
Lagu ini juga pernah digunakan oleh Djarum Super dan Dji Sam Soe sebagai musik pengantar iklan mereka di media elektronik di luar maupun di dalam negeri pada tahun (Juli 2014-sekarang)
Lagu pertama
- Lagu
- Tanah Airku Tidak Kulupakan
- Kan Terkenang Selama Hidupku
- Biarpun Saya Pergi Jauh
- Tidak Kan Hilang Dari Kalbu
- Refrain
- Tanah Ku Yang Ku Cintai
- Engkau Ku Hargai
Lagu kedua
- Lagu
- Walaupun Banyak Negeri Ku Jalani
- Yang Masyhur Permai Di Kota Orang
- Tetapi Kampung Dan Rumahku
- Di Sanalah Ku Rasa Senang
- Refrain
- Tanah Ku Tak Ku Lupakan
- Engkau Ku Banggakan
Lagu Terakhir
- Lagu
- Tanah Airku Tidak Kulupakan
- Kan Terkenang Selama Hidupku
- Biarpun Saya Pergi Jauh
- Tidak Kan Hilang Dari Kalbu
- Refrain
- Tanah Ku Yang Ku Cintai
- Engkau Ku Hargai
Lagu anak-anak
Ibu Soed selalu menciptakan lagu khusus untuk anak-anak. Ia memperkirakan telah menciptakan lebih dari 200 lagu, walau hanya separuh yang bisa terselamatkan dan bertahan sampai sekarang. Jauh sebelum meninggal, Ibu Soed sempat mengungkapkan perasaannya yang menyayangkan bahwa lagu anak-anak sekarang telah menjadi serba komersil.
Berikut ini lirik lagu anak-anak Lagu Gembira ciptaan Ibu Sud:
Bernyanyi kita bernyanyi
Karena bergirang hati
Bersorak, bertepuk, berarak-arak
Bersorak, bertepuk, berarak-arak
Bersiul kita bersiul
Tandanya kita berkumpul
Bersorak, bertepuk, berarak-arak
Bersorak, bertepuk, berarak-arak
Penghargaan
Seni musik
- Empu Lagu Anak-Anak Indonesia (MURI)
- "Menciptakan 480 lagu anak-anak Indonesia, a.l. Burung Kutilang, Naik Delman,Kupu-Kupu, Naik-Naik ke Puncak Gunung, Desaku, Hai Becak, Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih dan Tanah Airku."
Tata busana
- Perintis Batik Terang Bulan Konsepsi Bung Karno (MURI)
- "Mewujudkan konsepsi Bung Karno untuk menciptakan batik khas Indonesia yang diberi nama Batik Terang Bulan." [3]
Daftar lagu ciptaan Ibu Soed
- Anak Kuat
- Berkibarlah Benderaku
- Bendera Merah Putih
- Burung Kutilang
- Dengar Katak Bernyanyi
- Desaku
- Hai Becak
- Indonesia Tumpah Darahku
- Himne Kemerdekaan
- Kampung Halamanku
- Kupu-kupu yang Lucu
- Lagu Bermain
- Lagu Gembira
- Main Ular-Ularan
- Menanam Jagung
- Naik Delman
- Naik-Naik ke Puncak Gunung
- Nenek Moyang
- Pagi-pagi
- Pergi Belajar
- Tanah Airku
- Teka-Teki
- Tidur Anakku
- Tik Tik Bunyi Hujan
- Waktu Sekolah Usai
Lihat pula
Referensi
- ^ Tentang Ibu Sud, sampul CD Popzzle, album A Tribute to Ibu Sud
- ^ [1] diakses 20 Januari 2009
- ^ http://muri.org/index.php?arcyear=2008&arcmonth=9 diakses 20 Januari 2009