E.W.A Pangalila
Letnan Kolonel KKO (Anumerta) Engelbert Willem Antonius Pangalila, Adalah seorang perwira menengah KKO (sekarang Korps Marinir), TNI Angkatan Laut. Lulus dari Akademi Angkatan Laut, Surabaya Angkatan V dan lulus No.1. Karirnya sebagai Prajurit KKO dimulai ketika pecahnya peristiwa pemberontakan PPRI Permesta jugab ikut aktif dalam operasi Alugoro yaitu penumpasan gerombolan gerombolan DI/TII di Jawa Barat dan Aceh.[1][2]
E.W.A Pangalila | |
---|---|
Berkas:Ewa Pangalila.jpg | |
Pengabdian | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Laut |
Pangkat | Letnan Kolonel |
Kesatuan | KKO (Korps Marinir) |
Almamater | AAL Angkatan V |
E.W.A Pangalila adalah seorang pelopor dari pembentukan Sekolah Perang Khusus KKO (Serangsus) di Kesatrian Gunungsari Surabaya. Daerah latihannya meliputi Baluran, Pantai Meneng Banyuwangi. Juga ikut aktif dalam proyek berdikari KKO di Lampung dan menjabat sebagai Koordinator Propal. Ia termasuk komandan Serangsus yang masih muda dan termasuk salah seorang dari empat orang KKO yang mendapat pendidikan Para di Sekolah Para (Separa) Kopasandha (sekarang Kopassus di Batujajar pada tahun 1960. pada tahun 1962 dia juga lulus Advance Course di US Marine Coprs Amerika.
Biografi
Pada saat memuncaknya konflik yang terjadi di Indonesia pada era 60-an, seluruh warga ALRI umumnya KKO khususnya telah dikejutkan dengan berita gugurnya Mayor KKO E.W.A Pangalila akibat kecelakaan pesawat Electra GIA "Candi Borobudur" pada 16 Febuari 1967 di daerah Mapanget Manado. Kepergian Almarhum ke Manado saat itu adalah dalam rangka penugasan kegiatan civic mission KKO AL. Dengan gugurnya May. KKO E.W.A Pangalila maka ALRI umumnya dan KKO khususnya merasa kehilangan seorang perwira yang telah cukup banyak jasanya dalam membina dan mengembangkan Koprs terutama dibidang ke PARA an. Almarhum adalah seorang perwira yang menunjukkan prestasi yang tidak kecil nilainya baik didalam kehidupan militer maupun masyarakat biasa.
Karena jasa pengabdiannya kepada negara dan bangsa juga kepada ALRI atas keputusan Panglima KKO Letjen KKO Hartono, jenasah almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Surabaya dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat lebih tinggi menjadi Letnan Kolonel KKO penuh. Sedangkan untuk mengenang jasa jasanya nama E.W.A Pangalila diabadikan menjadi nama Kesatrian Marinir Gunung Sari, Surabaya berdasarkan Surat Keputusan Panglima Korps Komando Angkatan Laut Tanggal 26 April 1967. No: 11101.1. dan nama Rumah Sakit Marinir di daerah Gunung Sari, Surabaya.
Menyelamatkan Dua Penumpang
Sebagai seorang militer E.W.A Pangalila telah berhasil dalam usahanya untuk tetap survive. Pada saat pesawat terbang Electra "Candi Bobobudur" dalam keadaan bahaya, almarhum telah meloncat dari pintu darurat untuk menyelamatkan diri. Tetapi teriakan para ibu dan anak yang meminta pertolongan membuat ia tidak bisa diam begitu saja. Akhirnya iapun kemudian masuk kembali ke pesawat untuk menolong penumpang yang masih berada di dalam pesawat dan berhasil menyelamatkan seseorang yang mengaku bernama Drs Samsu dan seorang wartawan asal Jepang.
Pada detik-detik terakhir ketika maut hendak merengut nyawanya adalah ketika E.W.A Pangalila ingat bahwa di dalam pesawat masih ada iparnya yaitu Ny. Pangalila istri Kepala Staf Kodamar V Ltk laut Pangalila yang bersama sama almarhum hendak pulang ke Manado. Namun nasib berkata lain, Mayor KKO E.W.A Pangalila akhirnya gugur bersama ipar dan dan penumpang lainnya di dalam satu pesawat.
Referensi