PB Djarum

Perkumpulan bulu tangkis di Indonesia

Perkumpulan Bulutangkis Djarum (disingkat PB Djarum) berdiri pada tahun 1974. Awalnya perkumpulan ini didirikan hanya sebagai kegiatan penyaluran hobi bagi karyawan pabrik rokok Djarum di Kudus. Namun, pada tahun 1970, akhirnya yang ikut berlatih bukan hanya karyawan, tetapi juga pemain dari luar. Dari sinilah tonggak pembinaan Djarum dalam menyumbang pemain nasional dimulai.

Nama Lengkap Perkumpulan Bulutangkis Djarum
Nama Singkat PB Djarum
Didirikan 1974
Alamat Jl.Kudus - Purwodadi, Kudus
Telp 0291 - 430237
Fax 0291 - 437058
Email admin@pbdjarum.com

Didorong kecintaan Robert Budi Hartono (CEO PT Djarum) pada bulutangkis serta tingginya kegemaran karyawan PT Djarum bermain dan berlatih pada olah raga yang sama. Maka pada tahun 1969 brak (tempat karyawan melinting rokok) di jalan Bitingan Lama (sekarang jalan Lukmonohadi) No. 35 - Kudus pada sore hari digunakan sebagai tempat berlatih bulutangkis di bawah nama komunitas Kudus.

Berawal dari situ, lahirlah atlit muda berbakat, Liem Swie King yang meraih prestasi demi prestasi secara gemilang, menumbuhkan keinginan Budi Hartono untuk serius mengembangkan kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum.

PB Djarum pernah gilang-gemilang ketika Indonesia merebut Piala Thomas pada 1984 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kala itu, dari delapan pemain, tujuh di antaranya berasal dari PB Djarum yaitu Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Kartono, Heryanto, Christian Hadinata, dan Hadibowo. Satu pemain lagi adalah Icuk Sugiarto.


MISI

Membantu persatuan Indonesia dan mengharumkan nama bangsa dengan berprestasi di bidang perbulutangkisan dunia.

VISI

Menjadi klub terbaik Indonesia yang penuh dengan pemain-pemain bulutangkis top dunia asal Indonesia


Perjalanan PB Djarum

 
Masa awal berdirinya
  • 1969 : Karyawan Djarum mulai berlatih secara rutin di brak Bitingan Lama.
  • 1970 : Brak menjadi tempat latihan masyarakat di luar karyawan Djarum.
  • 1972 : Prestasi nasional pertama diraih Liem Swie King meraih Juara Tunggal Putra Junior di Piala Munadi.
  • 1974 : PB Djarum Kudus diresmikan, diketuai Setyo Margono.
  • 1976 : PB Djarum Semarang diresmikan. Liem Swie King mencapai All England Final, namun dikalahkan oleh Rudy Hartono.
  • 1978 : Liem Swie King menjadi pemain PB Djarum pertama yang menjuarai Tunggal Putra All England. Liem Swie King tercatat menjadi Juara Tunggal Putra asal Indonesia ketiga.
  • 1979 : Liem Swie King mengulangi sukses tahun sebelumnya dengan menjadi Juara All England lagi.
  • 1981 : Liem Swie King menjadi juara All England untuk ketiga kalinya. Kartono / Heryanto menjadi Juara Ganda Putra All England.
  • 1982 : Sarana bulutangkis terpadu dibuka di Kaliputu - Kudus.
  • 1984 : Indonesia kembali merebut Thomas Cup. Tujuh dari delapan anggota tim Thomas berasal dari PB Djarum. Kartono / Heryanto kembali menjadi Juara Ganda Putra All England.
  • 1985 : PB Djarum Jakarta diresmikan.
  • 1986 : PB Djarum Surabaya diresmikan.
  • 1989 : Atas dukungan Christian Hadinata pusat pelatihan di Jakarta diputuskan sebagai tempat pelatihan Pemain Ganda (Putra, Putri, dan Campuran). Runner-up Kejuaraan Dunia melalui Tunggal Putra kita Ardy B. Wiranata.
  • 1990 : Terjadi unifikasi, PB Djarum Kudus dengan PB Djarum Jakarta, menjadi PB Djarum.
  • 1991 : Juara I All England melalui Tunggal Putra Ardy B. Wiranata. Ardy adalah orang Indonesia ke-4 yang mampu menjadi Juara Tunggal Putra All England.
  • 1992 : Alan Budikusuma meraih medali Emas Olimpiade. Eddy Hartono / Gunawan menjadi Juara Ganda Putra All England.
  • 1993 : Juara I All England Tunggal Putra melalui Haryanto Arbi, Piala Dunia melalui Tunggal Putra Alan Budikusuma.
  • 1994 : Juara I All England Tunggal Putra melalui Haryanto Arbi. Gunawan / Bambang Suprianto menjadi Juara Ganda Putra All England.
  • 1995 : Juara I Kejuaraan Dunia Tunggal Putra diraih oleh Haryanto Arbi.
  • 1996 : Perunggu Olimpiade Atlanta dimenangkan oleh Ganda Putra Antonius / Denny Kantono.
  • 1997 : Sigit Budiarto / Chandra Wijaya menjadi Juara Dunia.
  • 2000 : Perak Olimpiade Ganda Campuran melalui Trikus Haryanto / Minarti Timur.
  • 2003 : Sigit Budiarto / Candra Wijaya menjuarai All England.
  • 2004 : PB Djarum mulai pembangunan GOR bulutangkis bertaraf internasional di jalan Jati - Kudus. Di atas lahan 43.207 m2. Perunggu Olimpiade Athena dipersembahkan oleh Eng Hian / Flandy Limpele.
  • 2006 : GOR Jati diresmikan.

Profil GOR

Berkas:Gor.jpg
GOR Jati

Sejak 2006 lalu atlit binaan PB Djarum tak lagi menempati GOR Kaliputu sebagai tempat latihan. GOR Kaliputu adalah GOR kedua yang pernah dipakai oleh PB Djarum – Kudus setelah GOR di Bitingan Lama, dari tahun 1982. GOR Kaliputu sendiri sekarang sudah tak dioperasikan untuk pusat pelatihan atlit PB Djarum, dan saat ini telah difungsikan untuk kegiatan latihan bulutangkis bagi masyarakat setempat.

GOR Jati mulai dibangun tahun 2004, kemudian diresmikan pada tanggal 27 Mei 2006. GOR ini difungsikan sebagai pusat pelatihan bagi sejumlah atlit PB Djarum yang dikriteriakan untuk Tunggal Putra dan Putri. Sedangkan, atlit yang dikategorikan untuk permainan Ganda mendapat pelatihan di PB Djarum Jakarta.

GOR Jati yang baru dibangun dibilangan Jati – Kudus, dan mengemban misi PB Djarum itu, pembangunannya total menghabiskan dana sebesar 30 miliar.

GOR Jati didirikan di atas lahan 43.207 m2 ini, memiliki standard internasional, bahkan disebut-sebut sebagai pusat pelatihan bulutangkis yang terbaik di Asia.

Kompleks GOR Jati memiliki luas 29.450 m2 terdiri dari gedung olahraga, seluas 4.925 m2 dengan 16 lapangan terbagi dalam 12 lapangan beralaskan kayu sisanya beralaskan vinil (karet sintetis) yang dilengkapi tribun penonton di kanan kirinya, serta bangunan penunjang lainnya seperti ruang pertemuan, ruang perkantoran, ruang makan, ruang fitness, ruang computer, ruang audio visual, dan ruang perpustakaan.

Selain itu juga terdapat asrama atlit seluas 1.834 m2 memiliki 40 kamar terpisah untuk putra dan putri dengan kapasitas dua orang untuk setiap kamar berikut fasilitas tempat tidur dan meja belajar. Rumah pelatih yang didirikan pada lahan seluas 312 m2 juga menjadi satu komplek di GOR Jati.

Profil Pendidikan

Berkas:Pendidikan.jpg
Belajar

PB Djarum sejak dini telah menanamkan visi kepada seluruh atlitnya, agar mereka tidak mencetak keberhasilan di arena pertandingan saja, tapi juga mencetak keberhasilan di bangku sekolah.

Membagi kegiatan antara latihan bulutangkis dengan sekolah, memang bukan tugas yang mudah bagi para atlit PB Djarum, terlebih lagi mereka-mereka ini yang kebanyakan masih duduk di bangku sekolah seperti SD, SMP, dan SMA. Namun, untuk menyelaraskan dua kegiatan tersebut, PB Djarum mengambil langkah bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Sehingga, kegiatan antara latihan bulutangkis dengan sekolah yang dijalani oleh para atlit bisa berjalan baik, dan tidak mengganggu satu sama lain.

Kerjasama yang dilakukan antara PB Djarum dengan Depdikbud adalah dengan pemberian dispensasi waktu di sekolah untuk para atlit. Atlit diberikan ijin untuk memulai waktu belajarnya di sekolah tidak seperti siswa lain pada umumnya. Mereka juga diberi kemudahan memperoleh ijin meninggalkan sekolah pada saat mereka harus mengikuti kejuaraan.

Selama ini sekolah-sekolah yang sudah diajak bekerjasama oleh PB Djarum guna mendukung kemampuan akademis para atlitnya yang berasal dari segala jenjang pendidikan tersebut adalah SD Barongan II, SMP Taman Dewata, dan SMA Kramat.

Profil Pelatihan

 
Pelatihan

“Atlit harus berusaha keras, jika tak ada usaha maka tak ada pula gelar juara yang datang dengan mudah” (dikutip dari CEO PT. Djarum, Budi Hartono).

Ungkapan di atas ada benarnya, lebih lagi bagi mereka para atlit yang ikut tergabung di pelatihan klub PB Djarum. Maka untuk bergabung di klub PB Djarum menjadi atlit, sebelumnya para calon atlit diwajibkan mengikuti tahapan seleksi.

Seleksi awal untuk para calon atlit yang akan dibina meliputi faktor umur, tinggi badan, bakat, kemampuan intelektual, keseimbangan psikologisnya, kemampuan teknik dasar, serta sampai sejauh mana dukungan yang diperoleh dari orang tua.

Bila lolos seleksi awal, maka para calon atlit ini sudah bisa diputuskan untuk mengikuti kegiatan pelatihan di klub PB Djarum. Setelah itu, untuk setiap tahunnya akan dilakukan seleksi kelanjutan, seperti dalam hal kemampuan bertanding. Apabila kemampuan bertanding dari atlit bersangkutan tidak pernah meningkat, maka dengan berat hati PB Djarum akan memulangkannya.

Hal diatas dilakukan mengingat PB Djarum memberlakukan sistem promosi-degradasi dalam tahapan pelatihan para calon-calon atlitnya.

Sistem demikian dianut oleh PB Djarum, karena untuk meningkatkan iklim kompetitif di kalangan atlit. Sehingga dengan kegagalannya, atlit bisa diberi kesempatan untuk memperbaiki diri ataupun mengembangkan karirnya di bidang lain.

Sedangkan mengenai pemulangan atlit, PB Djarum juga telah menetapkan klausalnya secara tertulis, sehingga setiap orang tua atlit di PB Djarum juga akan mengetahui hal tersebut dari awal.

PB Djarum Hall of Fame

Sederetan atlit PB Djarum telah mengukir prestasi di ajang internasional, mereka adalah : Alan Budikusuma, Antonius Budi Ariantho, Ardy B. Wiranata, Budi Santoso, Christian Hadinata, Denny Kantono, Eddy Hartono, Hadibowo Susanto, Hadiyanto, Hariyanto Arbi, Hastomo Arbi, Heryanto, Ivana Lie, Kartono, Liem Swie King, Minarti Timur, Rudy Gunawan, Yuliani Santosa, Yuni Kartika dan Zelin Resiana.

Tim : Atlit PB Djarum

Berikut adalah deretan atlit PB Djarum yang kini dikenal dengan nama tim Superliga : Andre Kurniawan Tedjono, Andreas Adityawaran, Ari Yuli Wahyu Hartanto, Debby Susanto, Febby Angguni, Fran Kurniawan, Luluk Hadiyanto, Maria Elfira Christina, Maria Kristin Yulianti, Meiliana Jauhari, Mohammad Ahsan, Nugroho Andi Saputro, Purwati, Rian Sukmawan, Rintan Apriliana Sutanto, Rosaria Yusfin Pungkasari, Shendy Puspa Irawati, Sigit Budiarto, Sylvinna Kurniawan, Yonathan Suryatama Dasuki dan Yulianti.

Tim : Pelatih

Para pelatih yang mengasah kemampuan bermain badminton dari para atlit PB Djarum untuk meraih prestasi demi prestasi, diantaranya adalah Agus D Santoso, Antonius Budi Ariantho, Aryono Miranat dan Fang Kai Xiang.

Pranala luar