Yahudi di Indonesia

artikel daftar Wikimedia

Yahudi di Indonesia berawal dari kedatangan penjelajah Eropa awal dan pemukim pertama. Yahudi di Indonesia saat ini membentuk komunitas Yahudi yang sangat kecil, yang terdiri hanya sekitar 20 orang Etnis Yahudi asli,[1] yang kebanyakan merupakan Yahudi Sefardim dan beberapa yang Yahudi Ashkenazi, Yahudi Mizrahim, Yahudi Kaifeng & Yahudi Bene Israel (India).

Sejarah

Kehadiran orang Yahudi pertama kali di kepulauan Indonesia telah dikonfirmasi dalam sebuah teks tertulis yang berasal dari akhir Abad Pertengahan. Orang ini adalah seorang pedagang dari Fustat di Mesir, yang meninggal di pelabuhan Barus, Sumatera Barat tahun 1290. Pada tahun 1859, pengelana Yahudi, Jacob Saphir, adalah orang pertama yang menulis mengenai komunitas Yahudi di Hindia Belanda, setelah mengunjungi Batavia. Di Batavia, ia telah banyak berbicara dengan seorang Yahudi lokal, yang telah memberitahunya bahwa ada sekitar 20 keluarga Yahudi di kota itu dan beberapa di Semarang. Kebanyakan Yahudi yang hidup di Hindia Belanda pada abad ke-19 adalah Yahudi Belanda yang bekerja sebagai pedagang atau hal-hal yang berhubungan dengan Rezim Kolonial Belanda. Namun, beberapa anggota komunitas juga merupakan imigran Yahudi dari Irak atau Yaman. Pada masa Pemerintahan Belanda di Indonesia, Agama Yahudi diakui sebagai salah satu agama resmi.

Pada saat Perang Dunia, jumlah Yahudi di Hindia Belanda diperkirakan sekitar 2.000 jiwa. Yahudi Indonesia diasingkan ketika Pendudukan Jepang di Indonesia dan mereka dipaksa untuk bekerja di kamp penampungan. Setelah perang, Yahudi yang dilepas banyak menemui berbagai masalah, dan banyak yang berimigrasi ke Amerika Serikat, Australia atau Israel.

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, pada masa Pemerintahan Presiden Indonesia yang pertama Soekarno, hak penganut Yahudi sempat disamakan dengan agama lainnya seperti Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik. Bahkan melalui surat keputusan Menteri Agraria yang dirilis pada tahun 1961 menyatakan bahwa dia mengakui kaum "Agama Israelit" (sebutan kaum Agama Yahudi pada masa itu) diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Tidak banyak yang mengetahui pula, bahwa peristiwa 10 November 1945 juga melahirkan seorang pejuang yang berasal dari kaum Yahudi Surabaya, yaitu Charles Mussry.[2][3][4]

Kilas balik fakta pada saat menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi inilah para pedagang bangsa Ibrani tiba di Maluku bersama mitra dagang kerajaan Roma yaitu para pedagang bangsa China. Salah satu bukti kuat cerita sejarah ini bahwa pada abad ke-1M, rempah-rempah dari Maluku pernah dijual di Yerusalem, adalah karena pada tahun 33 M, beberapa orang wanita Yahudi yaitu: Maria Magdalena dan teman-temannya membeli rempah-rempah di pasar Yerusalem untuk mengawetkan jenazah Yesus (Markus 16:1). Orang-orang Israel tiba di Maluku adalah pedagang-pedagang yang datang sendiri ke Maluku setelah mengetahui jalan ke Maluku dari para pedagang bangsa China.

Dalam buku Sejarah Maluku hal. 19 dikatakan bahwa kata Maluku berasal dari kata “Maloko” yang merupakan sebutan gelar bagi Kalano (kepala daerah) . Kata “Maloko” ini menurut marga Resley berasal dari bahasa Ibrani. Sebutan bagi raja dalam bahasa Ibrani adalah “Melek” atau “Melekh”. Bentuk yang lebih kuno adalah “Maliki” (EKAMK II hal. 292), sehingga dalam Tambo Dinasti Tang di China (618-906) “Maluku” tercatat sebagai “Ming liku”, yaitu suatu daerah yang dipakai sebagai patokan penentuan arah ke kerajaan “Holing” (Kalingga) yang ada di sebelah Barat.

Pada waktu Portugis datang ke Maluku, orang-orang Yahudi turut serta mengikuti armada Portugis dan ketika mereka sampai di Maluku maka orang-orang Yahudi ini tinggal dan menetap hingga beranak cucu di tempat-tempat yang mereka datangi di daerah Maluku. Contohnya daerah-daerah penghasil cengkeh seperti Banda dan Ambon, kususnya daerah Banda dan sekitarnya kini disebut Maluku Barat Daya (MBD) yang berdekatan dengan Banda disinilah anak cucunya tersebar di sekitar daerah tersebut.

Pada waktu bagian dari armada Antonio de Abreu datang ke Maluku, mereka menyinggahi Pulau Teon Nila S’rua (TNS) khususnya S’rua, dan turunlah beberapa orang keturunan Yahudi yaitu dari marga/clan Resley dan Koenoe dan beberapa marga lainnya untuk menetap disitu sebagai bagian dari kebijakan/politik Portugis kala itu. Saat Pulau TNS itu ada dalam kekuasaan mereka, mereka membangun perkampungan dimana perkampungan itu sedikit berbeda bentuknya dari perkampungan pribumi di Maluku pada umumnya. Jika Perkampungan/Negeri di Maluku Tengah pribumi bentuknya memanjang seperti dari hulu ke hilir/atas ke bawah di mana Raja menempati bagian atas kemudian diikuti oleh Kapitan dan seterusnya.

Tetapi Perkampungan yang dibentuk oleh Pemukim Yahudi ini (merupakan bagian dari Kontingen/Koloni dari Bangsa Portugis di Pulau S’rua Negeri Waru agak berbeda dimana bentuk Perkampungan Yahudi dibuat melingkar berbentuk Tabernakel (Kemah Suci) dimana di tengah-tengahnya terdapat Natra/tempat suci lalu Raja dalam marga/clan/perkampungan ini RESLEY sedangkan marga KOENOE sebagai Kapitan dan beberapa marga lainnya sebagai staf Raja dibuat pemukiman melingkar mengelilingi rumah Raja dan Tempat Raja maupun Natra tidak berada di bagian tengah dan tidak bisa di masuki oleh orang lain selain oleh Marga Resley.

Populasi

Pada akhir tahun 1960-an, menurut Kongres Yahudi Sedunia[5] populasi Yahudi di Indonesia diperkirakan ada 20 orang Yahudi asli yang tinggal di Surabaya dan Jakarta. Nenek moyang mereka adalah imigran Yahudi asal Yaman, Irak, Mesir, Iran, India, Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Portugis, Spanyol dan Eropa Timur. Serta 500 orang keturunan Yahudi asal Belanda, Jerman dan El Salvador tinggal di Manado dan Tondano, yang mana mendapatkan jaminan atas kebebasan beribadah oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, ditandai dengan diizinkannya pendirian sebuah Sinagoga dan tugu berbentuk Menorah.Terdapat keturunan dan perkampungan ras Yahudi asli di sekitar wilayah Maluku Utara,Seram,Maluku Tengah(Ambon).

Keturunan Yahudi Indonesia

Beberapa tokoh beragama Yahudi Indonesia di antaranya adalah:

  1. David Sayers, Anggota Yeshiva (Sekolah Yahudi Ortodoks) di Inggris[butuh rujukan]-->
  2. Joseph Aaron, Pengurus dan Pengelola Sinagoga di Surabaya[butuh rujukan]-->
  3. Rita Aaron, Model Wanita Indonesia[butuh rujukan]-->
  4. John Bollegraf, Politikus Manado 1980[butuh rujukan]-->
  5. Yaakov Baruch, Rabi di Manado, Sulawesi Utara[6]
  6. Charles Mussry (lahir 9 Oktober 1919 – meninggal di Surabaya, 23 Agustus 1971 pada umur 51 tahun), Pejuang Nasional.[3][4]
  7. Yokhanan Eliyahu, salah satu pendiri UIJC, saat ini merupakan Ketua KYTC dibawah Orthodox Judaism Jakarta.
  8. Iberia Resley,salah satu aktifis Yahudi di Ambon,Maluku.
  9. Kasra Zahra Bin Abbenon,salah satu aktifis Pengajaran Yahudi diAmbon,Maluku.
  10. Okran Asyerr Bani Tisera,salah satu guru Yahudi di Ambon,Maluku.
  11. Alkyuwen Akiwen Hong,salah satu tokoh besar politis dan agamais Yahudi di Ambon,Maluku.(Keturunan China,Ambon,dan Yahudi).
  12. Akhabanon Ziedd Amesz,salah satu tokoh dagang Yahudi dengan kaum Chinese di Ambon,Maluku.

Adapun ada beberapa suku bangsa di Indonesia yang 'terindikasi' keturunan Sepuluh Suku Israel yang 'Hilang' pasca peristiwa pembuangan Asiria (Asyur) pada tahun 721 SM yang terdapat pada Suku Nias dan Batak di Sumatera Utara, Dayak di Kalimantan, Talaud, Sanghie dan Minahasa di Sulawesi Utara, Toraja di Sulawesi Selatan, Sumba dan Suku-suku lainnya di Nusa Tenggara Timur/NTT (Flobamora), Alef'uru dan Suku-suku Raja lainnya di Maluku.

Asimilasi dan perubahan populasi

Karakteristik sosial dan budaya yang sama dari Indonesia yang difasilitasi ekonomi luar biasa, politik, dan keberhasilan sosial dari komunitas Yahudi Indonesia juga memberikan kontribusi untuk asimilasi.

Perkawinan silang antar Suku meningkat dari kira-kira 55% pada tahun 1944 menjadi sekitar 90% - 99% pada tahun 2004. Pasangan kawin silang tersebut membesarkan anak-anak mereka dengan pendidikan Agama setempat. Namun, jauh dari kebudayaan keluarga kawin silang untuk membesarkan anak-anak mereka hanya dari budaya Indonesia saja.

Untuk identitas, isu-isu Pemerintah tentang KTP (Kartu Tanda Penduduk). Setiap warga Negara di atas usia 17 tahun harus membawa KTP. Terdaftar di kartu identitas merupakan seorang pemegang Agama resmi. Indonesia hanya mengakui enam Agama resmi: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Agama Yahudi dan Agama lainnya belum diakui sebagai Agama resmi oleh Pemerintah Indonesia, namun di dalam KTP tergolong ke dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Menjadikan Yahudi agama resmi

Sebagai kaum minoritas, kaum Yahudi sering mendapat perlakuan diskriminatif, baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Hal itu terkait dengan stigma bahwa mereka adalah antek-antek Zionis Israel. Kasus tawuran massal pernah terjadi antara komunitas Arab dengan kaum Yahudi di daerah Pasar Besar, Surabaya pada dekade tahun '70-an. Pernah juga terjadi amuk massa, pengrusakan dan pengibaran bendera Palestina pada awal tahun 2009 di sebuah sinagoga di jalan Kayoon No. 4, Surabaya. Insiden ini dipicu oleh kebrutalan Israel di Gaza, Palestina dan berujung pada penyegelan sementara yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya atas Sinagoga tersebut, yang merupakan Sinagoga tertua di Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesian Jewish Community (IJC) ingin Yahudi ditulis pada kartu tanda penduduk (KTP) sebagai agama resmi. Komunitas tersebut juga ingin pernikahan dengan ajaran Yahudi diakui secara resmi di Indonesia karena selama ini kaum Yahudi di Indonesia "meminjam" prosesi agama yang mereka peluk agar pernikahan mereka diakui oleh Pemerintah.

Karena itu, komunitas Yahudi di Indonesia sedang berupaya agar Yahudi diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Selain itu, mereka juga meminta agama Yahudi menjadi salah satu pilihan kolom agama di KTP.

The United Indonesian Jewish Community (UIJC)

Di Indonesia saat ini telah dibentuk "The United Indonesian Jewish Community" (UIJC) oleh komunitas Keturunan Yahudi Indonesia. Organisasi ini sudah dibentuk sejak Tahun 2009, tapi baru diresmikan pada bulan Oktober tahun 2010. UIJC ini dipimpin oleh keluarga Benjamin Meijer Verbrugge (Ibu Meijer Coen)

Menurut sumber dari UIJC saat ini keturunan Yahudi di Indonesia yang sudah diketahui hampir mendekati 2.000-an orang. Yang sudah terdeteksi 500-an. tersebar hampir merata di seluruh Indonesia, bahkan ada di Aceh, Sumatra Utara & Sumatra Barat. Di Sulawesi Utara ada potensi sampai 800-an orang, di Jakarta diperkirakan lebih dari 200-an orang dan di Surabaya terdapat keturunan Yahudi yang juga cukup banyak jumlahnya. Selain itu anggota UIJC juga ada yang berasal dari daerah lain, di antaranya Lampung, Tangerang, Bekasi, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Cilacap, Yogyakarta, dan Bali. Umumnya mereka adalah keturunan campuran antara Indonesia dengan Yahudi Belanda, Jerman, Belgia, Irak, dan Portugis. Meski demikian, bukan berarti anggota UIJC harus beragama Yahudi,karena organisasi ini hanyalah sebagai paguyuban warga keturunan Yahudi di Indonesia.

Begitu juga ada yang 'terindikasi' Keturunan Yahudi yang berasal dari Spanyol, Portugis dan Belanda di Nusa Tenggara Timur/NTT (Flobamora), Maluku & Papua yang juga cukup banyak jumlah-nya. Dan saat ini yang menjadi anggota UIJC yang sudah terdata sekitar 100 orang dewasa, tapi sekarang mulai bertambah jumlahnya mencapai 280 orang di seluruh Indonesia.

Komunitas Yahudi Surabaya

Kalau UIJC lebih banyak di dominasi oleh Yahudi asal Belanda, Jerman dan Portugis yang bercampuran pribumi Indonesia. Umumnya banyak di antara mereka yang sudah beralih agama, dan perawakannya lebih Indonesia. Namun berbeda dengan Komunitas Yahudi Surabaya yang bernama "Israelitische Gemeente Soerabaia", Mereka adalah keturunan langsung orang Yahudi imigran dari negara Irak. Perawakan mereka masih khas Yahudi, bahkan masih mengadopsi nama-nama Ibrani. Yahudi Surabaya memiliki bangunan Sinagoga di atas tanah milik Eigendom Verponding yang dibangun oleh Joseph Ezra Izaak Nassiem tahun 1948, dan kemudian diurus oleh keluarga Sayers.

Saat ini Komunitas Yahudi Surabaya dikabarkan telah memiliki hubungan dengan komunitas Yahudi di Sulawesi Utara. Selain itu ada beberapa di antara mereka yang bergabung dengan UIJC. Jejak komunitas Yahudi Surabaya dapat ditelusuri dari pemakaman besar Yahudi di daerah Kembang Kuning, Surabaya.

Referensi

Pranala luar