Tripar Multivision Plus (sekarang dikenal sebagai MVP Indonesia) adalah perusahaan perfilman didirikan oleh Raam Punjabi. Raam mendirikan MVP pada 18 April 1988 di Jakarta dengan modal 250 juta Rupiah. Produksi pertama MVP adalah serial sinetron komedi Gara-Gara yang diproduksi pada tahun 1991. MVP berdiri sebagai antisipasi perkembangan industri pertelevisian di Indonesia. Hadirnya televisi swasta RCTI menjadi pemikiran MVP untuk menjadi rumah produksi pelopor yang mendukung perkembangan siaran televisi swasta dengan program-programnya. MVP membaca bahwa perkembangan industri pertelevisian swasta akan booming.

Multivision Plus (MVP)
Berkas:TRIPARMVP.png
NegaraIndonesia
Wilayah siaranJakarta, Indonesia
JaringanRumah Produksi di Jakarta
AfiliasiRCTI
(6 November 1988 – 30 Desember 2013)
MNCTV
(23 Januari 1995 – 30 Desember 2011)
Global TV
(5 Januari 2004 – 31 Desember 2011)
SCTV
(10 Januari 1991 – 17 September 2011)
Indosiar
(11 Januari 1995 – 30 Desember 2012)
Antv
(1 Maret 2003–sekarang)
tvOne
(30 Juli 2002 – 31 Desember 2007, 15 April 2017 - sekarang)
NET.
(1 Agustus 2015 – 16 Oktober 2016)
Trans TV
(1 Januari 2002 – 15 Desember 2012)
Trans7
(1 Januari 2002 – 15 Desember 2012)
Kantor pusatMultivision Tower Lt. 21-23, Jl. Kuningan Mulia Lot 9B, Kuningan, Jakarta Selatan
BahasaIndonesia
PemilikRaam Punjabi
Surya Citra Media
1999–2012
Bimantara Citra
1990–2003
Salim Group
1995–2004
Indosiar Karya Media
2004–2011
ALatief Corporation
2002–2006
Kompas Gramedia
2002–2006
Trans Corp
2002–2012
Visi Media Asia
2007-sekarang
Indika Group
1996–1999
2015–2016
NET. Mediatama Indonesia
1 Agustus 2015 – 16 Oktober 2016
Media Nusantara Citra
6 November 1988 – 24 Desember 2006, 12 Juni 2013 – 1 September 2013

MVP adalah sejarah panjang. Ia bermula dari perusahaan film PT. Parkit Films, berdiri pada tahun 1979. Dengan jumlah karyawan tetap mencapai 30-an staf dan mayoritas tenaga kreatif honorer yang bekerja di lapangan. Seiring perkembangan industri televisi, PT Parkit Films melebarkan bidang usahanya. Pada tahun 1989 berdirilah PT Tripar Multivision Plus (MVP). Awalnya juga mempekerjakan 30-an staf, pada akhirnya kini mencapai 400-an staf di berbagai level. Jumlah ini masih ditambah 1500-an tenaga kreatif honorer.

MVP berkembang begitu pesat, sangat pesat. Rumah produksi tidak sebanyak dan sekompetitif saat ini. Dalam tiga tahun, MVP telah menjadi rumah produksi paling produktif. Besarnya kebutuhan program di televisi swasta menjadikan MVP kewalahan memenuhi kebutuhan program produksi televisi.

Selama 3 tahun itu pula, MVP membangun citranya. Sehingga citra sebagai "Sang Pelopor" begitu melekat pada MVP. MVP juga menjadi pelopor tidak saja sebagai rumah produksi, tetapi juga menyangkut seluruh aspek dalam industri televisi. Mulai dari sumber daya manusia, teknologi hingga pemasaran produksinya. Boleh dikatakan MVP menjadi pelopornya.

Sejak 1989 itulah menjadi tonggak bagi MVP, mulai berkreasi dan berperan aktif dalam industri pertelevisian swasta. Dalam perkembangannya ternyata yang dilakukan MVP tidaklah meleset. Televisi swasta berkembang sangat dinamis. Setelah RCTI, hadir berturut-turut empat televisi swasta bermunculan, yaitu SCTV, TPI, ANTV dan Indosiar. Semua pernah menjadi stasiun penayang program-program produksi MVP selama 18 tahun itu.

Sebelum berproduksi selama 18 tahun di industri pertelevisian, sebenarnya semua berawal dari PT. Parkit Films yang didirikan pada 1979 bersama Dhamoo Punjabi dan Gobind Punjabi. Rumah produksi ini memang dimaksudkan untuk memproduksi film-film nasional. Dan dari pengalaman panjang bergerak dalam industri hiburan inilah MVP seakan besar karena memang telah memiliki pondasi di industri hiburan.

Dalam setiap perkembangannya dari tahun ke tahun jelas terlihat dinamika perubahan industri pertelevisian nasional. Sejak awal, visi MVP jelas bahwa memberikan hiburan yang sehat. Bukan sekadar tontonan tetapi sebuah tontonan yang mampu memberikan tuntunan kepada pemirsanya.

Sementara misi entertainment for all, jelas menjadi komitmen bagi MVP untuk terus memberi hiburan yang berpegang pada tata nilai sosial dan budaya bagi semua lapisan usia, semua strata, tanpa ada sekat-sekat pembatas suku, agama maupun ras.

Investasi sebuah film atau produksi televisi sangatlah bervariatif. Banyak hal yang mempengaruhi besarnya investasi atau biaya produksi film. Variabel tersebut bisa dari genre film yang akan diproduksi, bintang-bintang yang terlibat, peralatan teknis yang digunakan, juga menyangkut seberapa besar biaya kampanye promo dan pemasaran sebuah film. Sementara untuk membuat sebuah produksi televisi, variabel durasi dan bintang yang terlibat menjadi penentu besarnya biaya produksi.

Besar biaya produksi untuk film-film mutakhir, MVP Pictures (dulu dibawah produksi PT Parkit Films) serta Sentra Films mencapai Rp 5-8 miliar per judul. Sementara untuk biaya produksi serial televisi atau FTV mencapai Rp 250-300 juta per episode. Demi menambah produksi layar lebar dari MVP, akhirnya hadir Sentra Mega Kreasi atau Sentra Films tahun 2009 lalu, yang berpusat pada genre horror.

Penggunaan tenaga kreatif dari Amerika, Hong Kong, India dan Singapura adalah bagian dari alih kepintaran, penggunaan produk teknologi mutakhir dalam produksi maupun post-produksi. Serta penjajakan di pasar-pasar internasional adalah wujud komitmen "Sang Pelopor" itu tadi. Sebagai informasi, sejak tahun 1993 MVP telah menjadi pemain regional. Produksi MVP telah ditayang di Singapura dan Malaysia.

Bila yang dimaksud adalah komponen apa saja yang digunakan dalam sebuah produksi, tentunya bisa dibagi menjadi tiga hal besar, yaitu komponen pra-produksi, produksi dan pasca-produksi. Pra-produksi tentunya menyangkut ketersediaan naskah/skenario, pemain, awak produksi (sutradara, penata kamera, penata suara, penata artistik). Pemilihan skenario yang bagus juga tergantung dari tema-tema menarik dan isu-isu yang ada. Skenario ibaratnya adalah cetak biru. Dan skenario yang bagus pun masih harus ditentukan oleh kemampuan sutradara dalam mengeksekusi detail yang ada dalam skenario. Unsur yang tak kalah penting dalam persiapan produksi ini adalah penentuan kostum dan lokasi syuting.

Kebutuhan pada saat produksi lebih kepada perangkat teknis, seperti kamera, perekam suara, lampu-lampu, set property (bangunan indoor atau outdoor). Untuk pasca-produksi, perangkat menjadikan sebuah produk film adalah menyangku peralatan editing (gambar dan suara). Sebagai informasi, untuk peralatan produksi film lebih efisien bila menggunakan peralatan sewa pada pemilik jasa produksi. Sementara untuk produksi televisi, lebih efisien bila memiliki sendiri semua peralatan produksi tersebut. Pemasaran sebuah film tidak terlepas dari promo rencana sebuah film. Sebelum diproduksi, saat diproduksi dan saat film beredar, ada tahap-tahap kegiatan pemasaran dan promosi dari setiap film. Genre sebuah film juga ikut menentukan strategi pemasaran dan promosi.

Bagi MVP memasarkan produksi film tentunya mengikuti ketentuan proses trickle-down. Sebuah proses yang dikenal sebagai window-time. Pasar pertama adalah gedung bioskop, lokal maupun regional (Asia Tenggara), berikutnya adalah pasar home-entertainment yang meliputi media DVD atau VCD. Setelah proses peredaran untuk media home entertainment, berikutnya adalah siaran terbatas: bisa televisi berlangganan, direct to home ataupun siaran-siaran terbatas melalui satelit. Selanjutnya adalah penjualan untuk penonton lebih luas (televisi). Proses pemasaran umum ini yang dilakukan oleh MVP untuk produk film-filmnya.

Bila mencakup aspek pemasarannya, hingga saat ini film-film MVP telah hadir di pasar-pasar film dunia. Mulai penjualan dan peredaran di wilayah Eropa, Amerika, Asia, Australia, hingga Afrika (Mesir dan Maroko). Kualifikasi dan tuntutan di industri hiburan sebenarnya sederhana. Bakat seni, utamanya. Selebihnya tak ubahnya kosmetik. Penampilan, pendidikan, kepintaran adalah pendukung bagi bakat seni. MVP selalu melihat dari sisi bakat seni ini. Industri hiburan adalah lapangan pekerjaan dengan tuntutan kreatifitas yang tinggi, dan kreatifitas berangkatnya dari bakat seni.

Sesuai misi hiburan untuk semua, MVP pun akan terus memproduksi film dalam berbagai genre. Semua genre baik drama, komedi, romantis, sosial, thriller, horror, dll. Dan keinginan terbesar MVP adalah membuat sebuah film bergenre action berkelas Hollywood. Ketika industri pertelevisian booming, semua tergagap. MVP awalnya juga begitu. MVP memulai dalam ketergagapan dan keterbatasan. Keterbatasan dengan sumber daya manusia dan tergagap oleh kehadiran teknologi penyiaran.

Namun sekali lagi, MVP selalu berpegang pada dua hal penting dalam industri hiburan ini, pertama adalah bakat dan kedua adalah kreatifitas. Sebutan "Sang Pelopor" adalah kebanggaan sekaligus tanggung jawab. Bila 1993, MVP sudah menjadi pemain regional. Rencana kedepan adalah menjadikan MVP sebagai pemain global dalam industri hiburan. Semua tengah berlangsung, semua tengah berproses ke arah tersebut.

Sejak 2005, program-program MVP sudah bisa dinikmati di saluran terbatas (Astro) di kawasan regional, untuk saat ini baru negara-negara seperti Malaysia, Brunei dan Singapura. Market internasional industri film dan televisi pun telah menikmati kehadiran MVP. Itu sebabnya, film dan program televisi produksi MVP telah dinikmati di negara-negara seperti India, Australia, Eropa dan Amerika Utara. Memang tidak dalam jumlah besar, namun proses menuju besar inilah yang menjadi harapan MVP.

Anak perusahaan

Pranala luar