Kabupaten Lumajang
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Kota Lumajang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Lumajang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat. Kabupaten Lumajang terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur.
Kota Lumajang | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru | |
Julukan: | |
Motto: Amreta Brata Wira Bhakti | |
Koordinat: 8°08′S 113°13′E / 8.13°S 113.22°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Tanggal berdiri | 20 Oktober 1990 |
Dasar hukum | Keputusan Bupati Kepala Derah Tingkat II Lumajang Nomor 414 Tahun 1990 tanggal 20 Oktober 1990 |
Ibu kota | Lumajang |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Drs. H. As'at Malik, M.Ag |
Luas | |
• Total | 1.790,90 km2 (69,150 sq mi) |
Populasi ((2010)[1]) | |
• Total | 1,006,458 |
• Kepadatan | 558/km2 (1,450/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam, Katholik, Kristen, dll. |
• Bahasa | Indonesia, Jawa, Madura. |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0334 |
Kode Kemendagri | 35.08 |
DAU | Rp. 828.524.528.000.- |
Situs web | www.lumajang.go.id |
Sejarah pemerintahan
Nama Lumajang berasal dari nama tempat "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya. Beberapa sumber itu antara lain:
- Prasasti Mula Malurung
- Naskah Negarakertagama
- Kitab Pararaton
- Kidung Harsawijaya
- Kitab Bujangga Manik
- Serat Babad Tanah Jawi
- Serat Kandha
Prasasti Mula Malurung adalah prasasti tertua yang menyebut keberadaan "Nagara Lamajang", karenanya dianggap sebagai titik tolak hari jadi Lumajang. Prasasti yang ditemukan pada tahun 1975 di Kediri dan berangka 1177 tahun Saka ini diterbitkan oleh Raja Kertanegara dari Singasari untuk memperingati anugerah Raja Seminingrat kepada Pranaraja berupa dua desa perdikan, Mula dan Malurung. Prasasti ini terdiri dari 12 lempengan tembaga, dan lempengan VII halaman A memuat nama-nama putera-puteri dan kerabat Raja Seminingrat yang diangkat menjadi raja-raja bawahan. Salah satunya, disebutkan bahwa Nararya Kirana yang telah dianggap seolah-olah putera sang Prabu, dijadikan raja di Lumajang.[2] Menurut prasasti tersebut penetapan itu terjadi pada tahun 1177 Saka, yang sesuai dengan tanggal 14 Dulkaidah 1165 tahun Jawa atau tanggal 15 Desember 1255 Masehi.
Mengingat cukup meyakinkan bahwa pada 1255 M itu "Negara Lamajang" sudah merupakan sebuah negara yang berpenduduk, mempunyai wilayah, mempunyai raja (pemimpin) dan pemerintahan yang teratur, maka ditetapkanlah tanggal 15 Desember 1255 M sebagai hari jadi Lumajang yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lumajang Nomor 414 Tahun 1990 tanggal 20 Oktober 1990.
Dalam sejarahnya, wilayah ini sangat berhubungan dengan tokoh sejarah bernama Aria Wiraraja. Kitab Pararaton dan Harsawijaya mengisahkan bahwa tokoh yang ketika muda bernama Banyak Wide ini pada mulanya mengabdi di Singasari, namun oleh Raja Kertanegara kemudian dibuang secara halus dari ibukota Singasari dan dijadikan bupati di Sumenep, Madura timur. Aria Wiraraja kemudian berkesempatan memberikan bantuan dan perlindungan kepada Raden Wijaya ketika ia dan rombongannya melarikan diri ke Sumenep akibat kalah perang dengan Jayakatwang. Selanjutnya Pararaton dan Kidung Harsawijaya menceritakan bahwa Wiraraja diberi hadiah wilayah bagian timur Jawa Timur yang diberi nama "Lamajang Tigang Juru", ketika Raden Wijaya berhasil memenangkan perang dan menjadi raja pertama di kerajaan Majapahit. Akan tetapi wilayah itu baru dikuasai dan diperintahnya setelah kematian puteranya, Ranggalawe, yang memberontak kepada Majapahit (1295).[3]
Wilayah Lumajang kembali disebut-sebut dalam Kitab Negarakertagama ketika Raja Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling wilayah timur Majapahit pada tahun 1359 M; kala itu wilayah ini sudah dikuasai kembali oleh Majapahit.[4] Nama Lumajang (atau, dalam versi aslinya: Lamajang) ini mengacu pada satu wilayah yang luas di pojok timur (Bld.: Oosthoek) Jawa Timur, di mana termasuk pula di dalamnya wilayah kuno Pajarakan di sekitar Kraksaan, Probolinggo sekarang.[5]
Pada masa penjajahan Belanda, pada tahun 1882 wilayah Lumajang berstatus Distrik (setingkat kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Wedana. Kemudian pada tahun 1886 statusnya dinaikkan menjadi Afdeeling (setingkat kabupaten), kepala pemerintahannya adalah seorang Patih Afdeeling. Tahun 1929 sistem pemerintahan di Lumajang dinaikkan lagi statusnya menjadi Kabupaten, dengan kepala pemerintahannya seorang Bupati.
Pemerintahan
Kepala Daerah
Perwakilan
DPRD Kabupaten Lumajang hasil Pemilu 2014 tersusun dari 10 partai politik, dengan perincian sebagai berikut:
Partai | Kursi |
---|---|
Lambang PDI-P PDI-P | 10 |
PKB | 9 |
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat | 6 |
Partai NasDem | 5 |
Lambang Partai Golkar Partai Golkar | 5 |
Partai Gerindra | 5 |
Lambang PKS PKS | 3 |
PAN | 3 |
Partai Hanura | 2 |
PPP | 2 |
Total | 50 |
Pembagian administratif
Kabupaten Lumajang terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 197 desa dan 7 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Lumajang. Kecamatan-kecamatan itu ialah:
- ^ "Badan Pusat Statistik". Diakses tanggal 2011-11-02.
- ^ Muljana, S. 2006. Tafsir Sejarah Nagara Kretagama: 87. Yogyakarta: LKiS.
- ^ Muljana, S. 2005. Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit. Yogyakarta: LKiS.
- ^ Muljana, S. 2006. op.cit.: 1-10.
- ^ Krom, N.J. 1914. De eigennamen in den Nâgarakŗtâgama. Tijdschrift voor de Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde, uitgegeven door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Deel LVI: 250. Batavia: Albrecht & Co.