Bahasa Madura

bahasa Melayu-Polinesia yang dituturkan di pulau Madura

Bahasa Madura (Bhâsa Madhurâ; pelafalan [bʰɤsa maʈʰurɤ], Pèghu: ٻاْسا ماڊوراْ, Carakan: ꦧꦱꦩꦢꦸꦫ) adalah bahasa yang digunakan suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 7.179.356 orang (perkiraan), dan terpusat di Pulau Madura, Jawa Timur maupun di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan timur sampai Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, Bawean.

Bahasa Madura
BPS: 0091 4
Bhâsa Madhurâ
ٻاْسا ماڊوراْ
ꦧꦱꦩꦢꦸꦫ
Kamus bahasa Madura-Belanda oleh H.N. Kiliaan
Pengucapan[bʰɤsa maʈʰurɤ]
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
EtnisMadura
Penutur
7.179.356 orang. (2010)
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[1]

Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa (usang) Lihat butir Wikidata
Bentuk baku
Bahasa Madura Dialek Sumenep (BMDS)
DialekDialek Sumenep
Dialek Pamekasan
Dialek Sampang
Dialek Bangkalan
Dialek Kangean
Dialek Bawean
Dialek Pinggirpapas
Dialek Sapudi
Dialek Pandalungan
Huruf Latin (Alfabèt Madhurâ)
Abjad Pegon (Pèghu)
Hanacaraka (Carakan)
Kode bahasa
ISO 639-2mad
ISO 639-3mad
Glottolognucl1460[2]
IETFmad
BPS (2010)0091 4
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC5 Developing
Bahasa Madura dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [3]
Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Madura
Peta
Perkiraan lokasi penuturan Bahasa Madura
Koordinat: 7°0′0.000″S 113°30′0.000″E / 7.00000000°S 113.50000000°E / -7.00000000; 113.50000000 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Penutur bahasa Madura yang merupakan transmigran , juga dapat ditemui di pulau Kalimantan, masyarakat suku Madura banyak mendiami daerah yang terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas.

Sistem Penulisan

sunting

"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Madura Yg Disempurnakan Edisi Revisi (2012) (1).pdf". Diakses tanggal 02 Maret 2023. 

Huruf Abjad

sunting

Huruf abjad Latin yang digunakan dalam ejaan bahasa Madura sebagai berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v ve
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h ha Q q qi Z z zet
I i i R r er

Huruf Vokal

sunting
Huruf Vokal Contoh di Awal Kata Contoh di Tengah Kata Contoh di Akhir Kata
a alos (halus)
apoy (api)
pasar (pasar)
abâs (lihat)
sala (salah)
bâbâ (bawah)
e eppa' (ayah)
ella (jangan)
nèser (kasihan)
seksek (sesak)
è èntar (pergi)
ènga' (ingat)
sèksèk (iris)
malèng (pencuri)
talè (tali)
sapè (sapi)
i iyâ (iya) bhiru (hijau)
raddhin (cantik)
manḍi (mandi)
mandhi (mujarab)
o olo' (lemah)
olok (panggil)
rèpot (sibuk)
dokar (dokar)
pao (mangga)
rao (menyiang)
u dhuri (belah, tusuk)
duri (duri)
paju (laku)
labu (jatuh)

Catatan:
1. Vokal /a/ mempunyai dua variasi bunyi, yakni [a] dan [â]; vokal /a/ akan berbunyi [a] apabila konsonan yang dilekatinya berupa konsonan takbersuara dan konsonan nasal, akan berbunyi [â] apabila konsonan yang dilekatinya berupa konsonan bersuara. Untuk keperluan praktis, kedua simbol bunyi /a/ tersebut sama-sama digunakan.
2. Tanda diakritik (') pada huruf vokal /è/ tetap digunakan karena /è/ dan /e/ dalam bahasa Madura merupakan fonem yang berbeda, seperti pada kata seksek (sesak) dan sèksèk (iris), tèmbhâng (timbang) dan tembhâng (Iagu).

Huruf Konsonan

sunting
Huruf Konsonan Contoh di Awal Kata Contoh di Tengah Kata Contoh di Akhir Kata
b bârâ (bengkak) lobâr (usai) sabâb (sebab)
c cangkèm (dagu) moncar (terbit)
lonca' (loncat)
d dumeng (bodoh) badal (wakil) morèd (murid)
ḍârâ (darah) buḍu (busuk [untuk ikan])
f fakèr (fakir) kafan (kafan) wâkaf (wakaf)
g gâmbus (orkes) anggâ' (sombong, angkuh)
h halal (halal) ahèr (akhir)
j jâḍiyâ (sana) paju (laku)
k korang (kurang) sakè' (sakit) otek (otak)
l larang (mahal) malo (malu) kapal (kapal)
m marè (sudah) ambu (berhenti) ḍâlem (dalam)
n nèser (kasihan) pènang (pinang) papan (papan)
p pèrèng (piring)
perrèng (bambu)
nompa (tumpah) kèlap (petir)
q quran (Quran) furqan (furqan)
r rammè (ramai) sarè (cari) kasor (kasur)
s sèyang (siang) moso (musuh) bherrâs (beras)
t tèkos (tikus) matta (mentah) sèsèt (capung)
v vitamin (vitamin) rèvolusi (revolusi)
w wâjib (wajib) towa (tua)
y yâkèn (yakin) rèya (ini)
z zâkat (zakat) mu'jizât (mukjizat)

Catatan:
1. Konsonan /f/, /q/, /v/, /x/, dan /z/ dipakai dalam bahasa Madura untuk penulisan kata yang merupakan unsur serapan.
2. Untuk kepentingan praktis, bunyi hamzah atau glotal stop ([?]) dilambangkan dengan tanda apostrof (..'..). Digunakannya lambang tersebut karena /k/ velar ([k]) dan /k/ glotal ([?]) dalam bahasa Madura merupakan fonem yang berbeda. Di samping itu, bunyi glotal stop dalam bahasa Madura banyak yang berposisi di tengah kata, Contoh: paka’ [paka?] (rasa sepat), cèlo’ (rasa masam), dan pa’a’ [pa?a?] (tatah [alat untuk melubangi kayu]).

Gabungan Huruf Konsonan

sunting

Dalam bahasa Madura terdapat lima gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu: kh, ng, ny, sy, dan th, serta lima konsonan beraspirasi. Dalam bahasa Madura, konsonan beraspirasi dan konsonan tidak beraspirasi merupakan fonem yang berbeda sehingga perlu diberi simbol yang berbeda juga. Misalnya, bârâ (bengkak) dan bhârâ (paru-paru); ḍâḍâ (dada) dan ḍhâḍhâ (cepat letih); bâjâ (saat, waktu) dan bâjhâ (baja [sejenis logam]) serta bâgi (bagi) dan bâghi (berikan).

Huruf Konsonan Contoh di Awal Kata Contoh di Tengah Kata Contoh di Akhir Kata
kh khoso' (khusuk) èkhlas (ikhlas)
ng ngoḍâ (muda) bângal (berani) sarong (sarung)
ny nyaman (enak) bânnya' (banyak)
sy syarat (syarat) masyarakat (masyarakat)
bh bhârâ (paru-paru) cabbhi (lombok, cabai)
th thokthok (ketuk) ketthok (potong)
dh dhârâ (merpati) dhudhul (dodol [sejenis makanan])
ḍh ḍhenḍheng (pusing) aḍḍhâng (hadang)
gh ghâghâman (senjata tajam) bighi (biji)
jh jhârân (kuda) tajhin (bubur [sejenis makanan])

Huruf Diftong

sunting

Di dalam bahasa Madura terdapat tiga buah diftong yang dilam­bangkan dengan ay, oy, dan uy.

Huruf Konsonan Contoh di Awal Kata Contoh di Tengah Kata Contoh di Akhir Kata
ay nyaynyay (lembek) tapay (tapai, tape)
labây (benang tenun)
oy loyloy (penat, tidak bertenaga) kompoy (cucu)
uy kerbhuy (kerbau)

Tata Bahasa

sunting

Pronomina persona

sunting

Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu ke orang; yang dibagi menjadi pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Pronomina persona yang digunakan dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut:

Pronomina persona dalam bahasa Madura
Persona Tingkat tutur
enjâ'-iyâ engghè-enten engghi-enten èngghi-bhuenten
tunggal jamak tunggal jamak tunggal jamak tunggal jamak
I sɛŋkɔʔ - bulâ - kaulâ kaulâ sadhâjâ
  • bhadhân kaulâ
  • bhâdhân kaulâ
-
II baʔna - dhika - sampɜyan sampɜyan sadhâjâ
  • panjheneŋŋan
  • ajunan
-
III - - - - - - - -

Bahasa Madura juga memiliki pronomina tak tentu antara lain sabbhân orèng 'masing-masing', dhibi' 'sendiri', bi'-dhibi' 'masing-masing', sapa orèng 'barang siapa', sapa bhâi 'siapa saja', ano 'anu' dan sebagainya.

Demonstrativa

sunting
Demonstrative dalam bahasa Madura
dekat jauh
netral arèya, jârèya, jâjiyâ, jiyâ (ini) arowa, juwâ (itu)
lokal diyâ, dinna' (sini) jâdiyâ, dissa' (sana)
modal bâriyâ (begini) cara jârèya (begitu)

Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk benda dan kejadian adalah: arèya 'ini', jârèya 'itu', dan arowa 'itu'. Dalam penggunaan, a pada kata arèya dan arowa sering dilesapkan; sehingga kata-kata tersebut sering dituturkan rèya, jârèya, dan rowa.

Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk tempat adalah: diyâ 'sini', dinna' 'sini', jâdiyâ 'situ', dan dissa' 'sana'. Dalam penggunaan, antara diyâ dan dinna' sering tumpang tindih atau saling berganti, dan yang paling sering digunakan adalah diyâ. Akan tetapi, antara jâdiyâ dan dissa' tidak pernah tejadi penggunaan yang tumpang tindih; karena keduanya tidak dapat saling menggantikan kata yang lain. Sebagai penunjuk tempat kata-kata tersebut biasanya dirangkaikan dengan preposisi pengacu arah: è 'di', dâri 'dari', dan

' atau ka 'ke'. Demonstrativa yang digunakan untuk penunjuk ihwal ialah bâriyâ 'begini', cara jârèya 'begitu', dan iyâ arèya 'yaitu'.

Nomina

sunting

Nomina dalam bahasa Madura berdasarkan bentuk dapat dikategorikan menjadi dua antara lain nomina dasar dan turunan.

Nomina dasar

sunting

Nomina dasar adalah nomina yang berupa bentuk dasar, tidak dirangkai dengan satuan lain.

tasè' laut, pantai
angèn angin, udara
ombâ' ombak
pancèng pancing
jhuko' ikan
tarètan saudara
tegghâl ladang
bengko rumah
ana' anak
binè istri
lakè suami
soso payudara
soko kaki
kopèng telinga

Nomina turunan

sunting

Nomina turunan adalah nomina yang berupa bentuk kompleks. Nomina turunan dalam bahasa Madura dapat dikelompokkan menjadi (a) nomina berafiks, (b) nomina reduplikasi, (c) nomina gabungan proses, dan (d) nomina komposisi.

Nomina berafiks
kapèssèan keuangan
pabengkon tempat tinggal
pasampanan tukang sampan
kaparloan keperluan
pamandiân pemandian
Nomina reduplikasi
nè-binè bibit
bâbinè perempuan
tatello' tiga buah
lân-jhâlân tempat berjalan
ghu'-tegghu' pegangan
Nomina gabungan proses
tètèngghun tontonan
bâbellin pembelian
bâbâlân nasehat
ko-bengkoan rumah-rumahan
rân-jhârânan kuda-kudaan
Nomina komposisi
para' sèyang dini hari
ghumo' dâdâ bukit dada
pè-sapèyan pappa penurut
bhârâng panas barang haram
kaca kebbhâng cermin, contoh

Numeralia

sunting
Numeralia bahasa Madura
Angka Bentuk dasar Singkatan Klitika
1 Sèttong Tong Sa
2 Duwâ' Wâ' Du
3 Tello' Lo' Tello
4 Empa' Pa' Pa'
5 Lèma' Ma' Lèma
6 Ennem Nem Nem
7 Pètto' To' Pèttong
8 Bâllu' Lu' Bâllung
9 Sanga' Nga' Sangang

Bilangan gugus atau bentuk klitika dalam numeralia dimulai dengan sa"satu". Bilangan gugus yang penyebutannya khusus adalah saghâmè' "dua puluh lima", saèket/sèket "lima puluh", dan sabidhâk "enam puluh". Komponen yang digunakan untuk menyebut bilangan gugus adalah polo "puluh", ratos "ratus", èbu "ribu", dan juta "juta". Contoh penggunaannya yaitu:

10 sapolo 100 saratos
20 dupolo 200 duratos
30 tello polo 600 nemmatos
40 pa' polo 700 pèttong atos
50 saèket 8000 bâllung èbu
60 sabidhâk 9000 sangang èbu
70 pèttong polo 60000 sabidhâk èbu
80 bâllung polo 1000000 sajuta
90 sangang polo 4000000 pa'juta

Kosakata

sunting

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Melayu-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Bahasa Madura juga memiliki serapan dari bahasa Melayu sebagai sesama bangsa Austronesia, bahasa Arab, bahasa Tionghoa, dan beberapa bahasa lainnya. Bahasa Madura juga memiliki keterkaitan erat dengan Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali mengingat masih merupakan satu komunitas budaya. Sebagian kata-kata dalam bahasa Madura mirip bahasa Melayu, bahkan ada beberapa kata yang mirip dengan yang ada pada dengan Bahasa Banjar, bahasa Minangkabau maupun bahasa bahasa di Pulau Sumatera & Kalimantan lainya, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda. Minangkabau mengucapkan "a" sebagai "o" pada posisi akhir, sedangkan pada bahasa Madura, diucapkan "ə" ("e" pepet) atau "a".

Contoh:

  • bilâ (huruf "â" dibaca [ə] ) sama dengan bahasa Melayu, bila = kapan
  • orèng = orang
  • tadâ' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
  • dimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
  • tanya = tanya
  • cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis: cakalang tetapi tidak sengau)
  • ongghu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
  • kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau) = ke mana?
  • pasir (baca: beddhi mirip dengan kata wedhi di Jawa)

Sistem pengucapan

sunting

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.

Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd, dan bb. Namun penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.

Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].

Tingkatan bahasa

sunting

Bahasa Madura sebagaimana bahasa Sasak dan bahasa Bali juga mengenal tingkatan-tingkatan, tetapi agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:

  • Bentuk Kalimat Paling Sopan, Paling Formal (Èngghi-Bhunten)

Èngghi-Bhunten adalah bentuk kalimat yang paling sopan dan paling halus yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang diajak bicara ataupun yang sedang dibicarakan. Seperti berbicara kepada orang tua, orang yang lebih tua, guru, orang yang lebih tinggi jabatannya, tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh yang dihormati oleh masyarakat umum.

  • Bentuk Kalimat Sopan, Alami, Formal (Engghi-Enten)
  • Bentuk Kalimat Santai, Informal, Akrab (Enjâ'-Iyâ)

Enjâ'-Iyâ adalah bentuk kalimat yang digunakan dalam situasi keakraban di antara teman sebaya atau orang-orang yang lebih muda. Enjâ'-Iyâ biasanya sering dipakai dalam kehidupan pergaulan sehari-hari. Enjâ'-Iyâ tidak umum digunakan ketika dalam pertemuan pertama, biasanya penutur meminta izin terlebih dahulu untuk menggunakan Enjâ'-Iyâ setelah mengenal satu sama lain. Terhadap penutur yang lebih muda atau anak-anak, Enjâ'-Iyâ umum dan dapat diterima untuk digunakan tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Penggunaan Enjâ'-Iyâ terhadap senior atau orang yang lebih tua atau tinggi jabatannya tanpa izin, dianggap tidak sopan. Enjâ'-Iyâ hanya digunakan dengan orang yang sebaya usianya, dengan orang yang lebih muda, atau (jika dengan orang yang lebih tua) harus seizin orang tersebut.

Jika tidak diketahui usia atau status orang yang diajak bicara, lebih baik tidak menggunakan Enjâ'-Iyâ. Namun jika tahu orang tersebut usianya lebih muda, boleh menggunakan Enjâ'-Iyâ, tapi untuk kenyamanan lebih baik minta izin terlebih dahulu untuk menggunakan Enjâ'-Iyâ.

Contoh:

  • "¿Saponapa arghâèpon pao panèka?" : Berapa harga mangganya? (Èngghi-Bhunten)
  • "¿Sanapè arghâna paona?" : Berapa harga mangganya? (Engghi-Enten)
  • "¿Bârâmpa arghâna paona?" : Berapa harga mangganya? (Enjâ'-Iyâ)

Dialek-dialek bahasa Madura

sunting

Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:[4]

  1. Dialek Sumenep (di Sumenep)
  2. Dialek Pamekasan (di Pamekasan)
  3. Dialek Sampang (di Sampang)
  4. Dialek Bangkalan (di Bangkalan)
  5. Dialek Kangean (di kepulauan Kangean)
  6. Dialek Bawean (di pulau Bawean)
  7. Dialek Pinggirpapas (di Pinggirpapas)
  8. Dialek Sapudi (di pulau Sapudi)
  9. Dialek Pandalungan

Dialek yang dijadikan acuan standar bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep pada masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini sering kali bercampur dengan bahasa Jawa sehingga kerap dipanggil sebagai dialek Pandalungan daripada sebagai Jawa. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura.

Contoh pada kasus kata ganti "kamu":

  • kata bâ'en untuk 'kamu' umum digunakan di Madura. Namun kata bâ'na dipakai di Sumenep.
  • sedangkan kata kakè untuk 'kamu' lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang.
  • hèdâ dan sèdâ untuk 'kamu' dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.

Perbandingan bahasa

sunting

Perbandingan dengan bahasa Melayu

sunting

Persamaan suara, contohnya:

  • Dâpor = dapur
  • Kangan = kanan
  • Bânnya' = banyak
  • Maso' = masuk
  • Soro = suruh

Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:

  • Ngakan = makan
  • Ngènom = minum
  • Arangka' = merangkak
  • Ju'-toju' = duduk-duduk
  • Asapoan = menyapu
  • Acaca = bicara

Konsonan [j] biasanya ditukar ke [ɟ], seperti:

  • Bâjâr = bayar
  • Lajân = layan
  • Abhâjâng = sembahyang

Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:

  • Bhâbâng = bawang
  • Jhâbâ = Jawa

Perbandingan dengan bahasa Jawa

sunting

Perkataan yang sama dengan bahasa Jawa:

Bahasa Jawa = bahasa Bawean

  • Kadhung = kadung (bahasa Melayu = telanjur)
  • adung (bahasa Melayu = telanjur)
  • Petteng = peteng (bahasa Melayu = gelap)

Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:

Bahasa Jawa ~ bahasa Bawean

  • Lawang = labâng (dibaca /labɤŋ/) (bahasa Melayu = pintu)

Konsonan [j] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [ɟ], seperti:

Bahasa Jawa ~ bahasa Bawean

  • Payu = paju (bahasa Melayu = laku)

Perbandingan dengan bahasa Banjar

sunting

Perkataan yang sama dengan bahasa Banjar:

Bahasa Banjar = bahasa Bawean

  • Mukena = mukena (bahasa Melayu = telekung sembahyang)
  • Bibini' = bibini (bahasa Melayu = perempuan)
  • Bukah = Berka' (bahasa Melayu = lari)
  • Aing = aèng (bahasa Melayu = air)

Perbandingan dengan bahasa Tagalog

sunting

Bahasa Bawean = bahasa Tagalog

  • Apoy = Apoy (bahasa Melayu = Api)
  • Èlong = elong; penggunaan [e] (bahasa Melayu = Hidung)
  • Matay = mamatay (bahasa Melayu = Mati)

Dialek Bawean

sunting

Contoh:

  • Èson terro ka bâ'na = saya sayang kamu (di Bawean ada juga yang menyebutnya Èhon, Èson tidak dikenal di bahasa Madura)
  • Bhuk, bâdâ berrus? = Bu, ada sikat? (berrus dari kata brush)
  • Èkala'aken = ambilkan (di Madura èkala'aghi, ada pengaruh Jawa kuno di akhiran -aken dalam dialek bawean).
  • Silling = langit-langit (dari kata ceiling)

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting

"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Madura Yg Disempurnakan Edisi Revisi (2012) (1).pdf". Diakses tanggal 02 Maret 2023. 

  1. ^ Nationalencyklopedin (dalam bahasa Swedia), OCLC 185256473, Wikidata Q1165538, diakses tanggal 24 April 2022 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Madura". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ "Bahasa Madura". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  4. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Maduresic" (dalam bahasa Inggris). Jena, Germany: Max Planck Institute for the Science of Human History [Kota Jena, negara Jerman: Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia]. Maduresic: Kangeanese and Madurese [Rumpun bahasa Madurik: bahasa Kangean dan bahasa Madura] Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Madurese" [Bahasa Madura] (dalam bahasa Inggris). Jena, Germany: Max Planck Institute for the Science of Human History [Kota Jena, negara Jerman: Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia].