Lê Quang Tung

Revisi sejak 15 Agustus 2017 13.13 oleh Rachmat-bot (bicara | kontrib) (cosmetic changes)

Kolonel Lê Quang Tung (1923 – 1 November 1963) adalah seorang pimpinan Pasukan Pertahanan Khusus Republik Vietnam di bawah komando Ngô Đình Nhu, saudara laki-laki presiden Vietnam Selatan, Ngô Đình Diệm. Ia adalah mantan pelayan keluarga Ngô, latar belakang militer Tung adalah keamanan dan kontraspionase.

Lê Quang Tung
Lahir1923
Distrik Hương Trà, Annam, Indochina Perancis
Meninggal1 November 1963
Pangkalan Udara Tân Sơn Nhứt, Saigon, Vietnam Selatan
PengabdianPartai Cần Lao
Lama dinas1950-an–1963
PangkatKolonel
KomandanPimpinan Pasukan Pertahanan Khusus Republik Vietnam
Perang/pertempuranPenyerbuan Pagoda Xá Lợi

Pada 1950-an, Tung menjadi perwira berpangkat tinggi dalam Cần Lao pimpinan Nhu, sebuah aparatus politik rahasia yang mengurusi kekuasaan keluarga Ngô, memungut uang dari pengusaha kaya. Pada 1960, Tung diangkat langsung pada pangkal kolonel dan menjadi komandan pasukan khusus. Periodenya di ranah pasukan elit Vietnam Selatan banyak dikenal karena kerjanya dalam menumpas para pembangkang, ketimbang melawan para pemberontak Viet Cong. Serangan paling terkenalnya adalah penyerbuan ke pagoda Xá Lợi pada 21 Agustus 1963, dimana ratusan orang tewas atau menghilang.

Program militer utama Tung adalah sebuah skema dimana personil Tentara Republik Vietnam berusaha untuk menginfiltrasi Vietnam Utara dalam rangka mengadakan pertemuan intelijensi dan sabotase. Program tersebut tak efektif; kebanyakan infiltratornya tewas atau ditangkap. Tung juga dikabarkan merencanakan pembunuhan kepada Henry Cabot Lodge, Jr., Duta Besar Amerika Serikat untuk Vietnam Selatan.

Setelah penyerbuan pagoda, Amerika Serikat berhenti mendanai pasukan Tung karena mereka dipakai sebagai alat politik ketimbang melawan komunis. Bersama dengan Diệm dan Nhu, Tung dibunuh saat kudeta November 1963. Nhu dan Tung telah menyiapkan kudeta palsu dan kontra-kudeta dalam rangka memberikan demonstrasi palsu dari kekuatan rezim. Namun, keduanya tak menyadari bahwa Jenderal Tôn Thất Đính, yang ikut serta merencanakan operasi tersebut, terlibat dalam rencana kudeta sebenarnya. Đính mencurangi Tung dengan mengirimkan pasukannya ke wilayah pinggiran, meninggalkan rezim tersebut di Saigon tanpa perlindungan pasukan khusus. Ini berujung pada keruntuhan mudah dari rezim tersebut.

Karier awal

 
Presiden Ngô Đình Diệm

Tung lahir pada 1923 di tengah Vietnam, yang saat itu merupakan protektorat Annam di Indochina Perancis. Mantan pelayan keluarga Ngô tersebut adalah seorang Katolik Roma taat,[1] pendek dan berkacamata. Tung memiliki latar belakang militer hampir secara keseluruhan dalam keamanan dan kontraespionase, yang merupakan dasar tak lazim bagi tokoh utama dalam pasukan khusus. Tung mula-mula diperi tugas oleh Perancis sebagai perwira keamanan di Vietnam Tengah. Ia kemudian bekerja untuk Diệm sebagai seorang letnan dalam penugasan keamanan militer di Vietnam Tengah. Sebagai perwira berpangkat tinggi dalam Cần Lao pimpinan Nhu,[2] sebuah apparatus politik Katolik rahasia yang mengurusi kekuasaan keluarga Ngô, Tung meningkatkan dana dari pasukannya dengan memungut uang dari pengusaha kaya.[3] Tung utamanya dikenal oleh salah satu koleganya atas loyalitasnya kepada Diệm.[2] Pada 1960, ia diangkat pada pangkat kolonel dan ditempatkan dalam pasukan khusus.[3] Central Intelligence Agency (CIA) menganggap Tung sebagai pria paling berkuasa ketiga di Vietnam Selatan setelah Diệm dan Nhu, sehingga menjadikannya perwira militer paling berkuasa di Vietnam Selatan.[4]

Kepala pasukan khusus

 
Ngô Đình Nhu (kanan), berjabat tangan dengan Wakil Presiden AS saat itu Lyndon B. Johnson pada 1961

Tung dilatih oleh CIA di Amerika Serikat.[5] Sebagai loyalis Diệm, ia memimpin 1,840 pasukan,[6] yang beroperasi di bawah pengarahan Nhu ketimbang komando ketentaraan.[7] Ia tak berniat mengadakan operasi melawan para pemberontak komunis Việt Cộng, namun biasanya memakai pasukannya di Saigon untuk menekan para penentang rezim Diệm.[8] Serangan-serangan paling terkenal Tung terjadi saat krisis Buddha pada 1963. Pada masa itu, mayoritas Buddhis mengadakan unjuk rasa melawan kebijakan-kebijakan pro-Katolik dari rezim Diệm.[9]

Pada 21 Agustus 1963, pasukan Tung, yang bertindak atas perintah Nhu, menyerbu Pagoda Xá Lợi, wihara Buddha utama di Saigon. Serangan tersebut menyebar ke seluruh negeri, menewaskan sekitar ratusan orang.[10][11] Pagoda-pagoda mengalami kerusakan dan lebih dari 1,400 biksu dan biksuni ditangkap.[11] Serangan tersebut terjadi setelah Nhu menipu sekelompok jenderal Tentara Republik Vietnam (ARVN) dalam menyepakati deklarasi darurat militer. Ia mengetahui para jenderal tersebut berencana dan berharap memanfaatkan darurat militer untuk melengserkan kakaknya, namun memanuverkan mereka dengan mengirim pasukan khusus Tung ke dalam pagoda-pagoda dengan menyamar menjadi para prajurit reguler ARVN.[12] Akibatnya, mayoritas Buddhis Vietnam Selatan awalnya mengira tentara reguler telah menyerang para biksu, merusak kredibilitas para jenderalnya di kalangan masyarakat sebagai para pemimpin potensial dari negara tersebut.[13][14] Setelah serangan tersebut, para pejabat AS mengancam akan menarik bantuan terhadap pasukan khusus karena mereka seharusnya dipakai untuk menyerang komunis ketimbang menyerang para pembangkang politik atau keagamaan.[6][15]

Serangan keagamaan terkenal lainnya dilakukan oleh pasukan Tung pada 1963. Seekor ikan berukuran besar ditemukan berenang di sebuah kolam kecil dekat kota tengah Đà Nẵng. Masyarakat Buddhis lokal mulai meyakini bahwa ikan tersebut adalah sebuah reinkarnasi dari salah satu murid Buddha Gautama. Karena makin banyak orang yang berziarah ke kolam tersebut, sehingga secara tak langsung disoroti kepala distrik tersebut dan bawahan-bawahannya, yang dilayangkan kepada Ngô Đình Cẩn, adik lainnya dari Diệm. Para perwira meranjau kolam tersebut, namun ikan tersebut selamat. Mereka menembaki kolam tersebut dengan tembakan senjata mesin, namun ikan tersebut lagi-lagi terbebas dari kematian. Berkaitan dengan ikan tersebut, mereka memanggil pasukan khusus Tung. Pasukan Tung menggranat kolam tersebut, yang akhirnya menewaskan ikan tersebut. Pembunuhan tersebut dikarenakan publisitas besar – beberapa surat kabar di seluruh dunia mencantumkan cerita-cerita tentang ikan ajaib tersebut. Helikopter-helikopter Tentara Republik Vietnam (ARVN) mulai mendarat ke tempat tersebut, dengan pasukan paramiliter mengisi botol-botol mereka dengan air yang mereka yakini magis.[16]

Tung juga mengepalai sebuah kelompok yang dijalankan oleh CIA, dimana personil ARVN dari wilayah utara menginfiltrasi Vietnam Utara, dengan menyamar menjadi warga lokal. Kecurigaan membuat ia mengumpulkan informasi dan mengabotase fasilitas komukikasi dan infrastruktur dari para komunis. Perekrutan diadakan di pangkalan-pangkalan di Nha Trang, Đà Nẵng, dan terkadang di seberang laut Taiwan, Guam dan Okinawa. Sekitar delapan kelompok operatif, yang masing-masing berjumlah enam atau tujuh orang, dikirim pada 1963. Mereka memasuki utara melalui penerjunan parasut dan perjalanan sampan di malam hari, namun hampir semuanya ditangkap atau dibunuh. Penangkapan tersebut kemudian dipakai dalam siaran-siaran propaganda komunis. Tung dikritik atas manajemennya dari operasi tersebut.[15][17]

Atas permintaan Nhu, Tung melaporkan rencana operasi di bawah sorotan demonstrasi pelajar yang diorganisir pemerintah di luar Kedutaan Besar AS, Saigon. Dalam rencana ini, pasukan Tung akan membunuh duta besar Henry Cabot Lodge, Jr. dan para pejabat penting lainnya berkenaan hal tersebut. Target lainnya adalah pemimpin Buddhis Thích Trí Quang, yang diberi suaka di kedubes tersebut setelah ditargetkan dalam penyerbuan pagoda. Menurut rencana tersebut, pasukan Tung kemudian akan membakar kedubes tersebut.[18]

Sanksi AS

Setelah penyerbuan pagoda, AS mulai mengeksplokasi kemungkinan menggantikan Diệm. Kabel 243 memberitahukan kedubes AS untuk melihat pemimpin alternatif jika Diệm tidak melengserkan Nhu.[19] Pada September, misi Krulak Mendenhall dikirim ke Vietnam Selatan untuk menganalisis keadaan domestik dan perang melawan komunis.[20] Salah satu saran yang dihasilkan adalah dengan menghentikan pendanaan pasukan khusus karena perasaan tak suka terhadap tindakan Tung dan Nhu. Yang lainnya adalah menjalankan kampanye-kampanye untuk mendiskreditkan Tung.[21] Misi Krulak Mendenhall berakhir tanpa hasil,[8] sehingga pemerintahan Kennedy menyusulnya dengan misi McNamara Taylor. Ekspedisi kedua tersebut menghasilkan penundaan pendanaan untuk pasukan khusus sampai mereka berada di bawah komando Staf Umum Bersama (Joint General Staff, JGS) dari angkatan darat dan dikirim dalam pertempuran.[7][22]

Laporan misi McNamara Taylor menyatakan bahwa salah satu alasan untuk mengirim pasukan Tung ke lapangan adalah karena mereka "masuk mendukung Diệm".[23] Pihak Amerika menyadari bahwa melengserkan pasukan khusus dari Saigon akan meningkatkan kesempatan bahwa sebuah kudeta akan berhasil, sehingga mengirim pasukannya untuk melengserkan presiden tersebut.[23] Diệm dan Nhu yang tak menyadari pemberhentian bantuan, mengirim Tung dan pasukannya ke ibukota.[24] Dalam perbincangan pribadi dengan para pejabat AS, Diệm menyatakan bahwa pasukan tersebut bertanggung jawab atas serangan pagoda dan bahwa pasukan Tung siap berada di bawah kontrol JGS.[25]

Kudeta dan pembunuhan

Pada bulan September, Diệm dan Nhu menyadari bahwa sekelompok jenderal merencanakan sebuah kudeta.[26] Nhu memerintahkan Tung dan Tôn Thất Đính — seorang jenderal loyalis yang mengkomandani Korps III ARVN yang bertugas di kawasan Saigon[10] — untuk merencanakan sebuah kudeta palsu melawan pemerintah. Salah satu tujuannya adalah mengecoh para pembangkang anti pemerintah agar menjadi ikut dalam kebangkitan palsu sehingga mereka teridentifikasi dan dieliminasi.[27] Tujuan lainnya adalah menyediakan samaran hubungan masyarakat yang memberikan penekanan palsu dari kekuatan rezim.[26]

Bernama kode Operasi Bravo, tahap pertama dari skema tersebut melibatkan beberapa prajurit loyalis Tung, yang menyamar menjadi pemberontak, memalsukan sebuah kudeta. Tung kemudian mengumumkan pembentukan "pemerintahan revolusioner" yang terdiri dari para aktivis penentang, sementara Diệm dan Nhu diam-diam menjalankannya.[15][28] Saat petikaian dari kudeta pertama dibuat, para loyalis yang menyamar memberontak dan dalam rangka lebih terlihat nyata, membunuh para perencana kudeta utama, seperti Jenderal Dương Văn Minh, Trần Văn Đôn, Lê Văn Kim dan para perwira junior yang membantu mereka. Pasukan Tung dan beberapa orang yang diam-diam berhubungan dengan Nhu juga membantu para konspirator, seperti Wakil Presiden yang relatif kurang berkuasa namun tersohor Nguyễn Ngọc Thơ, agen CIA Lucien Conein, yang bertugas di Vietnam sebagai penasehat militer, dan Loji Duta Besar.[29] Orang-orang tersebut kemudian dituduh "unsur-unsur netralis dan prokomunis".[29] Ini disusul dengan "kontrakudeta", di mana pasukan khusus Tung, meninggalkan Saigon untuk bertarung melawan komunis, dan pasukan Đính akan memasuki lagi Saigon untuk menghimpun lagi rezim Diệm. Nhu kemudian bakal mengumpulkan dan membariskan para pembangkang.[15][28]

Bamun, Nhu dan Tung tak menyadari bahwa Đính adalah bagian dari rencana kudeta yang sebenarnya. Komandan Korps III tersebut berkata kepada Tung bahwa kontra-kudeta membutuhkan penempatan jumlah pasukan yang banyak. Ia berkata bahwa tank-tank akan memenuhinya "karena persenjataan itu berbahaya". Dalam upaya mengecoh Tung, Đính berkata bahwa pasukan-pasukan segar dibutuhkan,[30] dengan beralasan:

Jika kita menggerakkan pasukan cadangan ke kota, pihak Amerika akan murka. Mereka mengeluhkan bahwa mereka tak bertarung dalam perang. Sehingga, kita harus mengamuflase rencana kita dengan mengirim pasukan khusus keluar ke negara tersebut. Itu akan mengecoh mereka.[30]

Para loyalis tak menyadari bahwa tujuan sebenarnya Đính adalah untuk mengerumuti Saigon dengan divisi-divisi pemberontaknya dan menyudutkan para loyalis Tung ke pinggiran dimana mereka tak bisa menjaga presiden.[28] Tung dan istana sepakat untuk mengirim seluruh empat badan pasukan khusus yang berbasis di Saigon keluar dari ibu kota Saigon pada 29 Oktober 1963.[30]

 
Jasad Diệm di belakang seorang anggota personel bersenjata. Presiden tersebut dieksekusi saat berjalan menuju markas besar militer.

Pada 1 November 1963, Tung dibujuk oleh para penyelenggara kudeta untuk pergi ke markas besar Staf Umum Bersama di Pangkalan Udara Tân Sơn Nhứt, dalam rangka pertemuan makan siang rutin yang diadakan oleh para perwira.[31] Pada pukul 13.30, Jenderal Trần Văn Đôn mengumumkan bahwa sebuah kudeta terjadi. Kebanyakan perwira bersorak-sorai, namun tidak dengan Tung. Ia didekati oleh Nguyễn Văn Nhung, penjaga Jenderal Dương Văn Minh. Saat ia ia mendekatinya, Tung berteriak "Ingatlah siapa yang memberikanmu bintang!"[15][31][32]

Pada tahap-tahap kudeta awal, para pemberontak memaksa Tung untuk memerintahkan pasukannya menyerah. Ini menandakan hanya Pasukan Penjaga Presidensial yang ditinggal untuk menjaga Istana Gia Long.[33][34] Pada pukul 16.45, dipaksa di bawah ancaman pistol untuk berbicara dengan Diệm melalui telepon, berkata kepada presiden bahwa ia telah berkata kepada pasukannya untuk menyerah. Minh memerintahkan Nhung untuk mengeksekusi loyalis Diệm. Tung gagal membujuk presiden untuk menyerah dan masih mengkomandani loyalitas pasukannya. Para jenderal lainnya hanya memiliki sedikit simpati, semenjak komandan pasukan khusus tersebut menyamarkan pasukannya memakai seragam ketenaraan dan menuduh para jenderal atas penyerbuan pagoda.[35][36] Para jenderal menyadari ancaman Tung; mereka telah membicarakan eliminasinya dalam rencana mereka,[37][38] dengan cara melakukan sebuah serangan melawan pasukan khususnya.[39]

Pada malam hari, ia dibawa dengan Mayor Lê Quang Triệu, saudara dan deputinya,[15][32] tangannya diikat, ditempatkan ke sebuah jip dan dibawa ke tepian pangkapan udara. Dipaksa untuk menjatuhkan diri ke dua liang tanah yang baru digali, kakak-beradik tersebut ditembak di makam mereka dan dikuburkan.[35] Kudeta tersebut berjalan lancar, dan pada keesokan paginya, Diệm dan Nhu ditangkap dan dieksekusi.[15][40]

Catatan

  1. ^ Karnow, p. 123.
  2. ^ a b Jones, p. 301.
  3. ^ a b Shaplen, p. 190.
  4. ^ Prochnau, p. 368.
  5. ^ Karnow, p. 307.
  6. ^ a b Langguth, p. 248.
  7. ^ a b Jones, p. 390.
  8. ^ a b Karnow, p. 309.
  9. ^ Jacobs, pp. 143-50.
  10. ^ a b Karnow, p. 317.
  11. ^ a b Jacobs, pp. 152-53.
  12. ^ Hammer, pp. 166-67.
  13. ^ Jones, pp. 299-309.
  14. ^ Maclear, Michael (1981). Vietnam: The Ten Thousand Day War. Methuen. hlm. 89–90. ISBN 0-423-00580-4. 
  15. ^ a b c d e f g Tucker, p. 227.
  16. ^ Prochnau, p. 411.
  17. ^ Karnow, p. 378.
  18. ^ Jones, p. 393.
  19. ^ Jacobs, pp. 163-64.
  20. ^ Jones, pp. 356-57.
  21. ^ Jones, p. 359.
  22. ^ Hammer, pp. 246-47.
  23. ^ a b Hammer, pp. 235-36.
  24. ^ Hammer, pp. 272-73.
  25. ^ Hammer, p. 282.
  26. ^ a b Karnow, p. 318.
  27. ^ Jones, pp. 398-99.
  28. ^ a b c Karnow, p. 319.
  29. ^ a b Sheehan, p. 368.
  30. ^ a b c Jones, p. 399.
  31. ^ a b Jones, p. 408.
  32. ^ a b Karnow, p. 321.
  33. ^ Jones, p. 410.
  34. ^ Hammer, p. 287.
  35. ^ a b Jones, p. 414.
  36. ^ Hammer, p. 290.
  37. ^ Karnow, p. 310.
  38. ^ Jones, p. 325.
  39. ^ Jones, p. 388.
  40. ^ Karnow, pp. 324-26.

Referensi

Templat:Krisis Buddha