Gaius Valerius Catullus84 SM – ±54 SM) ialah salah satu penyair Romawi yang paling terpengaruh. Karyanya masih dikaji secara meluas, dan pengaruhnya masih dapat dilihat dalam puisi kini dan bentuk seni yang lain.

Catallus

Biografi ringkas

Tidak banyak diketahui tentang kehidupan Catallus. Kebanyakan sumber, termasuk Suetonius dan penyair Ovid (Amores III.XV), sepakat bahwa ia dilahirkan di Verona atau tempat yang berdekatan, walalupun Bukit Palatium di Roma telah disebut sebagai satu kemungkinan locus nascendi (tempat kelahiran). Keluarganya adalah salah satu penunggang kuda di Verona, tetapi ia tinggal di Roma hampir sepanjang hidupnya. Pada tahun 57 SM, Catullus mengiringi kawannya, Memmius, ke Bithynia ketika Memmius dilantik sebagai propraetor di sana. Jabatan politik Catallus satu-satunya adalah sebagai kepercayaan gubernur Bithynia selama setahun.

Tidak diketahui dengan pasti kapan Catullus meninggal dunia. Sebagian sumber mengatakan bahwa ia meninggal akibat keletihan, ketika berumur tiga puluh tahun. Menurut tradisi, ia diperkirakan hidup dari tahun 84 SM hingga 54 SM; tahun-tahun ini didasarkan pada kilasan puisinya. Puisi-puisinya kemudian dihargai oleh para penyair dan cendekiawan, tetapi para politikus seperti Marcus Tullius Cicero benci akan karya Catullus disebabkan apa yang dikatakan ketakbermoralan karya-karyanya itu.

Catullus tidak pernah dianggap sebagai pengarang aliran resmi. Namun, ia amat mempengaruhi penyair-penyair berikutnya, termasuk Publius Ovidius Naso, Horatius, serta juga Virgil; setelah penemuan kembali karya-karyanya pada Abad Pertengahan, Catullus sekali lagi memperoleh peminat. Bagaimanapun, gaya penulisannya sering amat berterus terang dan mengejutkan banyak pembaca, baik kuno mahupun modern. Sehingga baru-baru ini, tidak mudah untuk mencari terjemahan yang sama eksplisit pada sejumlah puisinya. Namun, Jacob Rabinowitz telah memulihkan keadaan ini.

Puisi

Sumber dan pengaturan

Puisi-puisi Catullus telah dipelihara dalam tiga manuskrip yang disalin dari satu (atau dua) salinan manuskrip hilang yang ditemui sekitar tahun 1300. Ketiga manuskrip ini disimpan di Perpustakaan Negara di Paris, Perpustakaan Bodley di Oxford, dan Perpustakaan Vatikan di Roma. Manuskrip-manuskrip ini mencatat karya-karya Catullus dalam sebuah antologi yang terdiri dari 116 karmina. Antologi ini dapat dibagi atas tiga bagian yang resmi:

  • 60 puisi pendek dalam meter yang berbeda-beda, dan yang disebut polimetra;
  • 8 puisi yang lebih panjang; dan
  • 48 epigram.

Tidak ada kesepakatan di antara cendekiawan apakah Catullus sendiri menyusun puisi-puisinya atau tidak, walaupun sebagian cendekiawan memperdebatkan bahwa ialah yang menyusunnya. Puisi-puisi yang lebih panjang berbeda dengan polimetra dan epigram, bukan saja dari segi panjang tetapi juga dari segi kandungannya: Terdapat tujuh himne dan satu mini-epik, atau epilion yang merupakan bentuk yang amat dihargai oleh "para penyair baru".

Polimetra dan epigram dapat dibagi atas tiga kumpulan tema yang utama (tidak termasuk sejumlah puisi yang agak besar yang tidak dapat dikategorikan):

  • puisi-puisi kepada dan mengenai kawan-kawan (umpamanya, jemputan seperti puisi 13).
  • puisi-puisi erotis: sebagian mengenai kegemaran homoseksual (Catullus 50 dan 98), tetapi kebanyakan mengenai wanita, terutamanya "Lesbia" (puisi yang menghormati Sappho dari Lesbos, seorang penyair wanita yang merupakan sumber dan ilham bagi kebanyakan puisinya); para filolog telah berusaha untuk mencari jati diri Lesbia yang sebenarnya, dan banyak dari mereka telah menyimpulkan bahwa Lesbia ialah Clodia, saudari Publius Clodius Pulcher yang terdahsyat, serta seorang wanita yang melakukan persetubuhan secara gamblang, tetapi identifikasi ini didasarkan pada anggapan-anggapan yang agak lemah. Ke-116 puisi Catullus menunjukkan berbagai emosi terhadap Lesbia yang terkadang kelihatan bercanggah, termasuk cinta, kesedihan dan kekecewaan, serta sindiran yang pahit.
  • Caci maki: Sebagian puisi Catullus yang sering biadab dan terkadang betul-betul liar ditujukan kepada kawan-kawannya yang menjadi pengkhianat (umpamanya puisi 30) serta pecinta-pecinta Lesbia yang lain. Bagaimanapun, banyak penyair yang terkenal, politikus (seperti Julius Caesar), dan ahli pidato yang asyik berbahasa retorik, termasuk Cicero, juga dicerca. Bagaimanapun, kebanyakan puisi ini lucu, dan serangannya bisa disembunyikan dengan licik. Umpamanya, Catullus menulis sebuah puisi yang mengolok-olok seseorang keturunan bekas budak yang suka menunjuk-nunjuk, dan yang suka menekankan sebutan huruf "h" dalam ucapannya karena penambahan H yang tidak diperlukan kepada perkataan-perkataan seperti insidias (serang hendap) menyebabkannya berbunyi lebih mirip dengan orang Yunani terpelajar.
  • Belasungkawa: Sesetengah puisi Catullus sebenarnya bersifat serius. Puisi Catullus 96 menenangkan hati seorang kawan atas kematian orang kesayangannya (barangkali isteri atau perempuan simpanan), sedangkan banyak yang lain, terutamanya 101, meratapi kematian saudara yang disayangi.

Semua puisi ini menggambarkan tentang gaya hidup Epikurus yang diamalkan oleh Catullus dan kawan-kawannya yang hidup terasing dari bidang politik, walaupun Cattalus pernah menyandang jabatan politik sementara di Bithynia. Mereka lebih minat akan puisi dan cinta.

Di antara semua sifatnya, Catullus kelihatan mengutamakan venustus, atau daya tarik, dalam pergaulan dengan teman-teman, suatu tema yang dijelajahinya dalam sejumlah puisinya. Konsep Romawi Kuno terhadap virtus (kebaikan yang harus dibuktikan dengan karir politik atau militer) yang disarankan Cicero sebagai penyelesaian untuk masalah-masalah masyarakat Republik Romawi, tidak mempunyai banyak makna baginya dan teman-temannya. Bagaimanapun, apa yang ditolak Catallus bukannya tanggapan-tanggapan tradisional, tetapi cuma penggunaannya yang dimonopoli untuk vita activa politik dan perang. Sudah tentu, ia mencoba menemukan kembali tanggapan-tanggapan ini dari sudut pandangan pribadi untuk memperkenalkannya dalam interaksi manusia. Umpamanya, ia mempergunakan kata fides yang secara tradisi bermaksud "kesetiaan kepada sekutu politik" kepada hubungannya dengan Lesbia dan mentafsirkan kembali perkataan itu sebagai "kesetiaan cinta yang tidak bersyarat". Oleh itu, walaupun gaya hidupnya kelihatan gemar bersuka ria, Catullus mengukur diri dan kawan-kawannya dengan standar-standar yang agak ambisius.

Pengaruh intelektual

Puisi Catullus amat dipengaruhi oleh neoteroi, atau "penyair baru" Yunani. Callimachus mempengaruhi Catullus dengan gaya puisi barunya yang sengaja menyimpang dari puisi epik klasik dalam tradisi Homerus. Catullus dan Callimachus tidak menggambarkan ciri-ciri pahlawan dan dewa yang menakjubkan (kecuali mungkin dalam penilaian kembali dan dalam keadaan yang lebih bersifat seni, seperti puisi 63 dan 64), tetapi sebaliknya menumpukan kepada tema pribadi yang kecil. Walaupun terkadang, puisi-puisi Catullus kelihatan dangkal dan perkara-perkaranya sering hanya mengenai perkara harian, karya-karya itu menjadi karya seni yang ulung. Ia menggambarkan karyanya sebagai ekspolitum (halus) untuk menunjukkan bahwa bahasa yang digunakannya ditulis secara artistik serta dengan teliti.

Catullus adalah peminat Sappho, penyair wanita abad ke-7 SM, dan karya-karya Catullus adalah sumber untuk kebanyakan yang kita tau atau dapat membuat kesimpulan tentang Sappho. Catullus 51 ialah terjemahan Sappho 31, dan Catullus 61 serta 62 sudah pasti diilhami oleh dan mungkin juga diterjemahkan secara langsung dari karya-karya Sappho yang hilang. Catullus 61 dan 62 ini adalah epitalamium, sejenis puisi perkawinan berupa pujian atau erotik di mana Sappho menjadi terkenal dari situ tetapi tidak lagi populer dalam abad-abad berikutnya. Catullus terkadang menggunakan meter yang dikembangkan oleh Sappho dan yang disebut strofa Sappho. Sebenarnya, ia mungkin menyebabkan sebagian besar pemulihan bentuk puisi ini di Roma.

Gaya

Catullus menulis di sejumlah meter termasuk bait hendekasilabik dan elegi (umum dalam puisi cinta). Semua puisinya menunjukkan emosi yang kuat dan terkadang liar dalam memperingati Lesbia. Ia juga menunjukkan rasa humor yang tinggi seperti dalam Catullus 13.

Banyak teknik sastra yang digunakannya masih umum sekarang, termasuk hiperbaton: plenus saculus est aranearum (Catullus 13), yang diterjemahkan sebagai 'dompet[ku] penuh - jaring laba-laba.' Ia juga menggunakan anafora mis. Salve, nec minimo puella naso nec bello pede nec... (Catullus 43) ('hai, gadis yang berhidung tak begitu pendek dan berkaki tak begitu molek dan...') selain juga trikolon dan aliterasi. Ia juga amat menyukai diminutif seperti dalam Catullus 50: Hestero, Licini, die otiose/multum lusimus in meis tabellis – 'Kemarin, Licinius, adalah hari luang/melakukan banyak permainan di buku catatan kecilku'.

Catullus dalam budaya populer

Novel epistolar Ides of March karya Thornton Wilder berpusat pada Julius Caesar, namun utamanya menampilkan Catullus, puisinya, hubungannya (dan surat menyurat) dengan Clodia, surat menyurat dari keluarganya dan penggambaran kematiannya. Puisi-puisi Catullus dan bagian penutup oleh Suetonius adalah satu-satunya dokumen dalam novel itu yang tak dibayangkan.

Catulli Carmina ialah kantata karya Carl Orff pada teks-teks Catullus.

Album tahun 2002 karya musikus dan komponis Islandia Jóhann Jóhannsson Englabörn (daftar lagu) memuat lagu "Odi Et Amo", berlatar puisi Catullus 85 pada musik itu.

Musikal TULLY (In No Particular Order), yang muncul dalam Festival Teater Musik New York 2007 salah mengadaptasi puisi Catullus saat menyimpan struktur non-linear edisi yang diterbitkan, menjelajahi hubungannya dengan Clodia dan Juventius, dinamai kembali Julie, dan sifat memori dan cinta yang abadi.

Lihat juga

Karya-karya

Pranala luar