Letnan Kolonel KKO (Anumerta) Engelbert Willem Antonius Pangalila (atau EWA Pangalila), Adalah seorang perwira menengah KKO (sekarang Korps Marinir), TNI Angkatan Laut. Lulus dari Akademi Angkatan Laut, Surabaya Angkatan V dan lulus No.1. awalnya ia ber-Korps Suplai (Nrp. 904/P) satu angkatan dengan mantan Dankormar Mayjen TNI (Mar) Muntaram, Mayor KKO (Anumerta) Sutedi Senoputro. Kariernya sebagai Prajurit KKO dimulai ketika pecahnya peristiwa pemberontakan PPRI Permesta jugab ikut aktif dalam operasi Alugoro yaitu penumpasan gerombolan gerombolan DI/TII di Jawa Barat dan Aceh.[1][2]

E.W.A Pangalila
Berkas:Ewa Pangalila.jpg
Informasi pribadi
Meninggal16 Februari 1967
 Indonesia Manado
AlmamaterAkademi Angkatan Laut Angkatan V (1958)
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Laut
Masa dinas1958-1967
Pangkat Letnan Kolonel
SatuanKKO (Korps Marinir)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

E.W.A Pangalila adalah seorang pelopor dari pembentukan Sekolah Perang Khusus KKO (Serangsus) di Kesatrian Gunungsari Surabaya. Daerah latihannya meliputi Baluran, Pantai Meneng Banyuwangi. Juga ikut aktif dalam proyek berdikari KKO di Lampung dan menjabat sebagai Koordinator Propal. Ia termasuk komandan Serangsus yang masih muda dan termasuk salah seorang dari empat orang KKO yang mendapat pendidikan Para di Sekolah Para (Separa) Kopasandha (sekarang Kopassus di Batujajar pada tahun 1960. pada tahun 1962 dia juga lulus Advance Course di US Marine Coprs Amerika.

Biografi

Berkas:Letnan KKO E.W.A Pangalila.jpg
Dua orang penerjun KKO Mayor KKO E.W.A Pangalila (berdiri kiri) Letnan KKO Untung Suratman (berdiri kanan) Tahun 1960

Pada saat memuncaknya konflik yang terjadi di Indonesia pada era 60-an, seluruh warga ALRI umumnya KKO khususnya telah dikejutkan dengan berita gugurnya Mayor KKO E.W.A Pangalila akibat kecelakaan pesawat Electra GIA "Candi Borobudur" pada 16 Febuari 1967 di daerah Mapanget Manado. Kepergian Almarhum ke Manado saat itu adalah dalam rangka penugasan kegiatan civic mission KKO AL. Dengan gugurnya Mayor KKO E.W.A Pangalila maka ALRI (sekarang TNI AL) umumnya dan KKO khususnya merasa kehilangan seorang perwira yang telah cukup banyak jasanya dalam membina dan mengembangkan Koprs terutama dibidang ke PARA-an. Almarhum adalah seorang perwira yang menunjukkan prestasi yang tidak kecil nilainya baik di dalam kehidupan militer maupun masyarakat biasa.

Karena jasa pengabdiannya kepada negara dan bangsa juga kepada ALRI atas keputusan Panglima KKO Letjen KKO Hartono, jenasah almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Surabaya dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat lebih tinggi menjadi Letnan Kolonel KKO penuh. Sedangkan untuk mengenang jasa jasanya nama E.W.A Pangalila diabadikan menjadi nama "Kesatrian Marinir Ewa Pangalila Bhumi Marinir Gunung Sari", Surabaya berdasarkan Surat Keputusan Panglima Korps Komando Angkatan Laut Tanggal 26 April 1967. No: 11101.1. dan nama "Rumah Sakit Marinir Ewa Pangalila" di daerah Gunung Sari, Surabaya, Jawa Timur.

Menyelamatkan Dua Penumpang

Sebagai seorang militer E.W.A Pangalila telah berhasil dalam usahanya untuk tetap survive. Pada saat pesawat terbang Electra "Candi Borobudur" dalam keadaan bahaya, almarhum telah meloncat dari pintu darurat untuk menyelamatkan diri. Tetapi teriakan para ibu dan anak yang meminta pertolongan membuat ia tidak bisa diam begitu saja. Akhirnya iapun kemudian masuk kembali ke pesawat untuk menolong penumpang yang masih berada di dalam pesawat dan berhasil menyelamatkan seseorang yang mengaku bernama Drs. Samsu dan seorang wartawan asal Jepang.

Pada detik-detik terakhir ketika maut hendak merengut nyawanya adalah ketika E.W.A Pangalila ingat bahwa di dalam pesawat masih ada iparnya yaitu Ny. Pangalila istri Kepala Staf Kodamar V Letkol Laut Pangalila yang bersama sama almarhum hendak pulang ke Manado. Namun nasib berkata lain, Mayor KKO E.W.A Pangalila akhirnya gugur bersama ipar dan dan penumpang lainnya di dalam satu pesawat.

Referensi