Krisipos (mitologi)
Chrisyppus dari Soli (kota yang terletak di sebelah selatan Turki), (Yunani Kuno: Χρύσιππος ὁ Σολεύς, Chrysippos ho Soleus) adalah seorang pemikir terpenting dan pelaku mazhab filsafat Stoa.[1][2][1][3][4] Sumbangan yang paling diingat dari Chysippus selain sebagai filsuf adalah bahwa ia merupakan seorang astronom pada masa Ptomely II, seorang raja Yunani yang memerintah di Mesir.[3] Kelahiran dan kematian Chrysippus agaknya tidak begitu pasti, ada yang mengatakan dia lahir pada tahun 279 SM dan meninggal pada 206 SM.[2] Nama Chrisippus berarti kuda emas, bermarga Kilikian, sebuah marga dari kumpulan bangsa Semit.[3] Menurut Apollodorus dari Athena dalam teks (ap. Diogenes Laërtius, vii. 184), Chrysippus meninggal pada usia ke 73, ketika pertunjukan Olimpiade ke-143 yang diadakan diadakan pada tahun 208–204 SM.[1] Versi lain mengatakan, menurut teks dari Diogenes Laertius, ia meninggal usia 73 tahun (28o SM-207 SM).[2] Dari kota asalnya Soli, Cilicia, Tarsus, Chrysippus pergi ke Athena setelah menghilangkan barang milik ayahnya yang tidak diketahui,untuk belajar filsafat di bawah asuhan Cleanthes dari Assos di sekolah Stoa (Sekolah yang didirikan oleh Zeno dari Citium).[5][2] Peran besar dari Chrisippus adalah tentang perjuagannya melawan doktrin ajaran Aristoteles dengan pendekatan logika dan pendekatan moral serta teologi[2]Ketika Cleanthes meninggal, kira-kira 230 SM, Chrysippus menjadi kepala sekolah ketiga.[5]
Chrysippus of Soli | |
---|---|
Lahir | c. 279 BC Soli, Cilicia |
Meninggal | c. 206 BC (aged 73) Athens |
Era | Ancient philosophy |
Kawasan | Western Philosophy |
Aliran | Stoicism |
Minat utama | Logic, Physics, Ethics |
Gagasan penting | Formulated Stoicism into a definitive system |
Dipengaruhi | |
Memengaruhi
|
Ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Chrysippus meninggal dibunuh oleh ayahnya sendiri yang bernama Pelops.[2] Pelops sendiri adalah warga imigran dari Tarsus yang kemudian tinggal di Solicia.[1]
Kepribadian
Ketika Chrysippus menghadiri kuliah Aristo, ia dikenal sebagai orang yang sederhana dan tidak berbelit dengan doktrin yang sulit dipahami (ruwet).[1] Ia pernah berkata, "Jika aku mengikuti ajaran yang begitu ruwet, lebih baik aku tidak belajar filsafat.[1] Chrysippus memang terkenal sangat percaya diri dengan kemampuannya, sehingga ketika ada seorang bapak bertanya padanya tentang anaknya harus belajar kepada siapa, Chrysippus menjawab, "Aku. Seandainya ada yang lebih baik dariku, aku akan datang padanya untuk berguru."[1] Artinya, seseorang dapat belajar kepada siapa saja yang memiliki ilmu lebih tinggi, dan saat itu, Chrysippus jelas lebih tinggi ilmunya dibanding si anak yang mau belajar itu.[1]
Tentang kedekatannya dengan Cleanthes sebagai guru, hal ini agak membingungkan.[1] Di satu sisi ia terkenal begitu mengecam Cleanthes, tapi juga dikatakan bahwa Cleanthes sering melindunginya dari para filsuf yang sok tau yang sering mencari Chrysippus dengan sikap yang tidak ramah padanya.[1] Hal ini menunjukkan bahwa Chryssipus tampaknya begitu diakui oleh gurunya, sehingga ia -walaupun tidak sepandangan- tetap dilindungi dan dihormati.[1]
Poisonius (seorang tokoh lain dari Mazhab Stoa) mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih ahli dalam bidang dialektika ketimbang Chryssipus.[1] Cicero (seorang negarawan Romawi) menjulukinya sebagai tokoh yang cerdas tajam, dan tidak ada filsuf yang lebih memuaskan daripada Chrysippus.[1]
Karya dan Pemikiran
Dari seluruh buku tentang Stoikisme, 90% ditulis oleh Chrysippus[3], terdapat kurang lebih 705 buku.[1] Beberapa perhatian dan dedikasi tentang dunia astronomi menjadi dasar dari doktrin Stoa.[3][4] Buku-buku itu di antaranya adalah, On the Cosmos, On Nature, On the Void, On Motion.[3] Tanpa Chrysippus, barangkali Stoa juga tidak bertahan, atau bahkan tidak akan pernah dikenal orang.[4] Seluruh pemikiran Stoa agaknya tidak pernah mengabaikan teori yang ia tuliskan, baik itu pada diri Epictetus, Cicero, maupun tokoh-tokoh "Stoa Akhir" seperti Lucius Annaeus Seneca, dan Marcus Aurelius.[4]
Bagi Chrysippus, elemen pertama yang ada adalah api, lalu dia bermutasi menjadi air, tanah, udara, dan akhirnya kembali ke api.[3] Ini merupakan dasar semua proses elemen-eleman lainnya.[3]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n (Inggris)Josiah B. Gould., Leiden, 1970., Hal. 7-9
- ^ a b c d e f (Inggris) Murray Walton., A Dictionary of Greek and Roman biography and mythology, London: Pottiswoode and Co., Hal. 740-141
- ^ a b c d e f g h (Inggris)Paul. T Keiser.,(editor: Thomas Hockey) Biographical Encyclopedia of Astronomers (Google eBuku), New York: Spinger, 2007, Hal. 234
- ^ a b c d (Inggris)Edward Craig., Routledge Encyclopedia of Philosophy, London: Routledge, 1998. Hal. 345
- ^ a b (Inggris) Samuel Enoch Stumph., Socrates to Sartre: A History of Philosophy,New York: McGraw-Hill, Inc, 1966, Hal. 119