Contagion
Contagion adalah sebuah film thriller bencana Amerika tahun 2011 yang disutradarai oleh Steven Soderbergh. Film ini dibintagi oleh Marion Cotillard, Bryan Cranston, Matt Damon, Laurence Fishburne, Jude Law, Gwyneth Paltrow, Kate Winslet, dan Jennifer Ehle. Alur cerita Contagion yakni mendokumentasikan penyebaran sebuah virus berbahaya dan upaya dari para peneliti medis dan petugas kesehatan untuk mengidentifikasi penyakit tersebut, serta pada akhirnya pengenalan vaksin untuk menghentikan penyebarannya.
Contagion | |
---|---|
Sutradara | Steven Soderbergh |
Produser | Michael Shamberg Stacey Sher Gregory Jacobs |
Ditulis oleh | Scott Z. Burns |
Pemeran | Marion Cotillard Matt Damon Laurence Fishburne Jude Law Gwyneth Paltrow Kate Winslet |
Penata musik | Cliff Martinez |
Sinematografer | Steven Soderbergh (sebagai Peter Andrews) |
Penyunting | Stephen Mirrione |
Perusahaan produksi | |
Distributor | Warner Bros. Pictures |
Tanggal rilis |
|
Durasi | 106 menit |
Negara | Amerika Serikat |
Bahasa | Inggris |
Anggaran | $ 60 juta |
Pendapatan kotor | $ 135,5 juta[1] |
Soderbergh dan penulis skenario Scott Z. Burns telah berkolaborasi pada film The Informant! (2009). Setelah film tersebut rilis, Burns berusaha mewujudkan idenya untuk memproduksi film thriller medis yang menggambarkan penyebaran cepat sebuah virus, di mana hal itu terinspirasi dari berbagai pandemik yang terjadi seperti epidemi SARS pada tahun 2003 dan pandemi flu tahun 2009. Untuk menyusun persepsi yang akurat dari peristiwa pandemi, Burns berkonsultasi dengan perwakilan dari Organisasi Kesehatan Dunia serta dari beberapa ahli medis seperti W. Ian Lipkin dan Lawrence "Larry" Brilliant. Proses syuting film ini dimulai di Hong Kong pada bulan September 2010, dan dilanjutkan di Chicago, Atlanta, London, Jenewa, dan San Francisco sampai Februari 2011.
Contagion ditayangkan perdana di Festival Film Venesia ke-68 di Venice, Italia pada tanggal 3 September 2011, dan dilanjutkan dengan rilis secara umum pada 9 September. Film ini diterima dengan baik oleh para kritikus, yang memuji narasi dan penampilan dari para aktor dan aktris. Film ini juga diterima dengan baik oleh para ilmuwan, yang memuji akurasinya. Secara komersial, film ini sukses, dengan anggaran sebesar $ 60 juta, Contagion mampu meraup pendapatan $ 135 juta.
Alur
Pulang dari kunjungan bisnis di Hong Kong, Beth Emhoff datang ke Chicago untuk menemui mantan pasangannya sebelum pulang ke keluarganya di wilayah Minneapolis. Ia nampak bersuhu dingin saat kunjungannya. Putra berusia enam tahunnya dari perkawinan sebelumnya, Clark, juga tertular dan diliburkan. Kondisi Beth memburuk dan dua hari kedua, ia pingsan dengan keadaan mengenaskan. Suaminya, Mitch, membawanya ke rumah sakit, namun ia meninggal karena sebab yang tak diketahui.
Mitch pulang ke rumah dan menemukan bahwa Clark juga meninggal akibat infeksi yang sama. Mirch ditempatkan dalam isolasi namun nampak kebal terhadap penyakit tersebut. Ia dibebaskan dan pulang ke rumah dengan putri remajanya Jory, meskipun ia tak menyadari bahwa putrinya mewarisi kekebalannya. Ia memutuskan untuk singgah dengan ayahnya, semenjak ia tinggal sendirian. Mitch berjuang untuk melindungi putrinya dari resiko infeksi, meskipun menyadari bahwa istrinya tak mempercayainya sebelum kematiannya. Meskipun demikian, setiap orang yang telah kontak dengan Emhoff mulai menyebarkan penyakit tersebut ke seluruh dunia.
Di Atlanta, para perwakilan Departemen Keamanan Dalam Negeri bertemu dengan Dr. Ellis Cheever dari CDC dan mengekspresikan kekhawatiran bahwa penyakit tersebut adalah serangan teror senjata biologi pada akhir pekan Thanksgiving. Dr. Cheever mengundang Dr. Erin Mears, seorang pejabat Epidemic Intelligence Service, ke Minneapolis untuk memulai penyelidikan. Mears mendakwa perebakan AS kepada Emhoff, sesampil juga menjalin kesepakatan dengan para birokrat lokal yang awamnya kurang merniat untuk tanggap kesehatan masyarakat yang sebenarnya. Setelah berhasil menghimpun kamp-kamp triage di tempat-tempat besar, Dr. Mears tertular. Evakuasinya tertunda, karena bandar udara mulai ditutup dalam antisipasi karaktina. Ia kemudian meninggal dan dikubur dalam pemakaman massal. Makin banyak orang yang tertular tanpa disadari, tatanan sosial mulai berantakan, dengan orangorang menjarah toko-toko dan rumah-rumah. Presiden AS pindah ke bawah tanah sementara layanan-layanan darurat mengalami kenihilan dan tak ada tanggapan lebih lanjut. Mirch dan Jory berniat untuk kabur ke Wisconsin, namun perbatasannya ditutup.
Di CDC, Dr. Ally Hextall menyatakan bahwa virus tersebut adalah campuran material genetik dari virus babi dan kelelawar. Usaha terhadap penyembuhan terhambat karena para ilmuwan tak dapat menemukan kultur sel pada pertumbuhan Meningoencephalitis Virus One (MEV-1) yang baru dinamai.
Profesor UCSF Dr. Ian Sussman melanggar autran dari CDC untuk menghancurkan sampel-sampelnya, dan pada Hari ke-12, dengan lebih dari 8 juta orang tertular di seluruh dunia, mengidentifikasikan kultur sel MEV-1 yang terpakai menggunakan sel-sel kelelawar. Hextall memakai kesempatan tersebut untuk mulai mengerjakan vaksin. Para ilmuwan lain menyatakan bahwa virus tersebut disebarkan oleh fomites dengan angka reproduksi dasar dari empat saat virus tersebut bermutasi, memproyeksikan bahwa satu dari dua belas orang dari populasi dunia akan terinfeksi, dengan tingkat kematian 25-30%.
Pembuat teori konspirasi Alan Krumwiede memposkan video-video tentang virus tersebut blog populernya. Dalam satu video, ia menunjukkan dirinya sendiri sakit dan kemudian mengklaim bahwa ia sembuh memakai penyembuhan homeopathik yang berasal dari forsythia. Dalam kepanikan, orang-orang mencari forsythia di apotek-apotek.
Klaim-klaim Krumwiede meraih perhatian nasional. Dalam wawancara televisi, ia menyatakan bahwa Dr. Cheever diam-diam menasehati tunangannya untuk meninggalkan Chicago tepat sebelum kota tersebut dikarantina. Cheever memberitahukan bahwa pemerintah akan menyelidiki dan mendakwanya karena membocorkan informasi. Kemudian, Krumwiede diketahui berbohong bahwa ia tertular dalam upaya meningkatkan laba untuk pembayaran pagar yang ia dapatkan dari nasehat obat, yang secara acak ia katakan adalah forsythia. Krumwiede ditangkap karena konspirasi, pemalsuan keamanan, dan pembunuhan tak berencana, namun dibebaskan saat beberapa pendukungnya berhasil mengumpulkan dana untuk menyediakan jaminannya.
Memakai virus teratenuasi, Dr. Hextall mengidentifikasikan vaksin yang memungkinkan. Untuk memotong proses uji coba yang panjang, ia mencobanya pada diri sendiri dengan vaksin eksperimental dan mengunjungi ayahnya, seorang doktor yang terserang MEV-1 setelah ia menolak untuk berhenti mengobati para pasien saat perebakan tersebut. Hextall tak tertular MEV-1 dan vaksin tersebut meraih kesuksesan.
Pada tingkat produksi penuh, vaksin tersebut tak dapat disuplai dalam tawaran yang diminta, sehingga CDC melakukan vaksinasi melalui lotere berdasarkan pada tanggal lahir; hal tersebut memutuskan waktu setahun penuh untuk rampung. Para penerima pertama, dokter, dan pihak lainnya yang dimajukan oleh pemerintah divaksinasi berdasarkan pada lotere. Dr. Cheever memberikan vaksinasi cepatnya kepada putra Roger, seorang karyawan CDC yang mendengar panggilan telepon Dr. Cheever yang memperingatkan pacarnya untuk meninggalkan Chicago. Sementara itu, Mitch dan Jory bersatu kembali dengan harapan kehidupan akan kembali normal.
Pada hari pembukaan, Dr. Leonora Orantes, seorang pakar epidemiologi WHO, datang ke Hong Kong untuk mendatangi Beth Emhoff. Ia bekerjasama dengan Sun Feng dan pakar epidemiologi lokal lainnya dan petugas kesehatan umum; mereka mengidentifikasikan Emhoff sebagai pasien nol, dengan video keamanan menunjukkannya sebagai kontak umum dengan tiga korban berikutnya yang diketahui di sebuah kasino Makau. Sebelum ia pulang, Feng menculik Orantes untuk memakainya sebagai sandera untuk mendapatkan dosis vaksin (pencegahan) MEV-1 untuk desanya. Selama berbulan-bulan, Orantes tinggal dengan para penduduk desa sampai vaksin diumumkan. Feng menukar Orantes dengan vaksin yang dibutuhkan untuk desanya. Saat koleganya menyatakan bahwa penculikan serupa merebak, dosisnya adalah palsebo, Orantes memutuskan kembali untuk memperingkatkan para penduduk desa, menunjukkan Sindrom Stockholm.
Pada Hari ke-26, jumlah kematian mencapai sekitar 2.5 juta di AS, dan 26 juta di seluruh dunia. Penemuan, produksi dan pengiriman awal dari vaksin tersebut berlangsung sampai Hari ke-133, dengan vaksinasi berjalan sampai setidaknya Hari ke-500. Jumlah kematian akhir tak disebutkan.
Dr. Hextall menempatkan sampel MEV-1 dalam penyimpanan sriogenik, bersama dengan sampel H1N1 dan SARS.
Sumber virus tersebut dibongkar ke para penonton. Sebuah bulldozer (secara kebetulan, dioperasikan untuk perusahaan dimana Emhoff bekerja) menggunduli beberapa hutan dan mengganggu beberapa kelelawar, dengan satu ekor menemukan tempat persinggahan dan makan di pohon pisang. Kelelawar tersebut kemudian terbang ke kandang babi, menjatuhkan potongan pisang dari mulutnya, yang kemudian dimakan oleh seekor babi. Seorang chef dari kasino Makau memilih babi tersebut dan didatangkan ke kasino tersebut. Saat ia menangani pengolahan di dapur, mempersihkan jeroan dengan tangannya, ia hanya membersihkan tangannya saat dipanggil untuk menemui seorang pelanggan – Beth Emhoff. Chef tersebut berjabat tangan dengan Beth (Mitch nampak berjabat tangan di kameranya pada adegan sebelumnya), menularkannya campuran virus kelelawar dan babi, membuat chef tersebut menjadi pasien nol dan Beth menjadi kasus kedua.
Pemeran dan karakterisasi
- Marion Cotillard sebagai Dr. Leonora Orantes, seorang pakar epidemiologi dari Organisasi Kesehatan Dunia
- Tujuan utama Orantes adalah mencari asal muasal patogen MEV-1. Cotillard, seorang penggemar dari karya Soderbergh, mula-mula bertemu dengan sutradaranya di Los Angeles, California.[2] Aktris Perancis tersebut berminat dengan naskahnya karena ia "sangat tertarik dengan kuman. Ia selalu menjadi ... terkejut, dalam suatu cara, oleh semua penyakit tersebut. Sehingga ... ini benar-benar suatu hal yang benar-benar membuatku tertarik."[2] Soderbergh berkata bahwa Orantes "diturunkan dalam situasi dan menghadapi masalah budaya serta saintifik yang terkadang terjadi", dan menyatakan bahwa ia memiliki sebuah sikap yang "profesional", "terkenali", dan "bersemangat", meskipun "beberapa hal yang terjadi padanya sepanjang cerita menyebabkan perubahan emosional yang signifikan."[3]
- Matt Damon sebagai Mitch Emhoff
- Damon memandang karakternya sebagai perwujudan dari "setiap orang"—seorang individual yang nampak sebagai "salah satu wajah manusia dari supervirus" setelah kematian istri dan putra tirinya.[3] Soderbergh juga menyatakan bahwa Mitch adalah "orang biasa" yang kurang memiliki pengetahuan medis dan saintifik,[3] meskipun berada di situasi yang dinamis dan dihadapkan dengan tantangan dari sutradara tersebut, karena ia menyoroti bahwa Emhoff akan menjadi karakter satu dimensional. Soderbergh merasa bahwa Doman memahami konsepnya dan mengalamatkan perhatian para produsernya. "Kau tak pernah mendorongnya berperan", kataSoderbergh. "Tak ada vanitas, tak ada kepercayaan diri dalam penampilannya; ini jika saat kamera tak ada disana."[3] Penulis Scott Z. Burns mengirimkannya salinan naskah dengan tulisan "bacalah dan kemudian cuci tanganmu" yang disematkan kepadanya. Damon berkata: "Aku benar-benar ingin berada di film tersebut. Ini luar biasa, mengalir, benar-benar terbaca cepat dan benar-benar menarik dan benar-benar mencekam, namun memutuskan untuk benar-benar menyentuh."[4]
- Laurence Fishburne sebagai Dr. Ellis Cheever
- Soderbergh mendorong kemampuan Fishburne untuk memerankan sebuah figur empatik dan asertif dalam film-film sebelumnya.[3] Bagi Fishburne, Cheever adalah seorang dokter yang "cerdas dan kompeten" yang seringkali memajukan "suara akal budi".[3] Saat ia membandingkannya dengan W. Ian Lipkin, seorang pakar virologi dan profesor di Columbia University,[5] kompleksitas karakter tersebut tak tertonjol bagi pemeran tersebut. Fishburne menyatakan, "Sifat personal yang aku miliki sebagai Ellis Cheever adalah membujuk tunanganku, kemudian istriku, Sanaa Lathan, untuk keluar dari kota, untuk pergi, untuk berkemas, untuk tak berbicara. Itu benar-benar mudah. Manusia manapun yang berada di situasi tersebut akan melakukannya, kupikir."[6]
- Jude Law sebagai Alan Krumwiede
- Krumwiede adalah seorang pembuat teori konspirasi yang, menurut Law, adalah pasien indeks untuk "apa yang menjadi epidemik paralel dari ketakutan dan kepanikan".[3] "Kami secara tersirat menginginkannya untuk memiliki kemampuan mesianik", kata Soderbergh, yang Law katakan saat proses pembuatan karakter tersebut. Keduanya mendiskusikan penampilan dan perilaku pembuat teori anti-pemerintah yang khas.[3] Produser Gregory Jacobs menyatakan bahwa "kepentingan tersebut tak benar-benar sempurna baginya. Apakah pemerintah benar-benar menyembunyikan suatu hal dan mengerjakan pengobatan herbal yang ia katakan tentang pekerjaan yang sebenarnya? Aku pikir mereka semua menduga pada suatu kali atau lainnya bahwa mereka tak meraih kebenaran sepenuhnya, dan bahwa dalam esensi tersebut, Krumwiede mewakili sudut pandang penonton."[3]
- Gwyneth Paltrow sebagai Elizabeth "Beth" Emhoff
- Seorang "wanita karir", seperti yang dideskripsikan oleh Paltrow, Elizabeth adalah figur utama dalam proses detektif tersebut. Disamping menjadi salah satu korban pertama dari virus tersebut, Paltrow meyakini bahwa Elizabeth meraih "keberuntungan", karena ia menganggap bahwa orang-orang yang bertahan hidup dari penyakit tersebut menghadapi kondisi baru yang menyulitkan dari kehidupan sehari-hari, seperti mencari makan dan air bersih.[3] Saat berada di Hong Kong, Paltrow diminta oleh Soderbergh untuk mengambil foto-foto yang dipakai dalam film tersebut, dan membujuk agar ia bersikap aprehensif terhadap penugasan tersebut. "Aku benar-benar menjadi wisatawan lain yang mengambil gambar-gambar", katanya, dan menyatakan, "Aku merasakan tekanan kecil. Saat Steven Soderbergh memberikanku tugas foto, kau benar-benar kembali dengan suatu hal yang diturunkan."[3]
- Kate Winslet sebagai Dr. Erin Mears, seorang pejabat Epidemic Intelligence Service
- Dalam meriset karakternya, Winslet mengunjungi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, Georgia, dimana ia berkonsultasi dengan para pejabat lama dan saat ini dari Epidemic Intelligence Service untuk meraih penglihatan tak hanya pada kehidupan keseharian, namun pada jenis orang yang dikualifikasikan untuk pekerjaan tersebut. "Terdapat orang-orang yang dapat dikirim ke zona-zona perang dimana terdapat perebakan virus baru. Kekhawatiran bukanlah tanggapan. Jika mereka merasakannya, mereka belajar untuk menekannya."[3] Winslet merasa bahwa Mears dapat mengirim epidemik tersebut "turun ke tingkat kaum awam" sehingga penonton dapat mengerti cangkupannya tanpa melibatkan sains dalam ceritanya.[3][7]
- Jennifer Ehle sebagai Dr. Ally Hextall, seorang ilmuwan riset dari Centers for Disease Control and Prevention
- Soderbergh melihat penampilan Ehle dalam film Michael Clayton (2007), meskipun dipotong sebelum perilisan film tersebut, dan membuatnya memberikannya peran dalam Contagion. Ia "telah mengenal siapa Jennifer dalam waktu yang lama, dan ini tak mengambil tempat pertimbangan, sejujurnya".[6]
- Elliott Gould sebagai Dr. Ian Sussman
- Seorang ilmuwan riset di University of California San Francisco, sebuah kampus kedokteran, Sussman mengidentifikasikan kultur sel yang dapat menumbuhkan virus tersebut.
- Chin Han sebagai Sun Feng
- Han berkata soal perkembangan karakternya: "Ia dimulai sebagai seorang penekan tombol, serius ... pejabat pemerintah, dan kemudian saat film tersebut berjalan ... kau menemukan sebuah sisi berbeda darinya dan agenda rahasianya."[8]
- Bryan Cranston sebagai Laksamana Muda Lyle Haggerty, United States Public Health Service Commissioned Corps
- John Hawkes sebagai Roger, karyawan CDC dan bawahan Dr. Cheever
- Dan Flannery sebagai ayah Hextall
- Anna Jacoby-Heron sebagai Jory Emhoff, putri Mitch Emoff
- Brian J. O'Donnell sebagai Andrew, pacar Jory
- Josie Ho sebagai saudari Li Fai
- Sanaa Lathan sebagai Aubrey Cheever, tunangan Dr. Cheever
- Demetri Martin sebagai Dr. David Eisenberg, kolega CDC dari Dr. Hextall
- Armin Rohde sebagai Damian Leopold, seorang pejabat WHO
- Enrico Colantoni sebagai Dennis French, seorang pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri
- Larry Clarke sebagai Dave, seorang petugas kesehatan Minnesota yang bekerja dengan Dr. Mears
- Monique Gabriela Curnen sebagai Lorraine Vasquez, seorang jurnalis percetakan di San Francisco
- Amr Waked sebagai Rafik
- Matt Motyka sebagai pekerja pengubur jenazah Minnesota
Produksi
Konsepsi dan penulisan
Terdapat sebuah adegan dalam The Informant! dimana Matt (Damon) menyaksikan perbincangan karakter Scott Bakula di telepon dan Scott batuk di telepon tersebut, dan prasangka saat Matt berkata 'Oh, bagus, sekarang apa yang terjadi? Ia sakit dan saat aku tertular, anak-anakku juga tertular.' Aku selalu terbius oleh perkataan tersebut, sehingga aku berkata kepada Steven, "Aku ingin membuat sebuah versi cerita seru yang diminati dari sebuah film pandemik' dan ia berkata 'Bagus! Mari lakukan.'
Scott Z. Burns.[5]
Upaya-upaya untuk membuat Contagion bermula dari kolaborasi Burns dengan Soderbergh dalam film The Informant! (2009).[5] Keduanya awalnya berencana membuat film biografi tentang Leni Riefenstahl, seorang tokoh dalam sinema Jerman pada 1930an dan figur dalam kebangkitan Partai Nazi. Soderbergh kemudian mengkontak Burns untuk menunda proyek tersebut, karena ia menganggap bahwa film tentang Riefenstahl memerlukan usaha untuk memikat audien.[5] Berintrik dengan bidang transmisi, Burns menyatakan bahwa mereka sebagai gantinya membuat sebuah film yang berpusat pada sebuah situasi pandemik—"sebuah versi cerita seru yang diminati dari film pandemik". Tujuan utamanya adalah untuk membangun sebuah cerita seru medikal yang "benar-benar terasa seperti apa yang dapat terjadi".[5]
Burns berkonsultasi dengan Lawrence "Larry" Brilliant, yang dikenal atas karyanya tentang campak untuk mengembangkan sudut pandang akurat dari peristiwa pandemik.[5] Ia menyaksikan salah satu presentasi TED dari Brilliant, dimana ia menjadi terbius, dan menyadari bahwa "sudut pandang orang-orang dalam bidang tersebut tidaklah 'jika ini terjadi', 'Kapan ini terjadi?'"[5] Brilliant mengenalkan Burns ke spesialis lainnya, W. Ian Lipkin. Dengan bantuan para dokter tersebut, para produser dapat meraih sudut pandang tambahan dari para perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia.[5] Burns juga bertemu dengan pengarang The Coming Plague, Laurie Garrett. Buku tahun 1995 buatannya membantu Burns menghimpun sebuah varietas dari alur-alur potensial untuk film tersebut. Ia ingin menampilkan seorang pejabat dari CDC, dan memutuskan untuk memakai seornag pakar epidemiologi, karena peran tersebut harus berinteraksi dengan orang-orang saat menghadapi penyakit.[5]
Meskipun ia menyelesaikan riset tentang pandemik enam bukan sebelum pandemik flu 2009, wabah tersebut "benar-benar membantu" kajiannya, karena ini menyediakan sebuah perwujudan dari pengaruh masyarakat setelah timbulnya tahap-tahap pandemik. Baginya, ini bukanlah merupakan virus itu sendiri yang membuat orang tertarik, namun bagaimana masyarakat menangani situasi tersebut.[5] "Aku menyaksikan mereka", kata Burns, "dan aku mengamati masalah soal, "Sehinnga, kamu menutup sekolah-sekolah dan jika kau menutup sekolah-sekolah, kemudian siapa yang bertahan di rumah dengan anak-anak tersebut? Dan akankah setiap orang menjaga anak-anak mereka di rumah?' Hal0hal yang terjadi di dunia maya, ang merupakan dimana karakter Jude Law berasal, saat terdapat informasi yang datang di dunia maya saat orang-orang ingin memecahkan masalah, sehingga beberapa orang akan menulis hal-hal tentang anti-viral atau protokol pengobatan berbeda, dan sehingga selalu ada informasi demikian dan informasi tersebut juga memiliki penekanan viral."[5]
Pemfilman
Sepanjang proses penyutradaraan, Soderbergh bertugas sebagai sinematografer untuk Contagion.[3] Film tersebut secara keseluruhan direkam memakai kamera digital RED One MX dari Red Digital Cinema Camera Company, yang memakai sorotan ambien dan memiliki resolusi gambar 4.5K.[3][9] Sejak ia mengharapkan penyajian otentik dan "sebisanya realistis", Soderbergh tak memajukan film tersebut studio. "Bagiku, tak ada yang lebih tersatisfikasi ketimbang membuat beberapa tempat nampak seperti tempat lain di film dan tak ada orang yang tau perbedaannya."[10] Untuk memilih kota-kota, Soderbergh merasa bahwa mereka tak dapat "pergi kemanapun dimana tidak ada salah satu karakter kami", karena ia ingin menampilkan sebuah "epik", sehingga "mengintimasi" skenario.[6] He explained,
Kami tak memotong sebuah kota atau kelompok tambahan yang kami tak pernah nyatakan bahwa mereka tak dikenal secara pribadi. Itu adalah aturan kami. Dan itu adalah peran yang sangat signifikan untuk dijalankan dalam sebuah film dimana kami berniat untuk memberi esensi dari suatu hal yang terjadi pada skala besar, namun kami merasa bahwa semua unsur yang kami miliki bermasalah pada masa sebelumnya, saat kami menyaksikan jenis film bencana apapun, kami terpusat pada gagasan tersebut.[6]
Fotografi prinsipal dimulai di Hong Kong pada September 2010,[3] dan berlangsung selama sekitar dua pekan.[5] Soderbergh awalnya juga berharap untuk melakukan pemfilman di Tiongkok daratan, meskipun jurnalis Moviefone David Ehrlich meyakini bahwa ijin dari pemerintah Tiongkok tak mungkin terwujud.[11] Meskipun para produser juga berniat untuk membuat sebuah lokasi pemfilman di salah satu kasino di Makau, Restoran Mengambang Jumbo di Pelabuhan Aberdeen, Hong Kong dipakai untuk latar kasino, karena pemfilman di kawasan tempat judi dilarang oleh hukum.[3] Untuk menempatkan alat untuk adegan-adegan kasino pada lokasi di atas air, para produser mengundang sejumlah warga lokal untuk mengerjakan tugas tersebut, saat mereka diminta "menggunakan sampan seperti truk".[3] Lokasi lainnya meliputi Bandar Udara Internasional Hong Kong, InterContinental Hong Kong, dan Rumah Sakit Princess Margaret.[3]
Fotografi prinsipal berpindah pada bulan berikutnya ke Chicago, Illinois, yang dijadikan sebagai tempat utama untuk produksi.[3] Kebanyakan pemandangan kota dan wilayah sekitarnya dipakai untuk melatari Minneapolis, Minnesota, dan Atlanta, Georgia, selain dijadikan untuk latar Chicago sendiri.[3] Saat fotografi prinsipal dilakukan pada bulan-bulan musim dingin, salju dijadikan latar untuk menampilkan "rasa dingin persisten" yang menunjukkan "jenis sorotan hipersensitif".[3] Di kota tersebut, lokasi pemfilman dilakukan di Shedd Aquarium,[12] Bandar Udara Internasional O'Hare, dan Bandar Udara Midway.[3] Set terbesarnya berada di General Jones Armory, yang dikonversi menjadi infirmari, dan syuting lokasi besar dilakukan di Waukegan, dimana sebuah bagian dari Amstutz Expressway dipakai untuk melatari Dan Ryan Expressway.[3][13] Produksi juga dilakukan di Rumah Sakit Sherman di Elgin dan Central Elementary School di Wilmette, dan juga di Pusat Kota Western Springs, dimana adegan toko grosir difilmkan.[3]
Pemfilman kembali dilakukan pada Januari 2011 di wilayah Druid Hills, Atlanta, yang meliputi markas besar Centers for Disease Control and Prevention. Pembatasan di kampus CDC membuat produser hanya diijinkan untuk mengambil gambar adegan bagian luar dari wilayah tersebut, serta garasi parkir dan wilayah resepsi untuk museum CDC.[14] Fotografi prinsipal kemudian dilakukan di distrik bisnis pusat Atlanta dan Decatur,[14] sebelum datang ke London, Jenewa dan terakhir San Francisco, California, pada bulan penyelesaian.[15] Komisi Film San Francisco memberikan $300 per hari kepada para pembuat film untuk produksi di wilayah kota tersebut.[15] Di wilayah North Beach dan Potrero Hill dari kota tersebut, perancang produksi Howard Cummings menuangkan tempat sampah dan menebar-nebar pakaian di tanah untuk menggambarkan penurunan cepat dari peradaban.[3] Untuk pengambilan gambar di Civic Center, lebih dari 2,000 pemeran tambahan ditampilkan dalam peran-peran latar; para pemeran yang menjadi bagian dari Screen Actors Guild dibayar $139 per hari, sementara para tenaga kerja yang tak berasal dari badan tersebut meraih $64 per hari untuk hasil kerja mereka.[16] Lokasi pemfilman lain didirikan di Golden Gate Park, Chinatown, dan Candlestick Park; stadion olahraga disewa dengan biaya sebesar $60,000 selama enam hari.[3][15]
Soundtrack
Cliff Martinez mengkomposisikan film tersebut, yang merupakan musik pertamanya untuk Soderbergh sejak Solaris pada 2002.[17] Menyatakan bahwa wadah musik adalah salah satu perhatian terbesar dari Soderbergh, Martinez perlu mengutamakan wadah selaras sepanjang soundtrack tersebut, sesambil juga memberikan kekhawatiran dan harapan terhadap musik.[17] "Aku berniat untuk membuat suara anksietas. Dan pada kuncinya, momen-momen strategis yang aku upayakan untuk memakai musik untuk menyulap esensi tragedi dan kehilangan."[17] Martinez menginkorporasikan unsur-unsur orkestra, dan memadukannya dengan suara-suara elektronik dari musik tersebut. Ia menyatakan bahwa "palet suara untuk Contagion dilakukan dengan cara memadukan tiga gaya yang sangat berbeda dari yang Steven inginkan saat ia memotong film tersebut."[17] Martinez melakukan pemotongan untuk film tersebut pada Oktober 2010, yang berisi musik yang menuangkan unsur-unsur dari The French Connection (1971) dan Marathon Man (1976). Ia "mencintai" dua soundtrack tersebut, dan mengkomposisikan beberapa potong dalam gaya mereka.[17] Beberapa bulan kemudian, ia melakukan pemotongan baru, yang meliputi musik yang dipengaruhi oleh grup musik elektronik Jerman Tangerine Dream.[17] Menjelang akhir, Soderbergh mengubahnya lagi dan memakai musik soundtrack kontemporer yang "lebih energetik dan lebih ritmik".[18] Pada akhirnya, Martinez memakai aspek-aspek dari seluruh tiga unsur tersebut: "Aku beralasan bahwa memadukan merak tak hanya menjadi efektif namun akan memberikan sebuah gayanya sendiri kepada musik tersebut."[17]
Tema
Steven Soderbergh termotivasi untuk membuat sebuah film "ultra-realistis" tentang kesehatan masyarakat dan tanggapan saintifik terhadap sebuah waba.[19] Film tersebut menyentuh berbagai tema, yang meliputi faktor-faktor yang menggerakkan kepanikan massal dan kejatuhan tatanan sosial, proses saintifik untuk mengkarakterisasikan dan mempelajari novel pathogen, menyeimbangkan motif-motif personal melawan tanggung jawab profesional dan aturan-aturan dalam menghadapi ancaman eksistensial, batasan dan konsekuensi dari tanggapan kesehatan masyarakat, dan penghindaran hubungan antar-personal yang dapat menjadi sebab-sebab dari penyebaran penyakit.[20] Soderbergh memahami bahwa suasana pasca-apokaliptik disoroti oleh reaksi-reaksi terhadap serangan 11 September dan Badai Katrina.[20] Film tersebut bertujuan untuk benar-benar menyoroti reaksi sosial dan saintifik yang "mendalam" dan "tanpa pandang bulu" terhadap sebuah wabah.[21] Wabah-wabah nyata saat ini seperti wabah SARS 2003 dan wabah flu 2009 menjadi inspirasi dan pengaruh dalam film tersebut.[21] Jaringan penularan yang melibatkan kelelawar dan babi mengingatkan kembali pada virus Nipah (yang menginfeksi sel-sel dalam saluran pernapasan dan sistem saraf, sel yang sama dengan virus yang ada dalam film tersebut) yang bermula di Malaysia pada 1997, yang sama-sama melibatkan gangguan koloni kelelawar akibat penggundulan hutan.[22]
Film tersebut menampilkan contoh-contoh psikologi kerumunan dan perilaku kolektif yang dapat berujung pada histeria massa dan kejatuhan tatanan sosial. Kesalahpahaman, kerusuhan dan rasa tak saling menolong diasosiasikan dengan kurangnya informasi, berpadu dengan media baru seperti blog, membolehkan para pembuat teori konspirasi seperti Krumwiede untuk menyebarkan disinformasi dan ketakutan, yang menjadi penularan berbahaya dari diri mereka sendiri.[20][23][24] Dr. Cheever harus menyeimbangkan kebutuhan untuk penyingkapan bulat namun menghindari kepanikan dan membolehkan waktu untuk mengkarakterisasikan dan merespon virus yang tak diketahui.[25] Film tersebut secara tak langsung mengkritik keserakahan, sifat mementingkan diri sendiri, dan kemunafikan dari tindakan-tindakan terisolasi dalam budaya kontemporer dan konsekuensi yang tak diinginkan yang dapat mereka alami dalam konteks sebuah wabah.[26] Contohnya, Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan penjauhan sosial dengan secara paksa mengisolasi orang sehat untuk membatasi penyebaran penyakit tersebut, yang menimbulkan penentangan keras terhadap tuntutan-tuntutan kontemporer untuk jejaring sosial.[26] Menghadapi wabah menimbulkan sebuah paradoks, saat penularan dan keberadaan virus tersebut menimbulkan gangguan besar bagi orang lainnya namun penyelamatan dan pembatasan penyebaran penyakit tersebut juga mengharuskan orang-orang untuk bekerja sama.[27]
Bertentangan dengan ancaman dan gangguan tatanan sosial yang ada, film tersebut juga menyoroti bagaimana para karakter individual menuruti atau melanggar aturan-aturan yang ada untuk alasan kepentingan diri sendiri dan tak memperdulikan diri sendiri.[28] Dr. Hextall melanggar protokol dengan menguji sendiri vaksin potensial, Dr. Sussman melanjutkan uji coba pada kultur sel meskipun diminta untuk menghancurkan sampel-sampelnya, Dr. Cheever meminta tunangannya untuk meninggalkan kota sebelum karantina publik dilaksanakan, Sun Feng menculik Dr. Orantes untuk meminta suplai-suplai vaksin untuk desanya, Dr. Mears meneruskan tugasnya meskipun terserang virus tersebut, dan Krumwiede dibayar untuk memakai blognya untuk memajukan pengobatan minyak ular sehingga mendatangkan tawaran dan laba bagi para investor dalam pengobatan alternatif. Soderbergh berulang kali memakai gaya sinematografi dan berfokus pada benda-benda dan obyek-obyek yang disentuh oleh orang yang terinfeksi dan menjadi sebab (fomite) yang membuat orang lain menjadi tertular.[29] Obyek-obyek tersebut menghubungkan para karakter bersamaan dan menghimpun gaya sinema hiperlink multi-naratid yang dikembangkan oleh Soderbergh dalam film Traffic (2000) dan Syriana (2005), yang ia produksi.[27][30]
Cerita tersebut juga menyoroti contoh-contoh kronisme politik (sebuah pesawat untuk mengevakuasi Dr. Mears dari Minneapolis alih-alih ditujukan untuk mengevakuasi seorang anggota Kongres), pemikiran hampa dan kaku (para petugas kesehatan umum dianggap menunda penutupan mal-mal sampai setelah musim perbelanjaan Thanksgiving), para perespon federal berniat untuk mengavihasikan 50 tempat kesehatan umum tingkat negara bagian terpisah, dan heroisme dari para birokrat Federal.[20][24] Soderbergh tak memakai para eksekutif farmasi atau politik bergaya khas sebagai peran jahat,[31] namun sebagai gantinya memerankan para blogger seperti Krumwiede dalam sorotan negatif.[24] Media sosial memainkan sebuah peran dalam dakwaan Krumwiede melawan Dr. Cheever dan dalam upaya putri Emhoff untuk menjalin hubungan dengan pacarnya melalui pesan teks.[27] Tanggapan lain dalam film tersebut, seperti Emhoff mengambil pistol dari rumah temannya yang ditinggalkan untuk melindungi rumahnya dari para penjarah, penghimpunan karantina federal dan jam malam, alokasi vaksin lewat lotere, kurangnya persiapan dan tanggap federal, dan pemakaian gelang berkode bar menyoroti ketegangan kompleks antara kebebasan dan perintah dalam merespon sebuah wabah.[25] Soderbergh memakai Emhoff untuk mengilustrasikan efek mikro dari keputusan tingkat makro.[32]
Sambutan
Perilisan dan box office
Contagion tayang perdana pada 3 September 2011 di Festival Film Venesia ke-68 di Venesia, Italia,[33] dan perilisan luas menyusul pada 9 September.[34] Di Amerika Serikat dan Kanada, Contagion ditayangkan di 3,222 bioskop, dimana 254 penayangan dilakukan di bioskop-bioskop IMAX.[35] Berbagai analis komersial Amerika menyatakan bahwa film tersebut akan meraih penjualan tiket antara $20 juta dan $25 juta pada akhir pekan pembukaannya,[34][35] dan pada kenyataannya, film tersebut meraih keuntungan sejumlah $8 juta pada hari pertamanya,[36] dan $23.1 juta untuk akhir pekan berikutnya.[37] Secara keseluruhan, sepuluh persen ($2.3 juta) keuntungan berasal dari penayangan IMAX.[38]
Melampaui keuntungan kompetitor The Help ($8.7 juta), Contagion menjadi film berkeuntungan tertinggi pada pekan tersebut.[37] Secara demografi, audien pembuka bahkan terbagi menurut gender, menurut Warner Bros., sementara delapan puluh persen penonton berusia lebih dari 25 tahun.[37][39] Contagion tampil baik pada akhir pekan berikutnya, meraih $14.5 juta di box office, namun turun ke peringkat dua karena perilisan ulang The Lion King (1994).[40] Pada pekan ketiga, raihan box office-nya turun sebanyak empat puluh persen, dengan total keuntungan $8.7 juta.[41] Pada pekan keempat, Contagion turun ke peringkat sembilan di box office dengan raihan $5 juta, dan jumlah bioskop yang menayangkannya menyusut sampai 2,744.[42] Film tersebut mengakhiri penayangan bioskopnya pada 15 Desember 2011, dimana total keuntungan domestiknya berjumlah $75.6 juta.[1]
Contagion membuat debut internasionalnya di enam pasar asing pada akhir pekan yang sama dengan perilisan Amerika-nya, termasuk Italia, dimana film tersebut meraih $663,000 dari 309 bioskop.[43] Pada pekan pertama, Contagion meraih $2.1 juta dari 553 penayangan—rata-rata per bioskop $3,797.[43] Keuntungan luar negeri untuk Contagion masih relatif rendah sampai akhir pekan 14-16 Oktober 2011, saat film tersebut diperluas ke beberapa pasar Eropa tambahan.[44] Dari $3.9 juta yang diraih dari 1,100 bioskop pada akhir pekan tersebut, sekitar 40% keuntungan berasal dari Spanyol, dimana film tersebut meraih $1.5 juta dari 325 bioskop.[44] Dengan perluasan penayangan film tersebut ke tujuh pasar tambahan, pada akhir pekan 21-23 Oktober 2011, Contagion meraih $9.8 juta dari 2,505 lokasi, meningkatkan keuntungan internasional menjadi $22.9 juta.[45] Di Britania Raya, salah satu perilisan internasional signifikan dari film tersebut, Contagion meraih peringkat tiga di box office dengan raihan $2.3 juta dari 398 bioskop;[45] film tersebut kemudian meraih keuntungan debut tertinggi dari sebuah film Soderbergh sejak Ocean's Thirteen (2007).[46] Keuntungan internasional untuk Contagion sejumlah $59.8 juta.[1]
Tanggapan kritis
Contagion meraih ulasan positif dari para komentator film. Agregator ulasan Rotten Tomatoes mengambil 249 ulasan dan menyatakan bahwa 84% ulasan bersifat positif, dengan rating rata-rata 7.1/10. Konsensus kritikal situs web tersebut menyatakan, "ketegangan, sangat beralur, dan disertai oleh para pemeran tersohor, Contagion adalah sebuah film bencana yang sangat cerdas dan mengerikan."[47] Di Metacritic, yang memberikannya rating ternormalisasi 100 berdasarkan pada kritikan dari para kritikus arus utama, film tersebut meraih skor rata-rata 70 berdasarkan pada 38 ulasan.[48]
Jurnalis The Guardian Peter Bradshaw merasa bahwa Contagion memadukan kebaikan sebagai sebuah film, meskipun berpendapat bahwa Soderbergh kurang berhasil menantang rasa takut, ketegangan, dan "esensi kehilangan masif" dari "orang biasa".[49] Bagi David Denby dari The New Yorker, film "brilian" tersebut bersifat "serius, menarik, menantang," dan "menyentuh secara emosional".[20] Meskipun menyanjung Soderbergh karena "menyoroti" hubungan "antar kerabat dan mancanegara", Christopher Orr dari The Atlantic tak setuju dengan sorotan "kinikal" dan detasemen dari film tersebut, yang membuatnya menyatakan bahwa Contagion harus memberikan pemikiran yang lebih freksibel, atau sebuah pelajaran "selain 'sering mencuci tanganmu dan berharap kau beruntung'."[50] "Untuk semua karya yang ada di dalamnya, Contagion benar-benar melebihi baik atau buruk, melebihi kritikan. Itulah yang" disanjung penulis The Atlantic tersebut.[50] Menyebutnya sebagai karya yang "cerdas" dan "menegangkan", Manohla Dargis dari The New York Times menyatakan, "Mr. Soderbergh tidaklah menetaskan air matamu karena hal-hal yang jatuh, namun sebuah semangat yang dapat terasa seperti nuansa dingin yang dicantumkan dalam citra pria dan wanitanya yang terisolasi dalam suasana tersebut, pada sudut pandang yang disamarkan dari kesekaratan dan ketetapan dari sebuah gaya visual yang nampak seperti penggerakan sebuah sorotan."[29] Terkait ceritanya, kolumnis Salon Andrew O'Hehir menyatakan bahwa naratif "renyah" dan merasuknya menantang visual-visual "terkomposisi secara indah" dari film tersebut.[24] Todd McCarthy dari The Hollywood Reporter memproklamasikan bahwa Soderbergh dan Burns secara efektif membuat perpaduan dalam film "tak sensasional" dan "cerdas" tanpa dibesar-besarkan,[51] sebuah sentimen yang dimajukan oleh Jeanette Catsolis dari NPR, yang menyatakan bahwa keduanya "memajukan karakter berganda dalam sebuah naratif yang bersifat kompleks tanpa perpaduan, dan kecerdasan tanpa pembesar-besaran".[32] Menulis untuk The Village Voice, Karina Longworth menyatakan bahwa Contagion merefleksikan "kepercayaan diri" dan "uji coba" dari beberapa upaya Soderbergh pada masa sebelumnya, seperti trilogi Ocean's dan The Girlfriend Experience (2009).[26]
Penampilan para anggota pemeran kemudian disebutkan dalam ulasan-ulasan. Lou Lumenick dari New York Post menyatakan bahwa Ehle "menarik",[23] sebuah pandangan yang sama dengan jurnalis The Boston Globe Wesley Morris, yang tak hanya memuji penampilan Ehle, namun juga hasil karya "di bawah kartu" seperti Cranston, Gould, dan Colantoni, dan lain-lain.[30] Similarly, Peter Travers of Rolling Stone called Ehle the "best in show".[52] Kenneth Turan dari Los Angeles Times menyatakan, "pemeran pemenang Tony dua kali Jennifer Ehle sangat mencuri perhatian dengan penampilannya yang sangat empatetik."[53] Selain Law, Steven Rea dari The Philadelphia Inquirer menyatakan bahwa pemeran tersebut memerankan karakter dengan sifat "kacang";[54] Mick LaSalle dari San Francisco Chronicle sepakat dengan pemikiran Rea.[55][56] Damon memberikan "hati yang selaras" dari film tersebut, menurut Forrest Wickman dari Slate, yang menyatakan bahwa selain penampilannya yang terkontrol, Winslet "menghidupkan reputasi ketua kelasnya bahkan dalam peran kecil tak lazim".[27]
Pengembangan karakter dari para pemeran menghasilkan tanggapan beragam dari para kritikus. Berseberangan dengan pendirian Mitch sebagai protagonis utama, Michael O'Sullivan dari The Washington Post merasa bahwa Contagion "memperlakukannya dengan tindakan klinikal lama".[57] Dalam hal karakter Law, Alan Krumwiede, menyinggung komentar Roger Ebert dari Chicago Sun-Times, yang menulis, "Anak alur blogger tersebut tak berinteraksi secara jelas dengan jalan cerita utamanya dan fungsinya kebanyakan sebagai peringatan selain gangguan samar."[58]
Referensi
- ^ a b c "Contagion (2011)". Box Office Mojo. Diakses tanggal October 10, 2011.
- ^ a b "Contagion Video Interviews with Marion Cotillard, Laurence Fishburne, Kate Winslet and Jennifer Ehle". Dread Central. September 6, 2011. Diakses tanggal June 26, 2012.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa "Contagion: Production Notes" (PDF). Visual Hollywood. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal September 7, 2017. Diakses tanggal June 25, 2012.
- ^ Passafuime, Rocco (September 8, 2011). "Matt Damon". The Cinema Source. Diakses tanggal June 26, 2012.
- ^ a b c d e f g h i j k l Douglas, Edward (September 6, 2011). "CS Interview: Contagion Writer Scott Z. Burns". ComingSoon.net. Diakses tanggal June 25, 2012.
- ^ a b c d Houx, Damon (September 9, 2011). "Interview: Steven Soderbergh, Matt Damon and Laurence Fishburne on Contagion". Screen Crave. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Barclay, Eliza (September 14, 2011). "'Contagion': CDC Basks In Hollywood's Admiring Take On Disease Detectives". Shots: NPR's Health Blog. National Public Radio. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 16, 2011. Diakses tanggal September 16, 2011.
- ^ "Contagion Video Interviews with Matt Damon, Jude Law, Gwyneth Paltrow, Bryan Cranston And Chin Han". Dread Central. September 7, 2011. Diakses tanggal July 13, 2012.
- ^ Jannard, Jim (September 9, 2011). "Contagion". Reduser.net. Question: So, when it was all said and done, how much of the film was shot with the MX, and how much with the EPIC, Jim? James Jannard: 100% MX. And Steven called the grade.
- ^ Jenco, Melissa (September 9, 2011). "Soderbergh: Chicago area was 'beautiful and vibrant' place to film 'Contagion'". Chicago Tribune. Tribune Company. Diakses tanggal June 25, 2012.
- ^ Ehrlich, David (September 3, 2010). "Soderbergh to Shoot 'Contagion' in Hong Kong". Moviefone. Diakses tanggal June 25, 2012.
- ^ "'Contagion' begins shooting in Chicago". Chicago Tribune. Tribune Company. October 19, 2010. Diakses tanggal June 25, 2012.
- ^ Moran, Dan (November 4, 2010). "Helicopters will cruise Amstutz". Chicago Sun-Times. Sun-Times Media Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 9, 2013. Diakses tanggal July 10, 2012.
- ^ a b Brett, Jennifer (January 6, 2011). "Matt Damon, Jude Law movie "Contagion" filming at CDC". Atlanta Journal-Constitution. Cox Enterprises. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 3, 2012. Diakses tanggal June 26, 2012.
- ^ a b c Kekler, Kamala (February 23, 2011). "'Contagion' to complete SF filming with Candlestick extravaganza". The San Francisco Examiner. San Francisco Newspaper Company LLC. Diakses tanggal June 26, 2012.
- ^ "Starstruck San Franciscans Screwing Up Contagion Filming In Civic Center". Bay City News. February 11, 2011. Diakses tanggal June 26, 2012.
- ^ a b c d e f g Kasman, Daniel (September 27, 2011). "Between Music and Sound Design: An Interview with Composer Cliff Martinez". MUBI. Diakses tanggal January 31, 2012.
- ^ Zhuravsky, Mark (October 9, 2011). "'Contagion' & 'Drive' Composer Talks Working With Soderbergh, Nicolas Winding Refn & Possibly Working On 'Only God Forgives'". indieWire. Snagfilms. Diakses tanggal January 31, 2012.
- ^ "Steven Soderbergh Interview, Contagion". MoviesOnline. September 13, 2011. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b c d e Denby, David (September 9, 2011). "Call The Doctor". The New Yorker. Condé Nast Publications. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b Hoffman, Jordan (September 7, 2011). "Steven Soderbergh Interview". UGO. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Sawatsky; et al. (2008). "Hendra and Nipah Virus". Animal Viruses: Molecular Biology. Caister Academic Press. ISBN 978-1-904455-22-6.
- ^ a b Lumenick, Lou (September 8, 2011). "Catch it!". New York Post. News Corporation. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b c d O'Hehir, Andrew (September 8, 2011). "A pandemic from which even Gwyneth isn't safe". Salon. Salon Media Group.
- ^ a b Ranier, Peter (September 9, 2011). "Contagion: movie review". Christian Science Monitor. Christian Science Publishing Society. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b c Longworth, Karina (September 7, 2011). "Steven Soderbergh Says We're Killing Ourselves in Contagion". The Village Voice. Village Voice Media. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b c d Wickman, Forrest (September 9, 2011). "Steven Soderbergh's Contagion". Slate. The Washington Post Company. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Edelstein, David (September 9, 2011). "Movie Review: Contagion, the Most High-Minded Disaster Movie Ever Made". New York. New York Media. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b Dargis, Manohla (September 8, 2011). "Contagion (2011)". The New York Times. The New York Times Company. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b Morris, Wesley (September 9, 2011). "Movie Review:Contagion". Boston Globe. The New York Times Company. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Corliss, Richard (September 4, 2011). "Soderbergh's Contagion: Don't Touch Gwyneth Paltrow!". Time. Time Inc. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b Catsoulis, Jeannette (September 8, 2011). "'Contagion': When Person To Person Is A Bad Call". NPR. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Lyman, Eric J. (September 7, 2011). "Venice Film Festival Day 6: 'Tinker, Tailor' Bows, Al Pacino Honored". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ a b Kaufman, Amy (September 9, 2011). "'Contagion' to eradicate 'The Help' as top box-office draw". Los Angeles Times. Tribune Company. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ a b Kilday, Gregg (September 8, 2011). "Box Office Preview: 'Contagion' Aims to Knock 'The Help' Out of No. 1 Spot". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ McClintock, Pamela (September 10, 2011). "Box Office Report: Steven Soderbergh's 'Contagion' Winning Weekend Race". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ a b c McClintock, Pamela (September 11, 2011). "Box Office Report: Steven Soderbergh's 'Contagion' Wins Weekend with $23.1 Mil". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ Stewart, Andrew (September 11, 2011). "'Contagion' tops weekend B.O." Variety. Reed Business Information. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ Gray, Brandon (September 11, 2011). "Weekend Report: 'Contagion' Catches On". Box Office Mojo. Diakses tanggal September 11, 2011.
- ^ McClintock, Pamela (September 17, 2011). "Box Office Report: 'The Lion King' Roars Again, Capturing $29.3 Million". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ McClintock, Pamela (September 25, 2011). "Box Office Report: 'Lion King' Roars with $22.1 Mil in Surprise Upset Over Brad Pitt's 'Moneyball' and 'Dolphin Tale'". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ McClintock, Pamela (October 2, 2011). "Box Office Report: 'Dolphin Tale' Swims to No. 1 in its Second Weekend with $14.2 Mil". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ a b Segers, Frank (September 11, 2011). "Foreign Box Office: 'The Smurfs' Squeak Out Another Victory Overseas". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ a b Segers, Frank (October 16, 2011). "Foreign Box Office: 'Real Steel' Takes No. 1 For Second Straight Weekend". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ a b Segers, Frank (October 23, 2011). "Foreign Box Office: 'Paranormal Activity 3' Tops Soft Weekend Action Overseas". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ Wiseman, Andreas (October 24, 2011). "Paranormal beats Contagion in UK; Kevin starts strong". Screen Daily. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ "Contagion (2011)". Rotten Tomatoes. Fandango Media. Diakses tanggal June 25, 2018.
- ^ "Contagion Reviews". Metacritic. CBS Interactive. Diakses tanggal November 1, 2011.
- ^ Bradshaw, Peter (October 20, 2011). "Contagion – review". The Guardian. Guardian News and Media. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ a b Orr, Christopher (September 9, 2011). "In 'Contagion,' Many Actors but Only One Star: Disease". The Atlantic. Jay Leuf. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ McCarthy, Todd (September 3, 2011). "Contagion: Venice Film Review". The Hollywood Reporter. Prometheus Global Media. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Travers, Peter (September 9, 2011). "Contagion". Rolling Stone. Jann Wenner. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Turan, Kenneth (September 9, 2011). "Word of Mouth: 'Contagion' could really catch on". Los Angeles Times. Tribune Company. Diakses tanggal June 28, 2012.
- ^ Rea, Steven (September 8, 2011). "Crisp, quick, star-laden saga of a deadly disease". The Philadelphia Inquirer. Gregory J. Osberg. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ LaSalle, Mick (September 9, 2011). "'Contagion' review: Nothing to sneeze at". San Francisco Chronicle. Hearst Corporation. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Jolin, Dan (September 9, 2011). "Contagion". Empire. Bauer Media Group. Diakses tanggal March 27, 2012.
- ^ O'Sullivan, Michael (September 9, 2011). "Contagion". The Washington Post. The Washington Post Company. Diakses tanggal June 27, 2012.
- ^ Ebert, Roger (September 7, 2011). "Contagion". Chicago Sun-Times. Sun-Times Media Group. Diakses tanggal June 27, 2012.
Pranala luar
- Situs web resmi
- Contagion di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- Contagion di Rotten Tomatoes (dalam bahasa Inggris)
- (Inggris) Contagion di Metacritic
- Contagion di Allmovie (dalam bahasa Inggris)
- (Inggris) Contagion di TCM Movie Database
- (Inggris) Contagion di American Film Institute Catalog
- (Inggris) Contagion di Box Office Mojo
- Contagion on IMFDB