Alfa Romeo dalam Formula Satu
Alfa Romeo berpartisipasi dalam Formula Satu, sebagai konstruktor maupun pemasok mesin, dari tahun 1950 hingga 1988.
Nama resmi | Alfa Romeo SpA, Autodelta, Marlboro Team Alfa Romeo, Benetton Team Alfa Romeo |
---|---|
Kantor pusat | Milan, Italia |
Pendiri | Alexandre Darracq Ugo Stella Nicola Romeo |
Staf terkenal | Gioacchino Colombo Carlo Chiti Robert Choulet Gérard Ducarouge Mario Tollentino Luigi Marmiroli John Gentry |
Pembalap terkenal | Nino Farina Juan Manuel Fangio |
Sejarah dalam ajang Formula Satu | |
Mesin | Alfa Romeo |
Gelar Pembalap | 2 (1950, 1951) |
Jumlah lomba | 110 |
Menang | 10 |
Podium | 26 |
Poin | 50 |
Posisi pole | 12 |
Putaran tercepat | 14 |
Lomba pertama | Grand Prix F1 Inggris 1950 |
Lomba terakhir | Grand Prix F1 Australia 1985 |
Sejarah
Sukses, 1950-1951
Pada tahun 1950 Nino Farina memenangkan Kejuaraan Dunia Formula Satu di dalam sebuah 158 dengan supercharger, pada tahun 1951, Juan Manuel Fangio menang saat mengendarai sebuah Alfetta 159 (sebuah evolusi dari 158 dengan kompresor dua tahap). Mesin Alfetta sangat bertenaga pada kapasitas mesin tersebut: pada tahun 1951 mesin 159 memproduksi tenaga sebesar 420 bhp (310 kW) namun dengan harga konsumsi bahan bakar sebanyak 125 hingga 175 liter per 100 km (1 mpg–U.S. / 2 mpg–imp).[1] Pada tahun 1952, menghadapi peningkatan kompetisi dari mantan karyawannya, Enzo Ferrari (yang mendirikan tim Scuderia Ferrari) yang berhasil menyabet gelar pembalap melalui Alberto Ascari, Alfa Romeo yang merupakan sebuah badan usaha milik negara, memutuskan untuk mengudurkan diri setelah penolakan pemerintah untuk membiayai rancangan kendaraan baru yang mahal. Secara mengejutkan, keterlibatan Alfa Romeo dalam balapan dilakukan dengan anggaran yang sangat kecil, menggunakan sebagian besar teknologi dan material sebelum masa perang selama dua musim pertamanya. Secara singkat tim memenangkan kejuaraan dunia hanya dengan menggunakan sembilan blok mesin yang dibangun sebelum perang.
Alfa Romeo sebagai pemasok mesin, 1961-1979
Selama tahun 1960an, beberapa tim F1 kecil menggunakan mesin Alfa Romeo straight-4 di dalam kendaraannya sepert LDS Mk1 dan Mk2 "Specials", yang dimiliki oleh Cooper dan De Tomaso.[2]
Pada akhir tahun 1960an, Alfa Romeo mengembangkan mesin baru V8 untuk mobil malap, di mana mesin ini diuji dalam waktu yang singkat di dalam mobil T86C F1-3-68 oleh Lucien Bianchi.[3] Alfa Romeo dalam waktu yang pendek kembali ke Formula Satu untuk musim 1970 dan 1971 dengan sebuah mesin V8 yang berbasis pada unit mobil sport mereka. Pada tahun 1970 unit tersebut dipercayakan kepada Andrea de Adamich, seorang pembalap Alfa senior, dalam mobil ketiga McLaren. Kombinasi tersebut sering kali gagal untuk lolos kualifikasi dan tidak kompetitif saat melakukan balapan. Pada tahun 1971 pasangan yang sama membuat de Adamich melakukan sebagian besar dari paruh musim kedua di dalam mobil March, dengan masalah kesuksesan yang sama.
Untuk tahun 1976 Bernie Ecclestone melakukan sebuah perjanjian dengan tim Formula Satu Brabham untuk menggunakan mesin Alfa Romeo yang berbasis pada unit mobil sport flat-12, yang dirancang oleh Carlo Chiti. Mesin tersebut gratis dan diklaim dapat memproduksi tenaga sebesar 510 bhp (380 kW) dibandingkan dengan 465 bhp (347 kW) yang diproduksi oleh Cosworth DFV yang banyak dipakai. Namun, pengemasan mesinnya sulit - beberapa benda harus dikeluarkan untuk mengganti busi - dan konsumsi bahan bakar yang tinggi menyebabkan paling tidak harus terdapat empat tangki bahan bakar terpisah yang berisi 214 L; 56 US gal bahan bakar.[4] Peningkatan rancangan inovatif Murray, seperti BT46 yang memenangkan dua balapan pada tahun 1978, sebagian merupakan respon teradap tantangan untuk memproduksi sasis yang ringan dan aerodinamis di sekitar unit yang besar tersebut.[5] Saat aerodinamika efek tanah menjadi penting pada tahun 1978, sangat jelas bahwa mesin yang rendah, lebar akan mengganggu terowongan venturi besar di bawah mobil yang dibutuhkan untuk meningkatkan efek tanah. Dengan saran dari Murray, Alfa memproduksi rancangan V12 hanya dalam waktu tiga bulan namun masih tetap tidah handal dan boros bahan bakar.[6]
Kembali ke Formula Satu, 1979-1985
Pada tahun 1977, setelah beberapa persuasi dari Chiti, Alfa Romeo memberi Autodelta izin untuk mulai mengembangkan sebuah mobil Formula Satu secara mandiri. Kemudian dinamai Alfa Romeo 177, mobil tersebut memulai debutnya di Grand Prix F1 Belgia 1979. Kerja sama dengan Brabham telah diakhiri sebelum musimbalap berakhir. Pengerjaan kedua Alfa di Formula Satu ini tidak pernah benar-bear sukses selama keberadaannya dari pertengahan musim 1979 hingga akhir 1985. Selama periode ini Alfa Romeo memperoleh dua pole position, Bruno Giacomelli memimpin sebagian besar Grand Prix F1 Amerika Serikat 1980 sebelum mundur akibat masalah listrik, tiga tempat ketiga, dua tempat kedua, dan satu putaran tercepat. Mereka juga mengalami tragedi saat pembalap mereka Patrick Depailler tewas saat uji coba untuk Grand Prix F1 Jerman 1980 di Hockenheimring. Pada tahun 1981 mereka menyewa Mario Andretti, namun masih tetap bermasalah dengan kehandalan yang rendah. Setelah restrukturisasi Autodelta, operasi tim dan perancangan mobil diberikan kepada Euroracing pada tahun 1982, dengan pengerjaan mesin yang masih dipasok oleh Autodelta.[7] Musim terbaik tim adalah 1983 saat tim mengganti mesin turbo 890T V8 dan memperoleh peringkat ke-6 dalam peringkat konstruktor, dengan sebagian besar diperoleh akibat dua podium kedua oleh Andrea de Cesaris.
Saat Turbo 890T terbukti kompetitif pada tahun 1983, mesin yang lebih bertenaga dan hemat bahan bakar dari BMW, Ferrari, Renault, TAG-Porsche dan Honda,[butuh rujukan] ditambah dengan aturan FIA mengenai batasan kapasitas bahan bakar sebesar 220 dengan tidak diijinkannya pengisisan bahan bakar saat pit stop selama tahun 1984, membuat penurunan dari Euroracing Alfa Romeo sebagai salah satu tim paling kompetitif. Posisi ketiga yang diraih Riccardo Patrese pada Grand Prix F1 Italia 1984 menjadi podium terakhir bagi tim, dengan kedua pembalap Patrese dan Eddie Cheever sering gagal mencapai finis pada tahun 1984 dan 1985 karena kehabisa bahan bakar.
Alfa Romeo mengundurkan diri dari Formula Satu sebagai konstruktor setelah balapan terakhir pada musim 1985 di Australia.
Setelah tahun konstruktor
Pada musim 1987, Alfa Romeo membuat perjanjian untuk menjadi pemasok mesin bagi Ligier. Sebuah mesin twinturbo 1500 cc straight-4 rancangan Gianni Tonti diuji di dalam sebuah Ligier JS29 oleh René Arnoux.[8] Saat Fiat mengambil alih Alfa Romeo, perjanjian tesebut kemudian dibatalkan (sepertinya karena pendapat negatif dari Arnoux mengenai mesin) dan Ligier haru memakai mesin Megatron (ex BMW) selama musim balap 1987.[9]
Alfa juga memasok mesin kepada tim kecil dari Italia yang tidak sukses, Osella selama tahun 1983 hingga 1988. Mesin pembakaran normal (1983) dan turbo (1984–1987) digunakan. Pada awalnya, Alfa juga menawarkan beberapa masukan teknis kepada tim dari Turin tersebut; Osella tahun 1984 (model FA 1/F) berbasis dari pekerjaan Alfa Romeo tahun 1983 183T, bahkan sasis pertama merupakan 183T yang sedikit dimodifikasi.[10] Semua model yang dibuat Osella hingga FA 1/I pada tahun 1988 memiliki basis dari rancangan Alfa sebelumnya.
Pada tahun 1988, musim mesin turbo terakhir, Alfa mendapatkan publikasi negatif yang dibuat oleh mobil dari Enzo Osella, sehingga pabrikan yang berbasis di Milan tersebut melarang penggunaan namanya yang dikaitkan dengan mesin kendaraan Osella. Mesin 1988 secara sederhana dinamakan dengan "Osella V8". Pada akhir musim tersebut, hubungan mereka berakhir, mengakhiri keterlibatan Alfa Romeo di Formula Satu.
Pada tahun 1985 Alfa Romeo memulai proyek mesin Formula Satu V10, untuk menghadapi peraturan berikutnya yang melarang penggunaan mesin turbo. Mesin tersebut ditargetkan digunakan oleh mobil Formula Satu Ligie. Ini merupakan mesin Formula Satu V10 modern pertama, dan segera diikuti oleh mesin Honda dan Renault. Dalam tahap pertamanya, mesin sebesar 3.5 liter mampu memproduksi tenaga 583 hp (435 kW) dan versi terakhirnya dari tahun 1986 dapat memproduksi tenaga 620 bhp (460 kW) pada putaran mesin 13300 rpm. Setelah kerja sama dengan Ligier dibatalkan mesin tersebut disediakan untuk proyek 164 Pro Car.[11]
Pada tahun 1988 Alfa Romeo (Fiat Group) membeli Motor Racing Developments Ltd. (sebelumnya juga dikenal sebagai tim Brabham F1) untuk membangun sasis bagi seri ProCar yang baru.[12] Mobil yang dikembangkan ditenagai dengan mesin V10 bernama Alfa Romeo 164 ProCar (Brabham BT57[13]) dan direncanakan untuk ikut serta dalam akhir seri balap khusus (sebagai balapan pendukung bagi Grand Prix Formula Satu).
Hasil lengkap Formula Satu
Lihat juga
Referensi
- Henry, Alan (1985). Brabham, the Grand Prix Cars. Osprey. ISBN 0-905138-36-8.
- Nye, Doug (1986). Autocourse history of the Grand Prix car 1966-85. Hazleton publishing. ISBN 0-905138-37-6.
- ^ "Grand Prix Cars - Alfa Romeo 158". ddavid.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 April 2007. Diakses tanggal 2007-04-26.
- ^ "Alfa Romeo 1.5 L4". f1db.com. Diakses tanggal 2007-04-26.
- ^ "Cooper T86C Alfa Romeo". ultimatecarpage.com. Diakses tanggal 2011-06-12.
- ^ Henry (1985) pp.159-160
- ^ Henry (1985) p.171
- ^ Henry (1985) p.190
- ^ Lini, Franco (1985). "La settima volta dell'Alfa". Quattroruote (dalam bahasa Italian). Milan, Italy: Editoriale Domus. 30 (351): 186.
- ^ "Ligier JS29". statsf1.com. Diakses tanggal 2009-11-21.
- ^ "Grand Prix cars that never raced". forix.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 April 2007. Diakses tanggal 2007-04-26.
- ^ Nye (1985) p. 227
- ^ "Alfa V10 164 Pro Car". velocetoday.com. Diakses tanggal 2007-10-25.
- ^ "Brabham". mcz.com/f1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 August 2007. Diakses tanggal 2007-08-23.
- ^ "Brabham". oldracingcars.com. Diakses tanggal 2008-10-03.