Maruli Sitompul

pemeran laki-laki asal Indonesia

Templat:Infobox artis indonesia

Maruli Sitompul (lahir 21 Desember 1937) adalah pemeran Indonesia. Namanya sejajar dengan aktor dan aktris pada zaman itu, yaitu W.D Mochtar, Deddy Sutomo, Kusno Sudjarwadi, Rima Melati, dan Mieke Wijaya. Maruli Sitompul pernah menjadi pemeran utama dalam film "Penunggang Kuda dari Tjimande" pada tahun 1971 bersama aktris senior Chitra Dewi dengan sutradara Chitra Dewi.

Keluarga

Maruli Sitompul merupakan putra pertama dari enam bersaudara dari pasangan Bpk A. Ph Sitompul dan Ibu Simamora Purba. Ia memiliki lima orang adik yaitu Dra. Juliana Sitompul, Dra. Hasiholan Sitompul, Pdt. DR. Tiurlan Basaria Sitompul, S.Th., M.A., Jenderal Prof. DR. DPM Sitompul, SH., M.H., dan Drs. Firman Sitompul, Dan Maruli Sitompul memiliki seorang isteri bernama: Maria Fransisca Soesilowati dan tiga orang anak laki-laki: DR. Drg. Poul D.H. Sitompul, G.M.H., M.M., Ir. Daniel B.M Sitompul, M.Psi, dan Yusak E. Sitompul.

Penghargaan

Sejak sekitar tahun 1970 di mana Indonesia belum dapat melakukan proses mixing film sendiri, masih harus memproses mixing antara gambar,suara, sound efect, dan musik di laboratorium luar negeri seperti di Hongkong, Maruli Sitompul justru mendapat julukan "The Giant Voice" oleh insan film luar negeri karena volume suaranya yang memang besar dan khas. Namanya mulai diperhitungkan sejak membintangi film "Si Buta Dari Gua Hantu" pada tahun 1970, saat memerankan tokoh "Si Mata Malaikat" bersama Ratno Timur, Kusno Sudjarwadi dll. Di film itu Maruli Sitompul membuktikan dedikasinya yang luar biasa pada dunia film, karena untuk memerankan tokoh "Si Mata Malaikat" tersebut dia harus menggunakan mata plastik yang terbuat dari plastik yang sangat keras, yang kalau jatuh bunyinya "thok", yang sebetulnya sudah dilarang oleh Dokter Matanya karena berisiko kebutaan, karena teknologi kedokteran mata saat itu belum semaju saat ini, belum ada soft lens. Tapi Maruli Sitompul "Nekad" mengambil risiko itu karena kecintaannya pada dunia film, sambil terus berdoa kepada Tuhan agar risiko kebutaan itu tidak dialaminya. Tahap itu berhasil dilaluinya dengan selamat. Film itu selesai. Justru dari actingnya di film "Si Buta Dari Gua Hantu" itu namanya langsung melejit dan sejajar dengan aktor senior pada zaman itu. Penghargaan yang pernah diterimanya antara lain: Aktor Harapan Terbaik pada Best Actor/actress PWI Jaya tahun 1971. Aktor Terbaik II FFI 1979. Aktor Terbaik FFI 1981 (Film: Laki-Laki Dari Nusakambangan). Aktor Pendukung Terbaik FFI 1982 (Film: Bawalah Daku Pergi). Aktor Pendukung Terbaik FFI 1983 (Film: Di Balik Kelambu). Selain itu budayawan Prof. Sutan Takdir Alisyahbana pernah menyatakan di beberapa surat kabar sekitar tahun 1980-an bahwa Maruli Sitompul Pantas mendapatkan Penghargaan Seni dari Pemerintah. Selain di bidang seni peran, ternyata Maruli Sitompul pernah mendapat penghargaan sebagai Pemenang Bintang Radio dan Televisi bersama Dr.Amoroso Katamsi. WS Rendra pun pernah memberikan pernyataannya saat sama-sama menampilkan pertunjukan teater Paskah, di mana Maruli Sitompul berperan sebagai Yesus. Saat ditanya tentang acting Maruli Sitompul yang membuat penonton "Merinding", Si Burung Merak itu hanya geleng-geleng kepala dan menyatakan, "Acting Mas Maruli itu... tidak bisa dipelajari..." Rupanya tidak hanya dari masyarakat umum yang mengagumi acting Maruli Sitompul, beberapa Jenderal antara lain Jenderal TNI L.B. Moerdani juga mengagumi acting Maruli Sitompul. Saat isteri dan ketiga anaknya berbincang-bincang dengan Pak Beny di Mabes TNI, sang Jenderal mengatakan bahwa,"Saya sangat terkesan akan acting Pak Maruli Sitompul dalam film November 1828 (disutradarai oleh Teguh Karya). Karakternya sangat kuat dan dapat dimainkan dengan amat mengesankan. Saya kagum pada Pak Maruli Sitompul...."

Filmografi

Pranala luar

Penghargaan dan prestasi
Didahului oleh:
Soekarno M. Noor
Film : Kemelut Hidup
(1979)
Pemeran Utama Pria Terbaik
(Festival Film Indonesia)

Film : Laki-Laki dari Nusakambangan
(1981)
Diteruskan oleh:
Zainal Abidin
Film : Putri Seorang Jenderal
(1982)