Estetika

cabang filsafat yang membahas tentang hakikat seni, keindahan, dan rasa
Revisi sejak 26 Desember 2018 11.07 oleh Danu Widjajanto (bicara | kontrib) (←Suntingan 110.138.22.67 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Rachmat04)

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan.[1] Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.[2] Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

Etimologi

Estetika berasal dari bahasa Yunani αἰσθητικός (aisthetikos, yang berarti "keindahan, sensitivitas, kesadaran, berkaitan dengan persepsi sensorik"), yang mana merupakan turunan dari αἰσθάνομαι (aisthanomai, yang berarti "saya melihat, meraba, merasakan").[3] Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan.[4]

Penilaian keindahan

Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan memadukan warna dan ruang serta kemampuan mengabstraksi benda.

Konsep the beauty dan the ugly

Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan, dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.

Sejarah penilaian keindahan

Keindahan seharusnya sudah dinilai saat karya seni pertama kali dibuat, namun rumusan keindahan pertama kali didokumentasi oleh filsuf Plato yang menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan.

Referensi

  1. ^ "aesthetic". Merriam-Webster. Diakses tanggal 21 Agustus 2012. 
  2. ^ Zangwill, Nick. "Aesthetic Judgment", Stanford Encyclopedia of Philosophy, 02-28-2003/10-22-2007. Diakses 07-24-2008.
  3. ^ Definisi aesthetic dari Online Etymology Dictionary
  4. ^ Guyer, Paul (13 Juni 2005). Values of Beauty - Historical Essays in Aesthetics. Cambridge University Press. ISBN 0-521-60669-1.