MRT Jakarta

sistem angkutan cepat di Indonesia

MRT Jakarta, singkatan dari Mass Rapid Transit Jakarta, Moda Raya Terpadu atau Angkutan Cepat Terpadu Jakarta (bahasa Inggris: Jakarta Mass Rapid Transit) adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik yang sedang dibangun di Jakarta. Proses pembangunan telah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2013 dan diperkirakan selesai pada 1 Maret 2019.[1]

PT MRT Jakarta
Info
PemilikPemda DKI Jakarta
WilayahJakarta, Indonesia
JenisAngkutan cepat, Transportasi umum
Jumlah jalur2
Jumlah stasiun13
Penumpang harian-
Kantor pusatKompleks Wisma Nusantara, 21st Floor, Jalan M.H. Thamrin No. 59, Jakarta, 10350, Indonesia
Situs webJakartaMRT
Operasi
DimulaiMaret 2019
OperatorPT Mass Rapid Transit Jakarta
Waktu antara5-10 menit
Teknis
Panjang sistem110,8 km (rencana)
Lebar sepur1067
Listrik1.500 V DC
Peta MRT Jakarta

Berkas:Foto5-bigg.jpg

Lin Utara–Selatan
MRT Jakarta
Depo Ancol Marina
Ancol Marina
Ancol Park
Transjakarta Dermaga Ancol Marina
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Mangga Dua
Transjakarta Mikrotrans
Fase 2B
 
Kota
Transjakarta Mikrotrans Kereta Api Indonesia
Glodok
Transjakarta
Mangga Besar
Transjakarta
Sawah Besar
Transjakarta
Harmoni
Transjakarta
Fase 2A segmen II: dibuka tahun 2029
 
Monas
Transjakarta
Left arrow
 
ke Balaraja
ke CikarangRight arrow
Thamrin
Transjakarta
Fase 2A segmen I: dibuka tahun 2027
Fase 1: dibuka Maret 2019
M13
Bundaran HI
Transjakarta
M12
Dukuh Atas
Transjakarta
KBT Dukuh Atas
M11
Setiabudi
M10
Bendungan Hilir
Transjakarta Mikrotrans
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
M09
Istora
Transjakarta
M08
Senayan
Transjakarta
M07
ASEAN
Transjakarta
M06
Blok M
Transjakarta Mikrotrans Terminal Blok M
M05
Blok A
Transjakarta Mikrotrans
M04
Haji Nawi
Transjakarta Mikrotrans
M03
Cipete Raya
Transjakarta Mikrotrans
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
M02
Fatmawati
Transjakarta
M01
Lebak Bulus
Transjakarta Mikrotrans Terminal Lebak Bulus
Depo Lebak Bulus

Latar Belakang Pembangunan

Berkas:Mrt jakarta.jpeg
Pembangunan MRT di daerah Bundaran HI

Jakarta adalah ibu kota Indonesia dengan penduduk sebanyak 9 juta jiwa. Diperkirakan bahwa lebih dari empat juta penduduk di daerah sekitar Jabodetabek menempuh perjalanan ke dan dari kota setiap hari kerja. Masalah transportasi semakin mulai menarik perhatian politik dan telah diprediksikan bahwa tanpa terobosan transportasi utama, kemacetan akan membanjiri kota dan akan menjadi kemacetan lalu lintas yang sangat parah sehingga kendaraan tidak bisa bergerak bahkan pada saat baru keluar dari garasi rumah pada tahun 2020.[2]

Sejak tahun 1980 lebih dari dua puluh lima studi subjek umum dan khusus telah dilakukan terkait dengan kemungkinan sistem Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Salah satu alasan utama yang menunda penanggulangan masalah ini adalah krisis ekonomi dan politik 1997-1999. Sebelum krisis, sebuah Build-Operate-Transfer (BOT) yang dianggap sebagai bagian dari MRT baru melibatan sektor swasta. Setelah krisis, rencana mengandalkan BOT untuk menyediakan pembiayaan terbukti tidak layak dan proyek MRT kembali diusulkan sebagai skema yang didanai pemerintah.

Transportasi umum di Jakarta saat ini hanya melayani 56% perjalanan yang dilakukan oleh komuter sehari-hari.[3] Angka ini sangat perlu untuk ditingkatkan sebagai kota dengan tingkat rata-rata tahunan pertumbuhan kendaraan bermotor sebesar 9,5% yang jauh melebihi panjang jalan antara 2005 dan 2010 dengan kenaikan hanya sebesar 0,01%.[4]

Transportasi umum sekarang terutama terdiri dari berbagai jenis bus, mulai dari bemo yang sangat kecil dan mikrolet yang sedikit lebih besar, hingga mikrobus seperti MetroMini dan Kopaja, selain bus kota ukuran penuh serta sistem angkutan cepat bus Transjakarta. Terdapat juga taksi dengan roda dua (ojek) dan empat serta sistem Kereta Commuter Jabodetabek.

Jalur dan Rute

Jalur MRT Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang ±23.8 km dan Koridor Timur – Barat sepanjang ±87 km.[5]

Jalur Utara - Selatan

Jalur Selatan - Utara merupakan jalur yang pertama dibangun. Jalur ini akan menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan Kampung Bandan, Jakarta Utara. Pengerjaan jalur ini dibagi menjadi 2 tahap pembangunan.

Tahap I (Lebak Bulus - Bundaran HI)

Tahap I yang dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan sampai dengan Bundaran HI, Jakarta Pusat sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah). Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 10 Oktober 2013[1] dan rencananya akan dioperasikan secara penuh pada 1 Maret 2019.

Stasiun pemberhentian
  Stasiun Keterangan Lokasi Posisi Stasiun
Lebak Bulus Stasiun akhir dan merupakan lokasi depot dan kantor operasional MRT Jakarta Jakarta

Selatan

DKI Jakarta Layang
Fatmawati
Cipete Raya
Haji Nawi
Blok A Merupakan lokasi TOD terintegrasi dengan pasar Blok A
Blok M Salah satu stasiun yang memiliki tiga jalur rel
Sisingamangaraja
Senayan Bawah tanah
Istora Jakarta Pusat
Bendungan Hilir
Setiabudi
Dukuh Atas Stasiun yang terintegrasi dengan kereta bandara, LRT dan transjakarta.
Bundaran HI Stasiun terminus di seksi 1
Berkas:Lori pengangkut material MRTJ.png
Konstruksi terowongan MRT Jakarta rute Utara - Selatan

Tahap II (Bundaran HI - Kota)

Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan - Utara dari Bundaran HI sampai dengan Kota sepanjang 8.1 km. Tahap II akan mulai dibangun ketika tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.[5]

Jalur Barat - Timur

Jalur Barat - Timur saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Jalur ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 - 2027.[5]

Pembangunan

Kemajuan tahap pertama didanai melalui pinjaman oleh Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional (JBIC), sekarang bergabung ke Japan International Cooperation Agency (JICA). Jumlah pinjaman IP adalah 536 (ditandatangani November 2006) untuk jasa rekayasa. Pinjaman jasa rekayasa adalah pinjaman pra-konstruksi untuk mempersiapkan tahap konstruksi. Terdiri dari:

  • Paket desain dasar, dikelola oleh Ditjenka (Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Departemen Perhubungan)
  • Manajemen dan paket Operasi, dikelola oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jakarta)
  • Bantuan pembangunan dalam tender, dikelola oleh PT MRT Jakarta

Pada tanggal 31 Maret 2009, Perjanjian Kredit 2 (LA2) dengan jumlah 48,150 miliar Yen untuk membangun Sistem MRT Jakarta telah ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia (diwakili oleh Duta Besar Indonesia untuk Jepang) dan JICA di Tokyo, Jepang.[6] Pinjaman ini akan diteruskan dari Pemerintah Nasional untuk Administrasi DKI Jakarta sebagai hibah (perjanjian penerusan hibah).[7] Setelah penandatanganan perjanjian pemberian untuk LA2, Pemprov DKI akan mengusulkan dua perjanjian pinjaman lain untuk LA3 dan LA4 ke pemerintah pusat. Proposal ini akan menjadi kesepakatan pinjaman untuk pemerintah daerah. Jumlah total LA3 dan LA4 ditujukan sebagai pinjaman oleh pemerintah daerah adalah sekitar ¥ 71 Miliar. Jumlah ini didasarkan pada kemajuan, hasil dan serapan LA2. Paket pinjaman total dari JICA untuk pengembangan sistem MRT Jakarta bernilai total ¥ 120 miliar.

Berkas:Pintu Terowongan MRT Jakarta.png
Mulut terowongan MRT Jakarta di bawah Patung Pemuda Senayan

Pengerjaan pada desain dasar untuk tahap pertama dari proyek ini dimulai pada akhir 2010. Proses tender berlangsung pada akhir 2012 ketika gubernur baru Jakarta, Joko Widodo, tiba-tiba mengatakan bahwa ia ingin meninjau kembali proyek MRT Jakarta. Setelah beberapa bulan ketidakpastian, gubernur Joko Widodo mengumumkan bahwa proyek akan dilanjutkan. Proyek ini terdaftar sebagai salah satu proyek prioritas dalam anggaran kota Jakarta untuk 2013.[8]

Pada bulan September 2012, DMRC Delhi Metro mengumumkan bahwa mereka telah diberikan pekerjaan 'Manajemen Jasa Konsultasi' dari sistem MRT Jakarta oleh pemerintah Indonesia. Ini akan menjadi proyek pertama DMRC di luar India.[9] DMRC akan bekerja sebagai bagian dari usaha patungan dengan 8 perusahaan internasional lainnya termasuk Padeco dan Konsultan Oriental, PT Ernst and Young Advisory Services, PT Indotek Teknik Jaya, PT Pamintori Cipia, Manajemen Lambaga dan PT Public Private Partnership dari Indonesia dan Seneca Group DMRC telah menyatakan bahwa tanggung jawab utama dalam JV akan menjadi "finalisasi struktur organisasi Metro Jakarta, perekrutan personil, pembangunan sarana pelatihan dan pelatihan. karyawan untuk berbagai kategori diperlukan untuk memulai operasi ". Konstruksi fisik diharapkan dimulai pada tahun 2013[10] dan jalur MRT diharapkan akan beroperasi pada 2017.

Pada tanggal 1 Juni 2013, 3 kontrak sipil pertama untuk bagian bawah tanah sepanjang 9,2 km ditandatangani. 3 kontrak dimenangkan oleh 2 konsorsium yang terpisah dari perusahaan Jepang dan Indonesia.[11] 3 kontrak pekerjaan sipil untuk bagian jalur layang diharapkan akan ditandatangani pada kuartal ke-3 tahun 2013. Pengerjaan diharapkan akan dimulai pada Oktober 2013.[12]

Armada

MRT Jakarta akan menggunakan kereta rel listrik produksi Sumitomo Corporation, Jepang, bekerjasama dengan Nippon Sharyo. Kontrak antara PT MRT Jakarta dan Sumitomo Corporation telah ditandatangani pada tanggal 3 Maret 2015.[13] KRL yang akan dioperasikan MRT Jakarta rencananya akan menggunakan sistem automatic train operation.[14]

Tiket Elektronik dan Tarif

Kartu Jelajah

Berkas:Kartu MRT Jakarta Jelajah.jpg
Kartu Jelajah untuk e-ticketing transportasi MRT Jakarta

Dalam rangka memenuhi kebutuhan e-ticketing pada 1 Maret 2019 nanti, PT MRT Jakarta telah merilis e-ticketing yang diberi nama Kartu Jelajah[15]. Kartu Jelajah ini dirilis dalam bentuk 2 jenis kartu yaitu kartu untuk perjalanan tunggal (Single-Trip) dan prabayar untuk perjalanan ganda (Multi-Trip). Untuk kartu Single-Trip hanya bisa digunakan untuk sekali perjalanan dan diwajibkan untuk isi ulang (Top-Up) dengan rentang waktu maksimal 7 hari setelah pembelian. Sementara untuk kartu Multi-Trip dapat digunakan berkali-kali selama saldo di dalam kartu masih mencukupi. Sampai saat ini PT MRT Jakarta terhitung telah memproduksi 954.000 tiket dengan jenis Single-Trip dan Multi-Trip[16]. Untuk implementasi kartu jelajah sebagai alat transaksi pembayaran, PT MRT Jakarta masih menunggu perijinan dari pihak Bank Indonesia[17].

Referensi

Pranala luar