Bahasa Siraya
Bahasa Siraya adalah sebuah bahasa atau kelompok dialek dari rumpun Austronesia yang pernah dipertuturkan di bagian barat daya pulau Taiwan[6] hingga akhir abad ke-19 atau awal abad-20.[7] Bahasa ini merupakan satu dari dua bahasa penduduk asli Taiwan (selain bahasa Favorlang) yang digunakan oleh misionaris Belanda dalam menyebarkan agama Kristen selama pendudukan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) di wilayah Taiwan bagian barat dari tahun 1624 hingga tahun 1661.[8]
Usaha menghidupkan kembali penggunaan bahasa Siraya telah dilakukan setidaknya sejak awal milenium kedua dalam berbagai bentuk.[9]
Klasifikasi dan persebaran
Menurut Robert Blust, ahli linguistik sejarah Austronesia, bahasa Siraya merupakan bagian dari rumpun bahasa Formosa Timur yang juga mencakup, antara lain, bahasa Amis dan Kavalan.[10]
Bahasa Siraya memiliki keragaman dialek yang signifikan.[11] Berdasarkan daftar kosakata yang dikumpulkan pada akhir abad ke-19, beberapa linguis membagi bahasa Siraya ke dalam tiga ragam, yaitu (1) ragam Siraya itu sendiri, (2) ragam Taivuan, dan (3) ragam Makatau. Ragam-ragam ini memiliki perbedaan yang cukup besar dan mungkin dapat diklasifikasikan sebagai tiga bahasa yang berbeda alih-alih dialek dari satu bahasa yang sama. Walaupun begitu, linguis K. Alexander Adelaar berpendapat bahwa pembagian berdasarkan daftar kosa kata ini belum tentu berarti bahwa dulunya ada tiga kelompok dialek Siraya dengan batas-batas yang jelas. Kemungkinannya, ketiga ragam ini merupakan bagian dari kesinambungan dialek yang lebih besar.[12][13]
Ragam Siraya kemungkinan dulunya dipertuturkan di wilayah pesisir Tainan, sementara ragam Taivuan dipertuturkan di daerah pedalaman Tainan hingga ke utara wilayah ragam Siraya, dan ragam Makatau dipertuturkan di wilayah yang kini menjadi bagian dari Kaohsiung dan Pingtung.[14] Wilayah persebaran ragam-ragam bahasa Siraya mungkin saja senantiasa berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan demografis dan politis.[15]
Sumber sejarah
Adelaar membagi sumber-sumber primer yang menggunakan bahasa Siraya ke dalam tiga kategori:[16]
- Naskah susunan Belanda dari abad ke-17. Termasuk dalam kategori ini adalah terjemahan bahasa Siraya untuk Injil Matius dan Katekismus Heidelberg yang disusun oleh misionaris Daniel Gravius. Selain itu, ada pula Manuskrip Utrecht yang berisikan daftar kosa kata Belanda-Siraya sepanjang 35 halaman yang disertai lampiran berupa kutipan empat percakapan antar-murid sekolah dalam bahasa Siraya.[17]
- Kumpulan berkas kontrak lahan atau yang lebih dikenal sebagai "manuskrip-manuskrip Sinkang" yang berasal dari antara tahun 1663 dan 1818. Berjumlah total 170 buah, berkas-berkas ini dibuat oleh masyarakat Siraya setempat yang masih menggunakan sistem penulisan rintisan Belanda meski mereka telah meninggalkan Taiwan pada tahun 1664.[18]
- Daftar kosa kata rangkuman orang-orang Jepang dari akhir abad ke-19. Saat Jepang mengambil alih wilayah Taiwan pada tahun 1895, hanya sedikit di antara masyarakat Siraya yang masih mampu mengingat bahasa dan budaya mereka. Meski begitu, beberapa orang Jepang (baik yang linguis maupun yang bukan) masih dapat mengoleksi daftar kosa kata dari berbagai ragam bahasa Siraya. Kumpulan daftar kosa kata ini menunjukkan variasi dialektis yang lebih beragam daripada yang digunakan pada teks-teks abad ke-17.[18]
Analisis linguistik terhadap sumber-sumber primer ini juga telah dilakukan oleh beberapa ahli bahasa sejak akhir abad ke-20.[19]
Fonologi
Karena bahasa Siraya merupakan bahasa yang sudah punah, sistem fonologinya hanya dapat dikira-kira dari sumber tertulis yang ada. Berdasarkan analisisnya terhadap teks bahasa Siraya dari abad ke-17, Adelaar mengajukan sistem fonologi sebagai berikut:[20]
Labial | Koronal | Palatal | Velar | Glotal | ||
---|---|---|---|---|---|---|
Nasal | m | n | ŋ | |||
Letup | nirsuara | p | t | k | (ʔ) | |
bersuara | b | d, D[a] | ||||
Frikatif | v | s | x | h | ||
Likuida | l, r | |||||
Semivokal | w | j |
Selain 18 fonem hipotetis di atas, terdapat tiga konsonan yang masih belum jelas status fonemis atau nilai fonetisnya, yaitu ⟨c⟩, ⟨nḡ⟩, dan ⟨z⟩.[20]
Depan | Madya | Belakang | |
---|---|---|---|
Tertutup | i, iː | u, uː | |
Tengah | e | ǝ | o |
Terbuka | a, aː |
Rujukan
Keterangan
Catatan kaki
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Sirayaic". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Siraya". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ "Bahasa Siraya". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 1.
- ^ Sagart 2013, hlm. 540.
- ^ Adelaar 1997, hlm. 362.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 16.
- ^ Blust 2013, hlm. 743.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 4.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 3, 5.
- ^ Sagart 2013, hlm. 540–541.
- ^ Li 2009, hlm. 399.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 6.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 2–3.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 2.
- ^ a b Adelaar 2011, hlm. 3.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 3–4.
- ^ a b c d Adelaar 2011, hlm. 50.
- ^ Adelaar 2011, hlm. 54–55.
Daftar pustaka
- Adelaar, Alexander (2011). Siraya: Retrieving the Phonology, Grammar and Lexicon of a Dormant Formosan Language. Trends in Linguistics: Documentation [TiLDOC]. 30. Berlin: De Gruyter Mouton. ISBN 9783110252958.
- Adelaar, Alexander (1997). "Grammar Notes on Siraya, an Extinct Formosan Language". Oceanic Linguistics. 36 (2): 362–397. doi:10.2307/3622990.
- Blust, Robert (2013). The Austronesian languages. Asia-Pacific Linguistics. 8. Canberra: Asia-Pacific Linguistics, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University. ISBN 9781922185075.
- Li, Paul Jen-kuei (2009). "Linguistic differences among Siraya, Makatao and Taivuan". Dalam Alexander Adelaar; Andrew K. Pawley. Austronesian historical linguistics and culture history: A festschrift for Robert Blust. 601. Canberra: Pacific Linguistics. hlm. 399–409. ISBN 9780858836013.
- Sagart, Laurent (2013). "Siraya: Retrieving the phonology, grammar and lexicon of a dormant Formosan language by Alexander Adelaar (review)". Oceanic Linguistics. 52 (2): 540–549. doi:10.1353/ol.2013.0020.