Museum Puri Lukisan

museum di Indonesia
Revisi sejak 17 November 2019 15.23 oleh Lukas2312 (bicara | kontrib) (Artikel awal)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Museum Puri Lukisan adalah museum yang menjadi tempat dari berbagai koleksi kesenian budaya Bali berupa lukisan dan hasil ukiran kayu dari yang tradisional sampai yang modern. Museum ini merupakan museum seni tertua di Bali yang menyimpan koleksi sejak tahun 1930 hingga saat ini.[1] Museum ini menyimpak koleksi kesenian berbagai budaya Bali, termasuk Ubud, Sanur, Batuan, Young Artist, dan sekolah Keliki.[2] Museum Puri Lukisan berada di Jalan Raya Ubud, Gianyar, dan berjarak sekitar 40 menit dari bandara Ngurah Rai.

Museum Puri Lukisan

Pendirian Museum Puri Lukisan didasarkan pada kekhawatiran adanya pemiskinan budaya Bali, dimana akan sulit untuk menemukan hasil karya budaya Bali di masa depan, akibat sudah menyebarnya hasil karya seniman Bali ke berbagai penjuru dunia pada beberapa dekade lalu. Ide untuk melestarikan hasil karya seniman Bali sebenarnya sudah ada sejak tahun 1936 dengan mendirikan perkumpulan seniman "Pitamaha" oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati (Raja Ubud), Walter Spies (pelukis asal Jerman), dan Rudolf Bonnet (pelukis asal Belanda). Setelah berjalan beberapa waktu, ide pendirian museum muncul dan dimulailah pendiriannya yang ditandai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 31 Januari 1954, dan kemudian diresmikan pada tanggal 31 Januari 1956 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Yamin.[1]

Sejarah Pendirian

Berikut adalah periode sejarah pendirian Museum Puri Lukisan.[3]

1936

Rudolf Bonnet bersama dengan Raja Ubud pada saat itu, Tjokorda Gde Agung Sukawati, serta saudara laki-lakinya, Tjokorda Gde Raka Sukawati, mendirikan yayasan untuk seniman Bali yang dinamakan "Pitamaha". Yayasan ini beranggotakan 125 seniman yang berkumpul tiap minggu untuk mendiskusikan hasil karya lukisan dan ukiran kayu mereka. Namun, jalannya organisasi tersebut terganggu setelah adanya Perang Dunia Kedua, yang diikuti dengan pendirian organisasi baru bernama "Ubud Painters Group" oleh seniman I Gusti Nyoman Lempad di bawah bimbingan Tjokorda Gde Agung Sukawati dan Rudolf Bonnet. Organisasi ini pun tidak berlangsung lama yang akhirnya membuat kesadaran untuk pendirian museum.

1953

Didirikan Yayasan Ratna Wartha yang melaksanakan ide pendirian museum. Pada tahun ini, dilakukan perancangan Museum Puri Lukisan. Desain museum tersebut dibuat oleh Rudolf Bonnet dengan pembiayaan dari berbagai sumber.

1954

Peletakan batu pertama museum dilakukan oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo. Nama museum ini adalah Museum Puri Lukisan yang berarti istana dari berbagai lukisan. Gubernur Sarimin Reksodiharjo ikut mendukung dalam pembangunan museum ini.

1956

Museum Puri Lukisan selesai didirikan dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Yamin serta resmi dibuka kepada masyarakat umum tanggal 31 Januari 1956. Tjokorda Gde Agung Sukawati menjabat sebagai direktur dan Rudolf Bonnet sebagai kurator. Awal mula koleksi didominasi oleh donasi dari hasil karya Rudolf Bonnet. Kemudian, museum menerima berbagai donasi karya serta pembelian terhadap hasil karya yang menunjukkan perkembangan kesenian Bali yang unik dan berharga.

Bangunan dan Koleksi Museum

Bangunan Museum terdiri dari tiga bagian, yaitu[1][4]:

  1. Bangunan I (Bangunan Timur), bangunan pertama saat masuk, berisi koleksi karya awal dari Ubud dan desa-desa sekitarnya. Di bangunan ini terdapat lukisan dengan nuansa wayang dari abad ke-10 sampai abad ke-15 dan karya abad ke-20 oleh I Wayan Tutur yang berjudul "The Death of Karna" (1935).
     
    Contoh lukisan dengan nuansa wayang (Boma dan Kesna)

  2. Bangunan II, berada di sebelah kiri, berisi hasil karya yang colorful dari gaya lukisan Young Artist dan beberapa karya dengan gaya modern. Salah satu karya yang berada di bangunan ini adalah "Barong Dance" (1970) yang dibuat oleh I Gusti Made Kwandji.
  3. Bangunan III (Bangunan Utara), berada di sebelah kanan, berisi hasil karya klasik dan tradisional. Salah satu karya yang ada di bangunan ini adalah 'Temple Festival" (1938) yang dibuat oleh I Gusti Ketut Kobot.
  4. Bangunan IV (Bangunan Selatan), digunakan untuk acara pameran khusus.


 
"Birth of Anoman" karya I Gusti Nyoman Deblog (1906-1986)

Koleksi museum terdiri dari beberapa kategori, yaitu lukisan wayang kamasan, ukiran kayu, lukisan karya anggota Pitamaha, lukisan karya I Gusti Nyoman Lempad, dan lukisan Bali Modern. Koleksi-koleksi tersebut dipamerkan dalam empat galeri, yaitu pertama adalah Galeri Pitamaha (lukisan Bali tahun 1930-1945) dan I Gusti Nyoman Lempad, kedua adalah Galeri Ida Bagus Made (lukisan Bali tahun 1945-saat ini dan koleksi lukisan Ida Bagus Made), ketiga adalah Galeri Wayang (lukisan Bali tahun 1945-saat ini dan lukisan wayang kamasan), serta keempat adalah galeri yang menampilkan informasi sejarah para pendiri Museum Puri Lukisan.




  1. ^ a b c Kaya, Indonesia. "Museum Puri Lukisan, Pelestari Khazanah Seni Lukis Bali : Pariwisata - Situs Budaya Indonesia". IndonesiaKaya (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-11-17. 
  2. ^ "Museum Puri Lukisan Fabulousubud.com". www.fabulousubud.com. Diakses tanggal 2019-11-17. 
  3. ^ "Museum Puri Lukisan » About the Museum". Diakses tanggal 2019-11-17. 
  4. ^ "Museum Puri Lukisan | Ubud, Indonesia Attractions". www.lonelyplanet.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-17.