Mgr. Julianus Kema Sunarka, S.J. (25 Desember 1941 – 26 Juni 2020)[3] adalah Uskup Purwokerto yang menjabat dari 10 Mei 2000 sampai 29 Desember 2016.

Yang Mulia

Julianus Kema Sunarka

Uskup Emeritus Purwokerto
GerejaGereja Katolik Roma
KeuskupanPurwokerto
Penunjukan10 Mei 2000
Masa jabatan berakhir
29 Desember 2016
(16 tahun, 233 hari)
PendahuluPaschalis Soedita Hardjasoemarta, M.S.C.
PenerusChristophorus Tri Harsono
Imamat
Tahbisan imam
3 Desember 1975[1]
(48 tahun, 256 hari)
oleh Kardinal Justinus Darmojuwono
Tahbisan uskup
8 September 2000
(23 tahun, 342 hari)
oleh Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J.
Informasi pribadi
Nama lahirJulianus Kema Sunarka
Lahir25 Desember 1941 (umur 82)
Belanda Japanan Sendangmulyo, Minggir, Sleman
Wafat26 Juni 2020
RS Elisabeth Tegalsari, Candisari, Semarang
Kewarganegaraan Indonesia
DenominasiKatolik Roma
KediamanKeuskupan Purwokerto
Orang tuaElizabeth Veronica Ngadiah Sutodikromo[2]
Jabatan sebelumnya
SemboyanNon mea sed Tua Voluntas fiat (Lukas 22:42)
(Bukan kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi)
LambangLambang Julianus Kema Sunarka

Mgr. Sunarka dikenal sebagai pribadi yang sangat sederhana dan pandai melucu serta segar dalam menyampaikan ucapan-ucapannya.[4] Ia juga dikenal sebagai pribadi yang eksentrik, tetapi punya gaya pastoral yang benar-benar ciamik, bersemangat miskin, dan berpenampilan sangat sederhana.[5] Karena sudah berusia 75 tahun, Mgr. Sunarka pensiun dari jabatan Uskup Purwokerto pada tanggal 29 Desember 2016. Ia kemudian menghabiskan masa pensiunnya di Wisma Emmaus, Girisonta.

Karya

Sunarka menyelesaikan studi filsafat dan teologi di Belanda. Sunarka ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 3 Desember 1975. Pastor Sunarka dikenal cerdas dan piawai dalam urusan pengelolaan keuangan setelah menjadi Bendahara Keuskupan Agung Semarang pada kepemimpinan Kardinal Julius Darmaatmadja dan juga Bendahara Provinsi SJ Indonesia.[6]

Ia terpilih menjadi Uskup Purwokerto pada tanggal 10 Mei 2000, untuk meneruskan kepemimpinan Mgr. Paschalis Soedita Hardjasoemarta, M.S.C. yang telah meninggal dunia. Ia ditahbiskan menjadi uskup pada 8 September 2000, dengan Penahbis Utama adalah Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J., Uskup Agung Jakarta. Bertindak sebagai ko-konsekrator adalah Mgr. Alexander Soetandio Djajasiswaja, Uskup Bandung dan Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Semarang.

Selama kepemimpinannya, ia memiliki impian besar akan banyak hal dalam upaya mewujudkan Keuskupan Purwokerto sebagai tanda hadirnya Kerajaan Allah di dunia.[4] Selama sepuluh tahun kurun waktu 1991–2001, Keuskupan Purwokerto hidup dalam arah pengguliran visi Gereja Misioner, yakni Gereja yang diutus Yesus Kristus untuk melaksanakan kerasulan memberikan kesaksian dan juga mewartakan kabar gembira.[7] Mgr. Sunarka sempat menjadi Anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik untuk periode 1987–1990 dan 1990–1993.[8]

Kehidupan pribadi

Mgr. Sunarka dikenal memiliki kemampuan lebih sebagai 'dukun' pencari lokasi sumber air, dengan telah diminta oleh berbagai kalangan untuk mencarikan tuk (sumber air).[9][10] Hal ini terkait juga dengan kegiatannya dalam bidang keparanormalan, termasuk dalam tulisannya berjudul "Kemampuan Paranormal sebagai Anugerah Kodrati dan secara Istimewa sebagai Anugerah Adikodrati".[11]

Referensi

Pranala luar

Jabatan Gereja Katolik
Didahului oleh:
Paschalis Soedita Hardjasoemarta, M.S.C.
Uskup Purwokerto
10 Mei 2000 hingga 29 Desember 2016
Diteruskan oleh:
Christophorus Tri Harsono