Kapuk randu

Revisi sejak 28 Juli 2020 08.13 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (clean up)
Kapuk
Tanaman Kapuk di Honolulu, Hawaii
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. pentandra
Nama binomial
Ceiba pentandra

Kapuk randu atau kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam famili terpisah Bombacaceae). Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan bagian utara, Amerika Tengah dan Karibia. Untuk varitas C. pentandra var. guineensis berasal dari sebelah barat Afrika.

Kata "kapuk" atau "kapuk" juga digunakan untuk menyebut serat dari tanaman ini. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau kapuk Jawa, atau pohon kapas-sutra. Ceiba, genis tanaman ini juga merupakan simbol suci dalam mitologi bangsa Maya.

Informasi umum

 
Biji kapuk yang berisi serat di dalamnya

Pohon ini banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Asia, tepatnya di Malaysia, Filipina, dan Indonesia, tepatnya di pulau Jawa. Di Bogor terdapat jalan yang di sepanjang tepinya dinaungi pohon kapuk. Pada saat buahnya merekah suasana di jalanan menyerupai hujan salju karena serat kapuk yang berserakan di bawah pohon.

Pohon ini bisa tumbuh hingga setinggi 60–70 m. Batang pohon dapat mencapai diameter 3 meter. Akar pohon kapuk menyebar secara hozontal di permukaan tanah. Batang dapat menjulang dengan atau tanpa cabang. Sering juga ditemui duri-duri di batang pohon kapuk.

Tanaman ini akan tumbuh dengan baik pada ketinggian <500 meter dan temperatur malam hari kurang dari 17 derajat Celcius. Tanaman ini menyukai curah hujan yang tinggi, sekitar 1500–2500 mm/tahun. Tanaman kapuk mudah rusak oleh angin yang kuat.

Buah kapuk yang sudah kering merupakan sumber serat, digunakan untuk bahan dasar matras, bantal, hiasan dinding, pakaian pelindung, dan penahan panas serta peredam suara. Kulit kering buah kapuk dapat digunakan sebagai bahan bakar. Bijinya yang mengandung minyak yang digunakan sebagai pelumas dan minyak lampu, oleh sebab itu dapat dipakai sebagai bahan baku energi.

Bagian tanaman kapuk yang dapat dikonsumsi adalah daun,bunga, dan buah yang masih muda, seperti di Filipina, bunga dan buah muda dimakan di Thailand, dan polong yang sangat muda dapat dimakan di Jawa.

Bagian-bagian lain dari tanaman kapuk selain daripada selubung buahnya diketahui digunakan untuk kesehatan manusia[1]. Daun kapuk umum digunakan untuk mengobati gejala-gejala gangguan saluran pencernaan seperti diare, gangguan pada kulit, hingga sebagai obat penenang dan pereda rasa sakit. Pucuk dahan kapuk dapat digerus dan diambil ekstraknya untuk mengobati asma. Semua potensi manfaat kesehatan yang ada pada kapuk umumnya digunakan sebagai pengobatan alternatif sehingga belum ada standardisasi secara internasional mengenai aplikasi tanaman kapuk di bidang biomedis secara resmi.

Pertumbuhan dan Pembudidayaan

Tanaman kapuk mampu tumbuh hingga tinggi 70 meter, namun tanaman budidaya umumnya hanya tumbuh hingga mencapai ketinggian 10-30 meter[2]. Pohon kapuk berbuah pertama kali pada usia 4-5 tahun, dan dapat memiliki usia ekonomis hingga 60 tahun. Indonesia merupakan salah satu produsen kapuk terbesar di dunia, mencapai 80,000 ton per tahun dari 1996-2000, diikuti Thailand pada angka 40,000-45,000 dalam kurun waktu yang sama. Sebagian besar produk kapuk yang diproduksi digunakan untuk produksi dan konsumsi lokal, dengan ekspor hanya mencapai 800 ton per tahun, terutama ke Singapura, India, dan Amerika Serikat[3].

Potensi Lanjut

Analisis kandungan senyawa bioaktif dalam tanaman kapuk telah dilakukan melalui pendekatan metabolomik menggunakan spektrometri massa dan HPTLC (High-performance thin-layer chromatography, suatu bentuk lain dari kromatografi lapis tipis). Kapuk diketahui memiliki potensi biomedis yang belum banyak diteliti beserta dengan sifat fisiokimia lainnya yang diketahui dari kandungan senyawa kimia di dalam setiap bagian dan struktur yang ada.

Potensi biomedis

Daun kapuk diketahui menghasilkan senyawa-senyawa organik[4] sebagai berikut:

  • Senyawa fenolik sebanyak 174 mg/g
  • Senyawa alkanoid sebanyak 4.54 mg/g
  • Senyawa flavonoid sebanyak 26 mg/g
  • Tanin sebanyak 0.48 mg/g
  • Saponin sebanyak 1.55 mg/g
  • Asam fitat sebanyak 0.15 mg/g
  • TUI (trypsin inhibitor) sebanyak 14.54 mg/g
  • HUI (hemagglutinin inhibitor) sebanyak 9.65 mg/g
  • Asam oksalat sebanyak 0.1 mg/g

Dan senyawa derivat asam lemak sebagai berikut:

Aplikasi bioremediasi

Serat kapuk dapat dijadikan bahan absorban hidrofobik-oleofilik untuk pembersihan tumpahan minyak. Serat kapuk mentah dapat dipadatkan membentuk pak dengan densitas 0.02g/cm3 dan diketahui dapat menyerap senyawa diesel, pelumas hidraulis (AWS46), dan pelumas mesin (HD40) sebanyak 36, 43, dan 45 gram/gram pak. Performa absorban ini secara signifikan lebih baik daripada senyawa polipropilen (PP) yang hanya mampu menyerap 8-10 gram/gram serat untuk ketiga senyawa tersebut[5]. Potensi ini terutama dapat menjadi dasar peningkatan produksi kapuk dan ekspansi ekspor produk serat kapuk, serta dapat memicu daur ulang limbah produksi kapuk yang masih dapat dikemas menjadi pak absorban limbah tumpahan minyak, khususnya pada area lepas pantai.

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Ashton, Helen (2004-04). "The Royal Horticultural Society New Encyclopedia of Herbs & Their Uses (revised edition)2004152Deni Brown. The Royal Horticultural Society New Encyclopedia of Herbs & Their Uses (revised edition). London: Dorling Kindersley 2002. 448 pp., ISBN: 1 45053 0059 0 £30". Reference Reviews. 18 (3): 42–43. doi:10.1108/09504120410528289. ISSN 0950-4125. 
  2. ^ Gibbs, Peter; Semir, Joao (2003-12-30). "A taxonomic revision of the genus Ceiba Mill. (Bombacaceae)". Anales del Jardín Botánico de Madrid. 60 (2). doi:10.3989/ajbm.2002.v60.i2.92. ISSN 1988-3196. 
  3. ^ "Ceiba pentandra (PROSEA) - PlantUse English". uses.plantnet-project.org. Diakses tanggal 2019-04-25. 
  4. ^ Indian Medicinal Plants. New York, NY: Springer New York. hlm. 1–1. ISBN 9780387706375. 
  5. ^ Lim, Teik-Thye; Huang, Xiaofeng (2007-1). "Evaluation of kapok (Ceiba pentandra (L.) Gaertn.) as a natural hollow hydrophobic–oleophilic fibrous sorbent for oil spill cleanup". Chemosphere (dalam bahasa Inggris). 66 (5): 955–963. doi:10.1016/j.chemosphere.2006.05.062. 

Pranala luar