Gertrudes Johannes "Han" Resink (11 Oktober 1911 – 4 September 1997) adalah penyair, eseis dan sarjana Indonesia. Resink berasal dari keluarga berketurunan Indo. Orang tuanya mengoleksi berbagai benda seni Indonesia di rumahnya, dan ibunya sering dimintai sahabat-sahabatnya yang kaya untuk memperlihatkannya. Pendapatan dari situ digunakan untuk membiayai sekolah-sekolah wanita.

Menjelang Perang Dunia II, Resink aktif di Stuw-groep, suatu organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Hindia Belanda dan pembentukan negara konstitusional yang demokratis dengan tetap menjaga hubungan dengan Belanda. Resink menerbitkan karya-karyanya di De Fakkel, Oriëntatie, Indonesië, dan Ons Erfdeel.

Pada tahun 1950, Resink menjadi warganegara Indonesia dan antara tahun 1947-1976 menjadi guru besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sampai akhir hayatnya, ia tinggal di Jakarta.

Dalam sastra Belanda, Resink menduduki posisi yang unik. Ia merupakan satu-satunya orang di dunia sastra Eropa yang memasukkan napas kehidupan Indonesia. Sehingga, seperti yang dikemukakan oleh Rob Nieuwenhuys, sajak-sajak Resink mengandung kekuatan magis, tidak impresif, namun penuh akan kepercayaan lama dalam budaya di mana ia tinggal. Sekumpulan syair bahasa Belanda pertama kali muncul dengan judul Op de breuklijn, kemudian diperpanjang dalam karyanya Kreeft en Steenbok (1963). Pada tahun 1981 Trans-cultureel terbit. Kebanyakan karyanya mengambil bentuk yang biasa digunakan di Eropa seperti quatrain dan soneta, tetapi sering kali dihiasi permainan kata yang mengejutkan. Puisi-puisinya mengingatkan orang pada karya-karya Paul Marie Verlaine dan Charles Pierre Baudelaire.

Steyaert menunjukkan bagaimana Resink juga menjadi perintis generasi pujangga Tachtigers, dan memperlihatkan perbandingan pada karya-karya Jacques Fabrice Herman Perk, Willem Kloos dan Johan Andreas Dèr Mouw.

Sejumlah puisi Resink sudah diterjemahkan ke bahasa Prancis dan Indonesia.

Resink menerbitkan berbagai esai mengenai Joseph Conrad yang wajah spiritual dan budayanya berhadapan dengan karya-karya Arthur Rimbaud, Claude-Achille Debussy dan Multatuli.

Studi sejarah hukumnya diterbitkan dalam buku Indonesia's History between the Myths (1968). Dalam karyanya itu, ia menolak mitos empat abad kekuasaan Pax Neerlandica di Kepulauan Hindia (Nusantara).

Seluruh karya Resink dihibahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan sekarang menjadi koleksi Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.

Karya

  • Kreeft en Steenbok (1963)
  • Indonesia's History between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory (1968)
  • Trans-cultureel (1981), ISBN 90-290-1445-8
  • Raja dan Kerajaan yang Merdeka di Indonesia, 1850-1910: Enam Tulisan Terpilih (1987), ISBN 979-428-047-X
  • Perifeer en efemeer (2001), Querido's Uitgeverij, ISBN 90-214-7954-0

Sumber

  • Kris Steyaert, Aangewaaid uit een vreemd land: de westerse poëzie van G.J. Resink, Tijdschrift voor Nederlandse taal- en letterkunde 119, no. 4 (2003), hal. 279-299
  • Dick Hartoko, Enkele Javaanse achtergronden in de poëzie van Han Resink, di Ons Erfdeel 18, no. 2 (Maret-April 1975), hal. 184-189
  • Rob Nieuwenhuys, 1960, Over de dichter G.J. Resink, di De Gids; jil. 123, ed. 2 (Februari 1960), hal. 127-132
  • Rob Nieuwenhuys, Oost-Indische Spiegel: Wat Nederlandse schrijvers en dichters over Indonesië hebben geschreven, vanaf de eerste dagen der compagnie tot heden, Amsterdam, 1978 (cetakan ke-3), (1972)
  • Hendrik de Vries, Kritiek als Credo. Kritieken, essays en polemieken over poëzie, 's-Gravenhage, Nijgh & Van Ditmar, 1980.
  • Reinier Salverda, In Memoriam Han Resink (1911-1997), di Ons Erfdeel 41, no. 1 (Januari-Februari 1998), hal. 130-132
  • Bert Paasman, Dit heerlijk spel voorgoed afgelast. In memoriam Han Resink., di Indische letteren 12, no. 4 (Desember 1997), hal. 187-191
  • G.J. van Bork dan P.J. Verkruijsse, De Nederlandse en Vlaamse auteurs, (1985)

Tentang puisi Resink

Pranala luar