Misteri Gunung Merapi (seri televisi 1998)
Misteri Gunung Merapi adalah sinetron Indonesia yang diproduksi oleh Genta Buana Pitaloka. yang ditayangkan di Indosiar pada tanggal, 1 November 1998 hingga 18 Desember 2005.
Misteri Gunung Merapi | |
---|---|
Genre | Drama Kolosal Sejarah Horror Misteri Epos |
Pembuat | Genta Buana Pitaloka |
Ditulis oleh | M. Abnar Romli Niki Kosasih |
Skenario | M. Abnar Romli |
Cerita | Asmadi Sjafar |
Sutradara | M.Abnar Romli Ucik Supra ED.Pesta Sirait Muchlis Raya Dimas Haring Billy Kepayang |
Negara asal | Indonesia |
Bahasa asli | Indonesia |
Jmlh. musim | 3 |
Jmlh. episode | 369 (versi Indosiar) |
Produksi | |
Produser | Budhi Sutrisno |
Durasi | 60 minutes |
Rumah produksi | Genta Buana Pitaloka |
Distributor | Genta Buana Pitaloka |
Rilis asli | |
Jaringan | Indosiar (1 November 1998-18 Desember 2005, 12 April-26 November 2010, 14 September 2011-23 November 2012, 10 Februari-29 September 2013, 22 Februari-23 Juli 2020) TV7 (12 Oktober 2006-30 November 2007) ANTV (15 Februari 2008-31 Desember 2009) RTV (13 Februari-8 Agustus 2017, 23 Juni-30 Desember 2018) drama Channel (10 Februari-29 September 2019) OKTV (17 Januari-17 Juli 2021) Vision Prime (24 Juli 2021) |
Rilis | Minggu, 1 November 1998 – Minggu, 18 Desember 2005 |
Acara terkait | |
Angling Dharma Kehormatan Bidadari ABG Dia Kawin Gantung Inikah Rasanya Panji Manusia Millenium Kisah Sedih di Hari Minggu Ada Apa Dengan Cinta? Malam Pertama Senandung Masa Puber "Warkop Millenium" "Kecil-Kecil Jadi Manten" "Bajaj Bajuri" "Jinny oh Jinny" "Jinny Lagi Jinny Lagi" "Untung Ada Jinny" "Tukang Bubur Naik Haji" |
Sinopsis
Secara historis, Mak Lampir dikunci di dalam sebuah peti mati bertuliskan ayat Alquran oleh Kyai Ageng Prayogo, murid Sunan Kudus yang diperintahkan oleh Sultan Raden Patah untuk membasmi bid'ah dan menghancurkan Mak Lampir yang jahat.
Cerita kemudian mundur kembali ke peristiwa menjelang pertarungan. Mak Lampir, setelah mengorbankan seorang bayi, berbicara kepada para pengikut Sekte Terarati Tawny entang kekuatan yang dia terima dari dewa Batara Kala di sarang sekte tersebut, Gua Setan.
Sementara itu, Raden Patah mengadakan pertemuan dengan dewannya mengenai Lampir, yang meneror kerajaan. Dia bertanya kepada Syekh Sunan Kudus tentang calon potensial yang paling memenuhi syarat untuk memimpin misi penindasan terhadap sekte jahat di lereng Gunung Lawu. Sunan kemudian mengamati orang-orang yang hadir dalam pertemuan tersebut dan mengusulkan agar Kyai Ageng Prayogo memimpin penggerebekan tersebut, karena ia melihat cahaya kebaikan di dahi yang terakhir.
Mak Lampir yang marah merencanakan untu meneror Kerajaan Demak dan menyantet Kyai Ageng Prayogo. Prayogo menemukan sumber santet tersebut dan dia diserang oleh seekor kucing hitam yang berubah menjadi ular kobra. Dengan kekuatan yang dimilikinya, ia mampu mempertahankan diri dan menghancurkan ular sihir hitam tersebut. Pada saat itu Sunan Kudus menyapanya dari pintu dan melihat Prayogo sambil berkata bahwa Prayogo dicobai oleh musuh. Ia mengingatkan Prayogo bahwa musuhnya tidak sembarangan, dan memberikan tongkatnya. Dia berkata bahwa Lampir tidak bisa mati karena dia adalah ahli ilmu hitam. Satu-satunya cara untuk menghancurkannya adalah dengan mengunci peti dari pantek besi hitam yang dipantek dengan emas di setiap sudutnya.
Lampir yang mengintai dari mangkuk sarang merasa tertantang oleh Sunan Kudus yang menurutnya tidak bisa dia tiru. Ia meminta bantuan Ratu Pantai Selatan, Gusti Roro Kidul. Keesokan harinya, Lampir dan murid-muridnya berangkat ke Pantai Selatan dan menyiapkan sesajen (kepala kerbau, gagak, makanan dan dupa) biasa memanggil Gusti Roro Kidul yang kemudian di hanyutkan dalam gelombang. Gusti Roro Kidul terlihat dari air bersama dayangnya dan bertanya tentang Mak Lampir. Lampir meminta bantuannya untuk melawan Sunan Kudus. Ratu berkata bahwa ia harus meminta pengampunan, karena Sunan Kudus memiliki bala tentara surga yang tidak dapat ia lihat. Lampir memaksa Ratu untuk membantunya. Ia memberikan cambuk ajaib yang harus dibasahi darah, ditambah dengan pengorbanan suci tujuh bayi. Kyai Ageng Prayogo dan pasukannya sudah dalam perjalanan menuju lereng Gunung Lawu.
Pasukan tiba di lereng Gunung Lawu, Lampir dan siswa mulai bertarung. Pukulan Lampir ditangkis oleh Kyai Ageng Prayogo. Lampir pun memperagakan cambuk saktinya yang mampu mengeluarkan gelombang ledakan saat di pecutkan. Mereka bertarung di atas air. Isi perut Lampir diekstraksi oleh Kyai Ageng Prayogo, dan tenggelam ke dasar. Bagian-bagian tubuh kembali menyatu dan menghidupkan kembali Lampir. Namun Prayogo mengurung Lampir di dalam peti dan menyimpan peti di sarang Lampir. Sebelum Prayogo pergi, Lampir bersumpah akan membalas dendam pada Prayogo. Prayogo menggerogoti sarang Lampir dan pasukan Demak kabur.
130 tahun kemudian, ketika sekelompok pria saat berburu babi hutan, satu per satu, Sarmah, ambruk ke dalam lubang. Temannya, Tahir, turun ke gua untuk membantu Sarmah. Keduanya menjelajahi gua yang penuh tengkorak itu untuk mencari jalan keluar, dan menemukan peti Mak Lampirkan yang ditiban oleh berhala Batara Kala (dan dijaga oleh roh yang mengelilingi peti itu, yang tidak bisa dilihat oleh Sarmah dan Tahir). Mereka berdua mengira itu berisi peti harta karun, dan mencoba membukanya. Mereka berhasil, dan Sarmah menemukan tubuh Mak Lampir tergeletak di dalamnya. Tahir, di sisi lain, melihat harta karun di dalam peti mati. Sarmah mencoba melarikan diri sementara Tahir dengan gila - gilaan dalam ilusi harta karun yang dilihatnya, dan menuduh Sarman sebagai orang yang rakus yang ingin mengambil semua harta itu. Mereka saling berkelahi seni bela diri, sedangkan roh Mak Lampir kembali ke tubuhnya. Sarmah dikalahkan dan jatuh di peti mati Mak Lampir, darah menetes ke bibir Mak Lampir. Attach Mak terbangun dan membunuh Sersan, lalu membalik keluar gua. Ia menyatakan balas dendam kepada keturunan Prayogo yang sudah lama meninggal.
Suatu malam, di sebuah desa, beberapa warga ditemukan tewas dengan luka cakar di wajahnya, yang ternyata satu keluarga. Kerajaan Demak yang telah menjadi pengurus istana kerajaan Mataram. Sultan ingin turun tangan sendiri untuk mencari pembunuh warga - warga tersebut, namun senopatinya berkata mereka akan mengurusnya.
Adegan kemudian beralih ke pertarungan pencak silat antara beberapa pria dan seorang wanita lansia yang pandai silat di malam hari. Wanita itu mampu diikat oleh Kyai Kanjeng istana, Syekh Ali Akbar, dan ia berbakti pada salah seorang senopati Mataram. Senopati itu pun memerintahkan penjaga untuk menguncinya di dalam sangkar. Ternyata, Mak Lampir telah menjelma menjadi Syekh Ali Akbar tanpa sepengetahuan siapapun.
Keesokan paginya, salah satu senopati wanita sakti membicarakan hal itu dengan bawahannya yang akrab dipanggil Nini Thowok. Senopati itu diperintahkan untuk dibawa kepadanya. Tetapi seorang penjaga melaporkan bahwa wanita itu telah melarikan diri. Kaisar kemudian memerintahkan untuk menangkapnya, hidup atau mati.
Sedangkan sekelompok anak - anak bermain gatrik di pinggiran kampung. Tiba - tiba Mak Lampir muncul dan menangkap gatriknya di udara dan menghancurkannya. Kemudian dia bertanya apakah salah satunya adalah putra Harun Hambali (salah satu keturunan Prayogo). Anak-anak - dan bahkan kemudian melarikan diri dari anak-anak.
Malam harinya, setelah belajar, Sembara, Bashir dan Aji sedang dalam perjalanan pulang ketika salah satu dari mereka, Bashir, mencium bau dupa. Seekor kelelawar besar beterbangan di atas kepala mereka, sedangkan Nyi Bidara mengawasi dari balik semak - semak. Bashir mengompol karena ketakutan, dan mereka bertiga bergegas pulang. Mak tertawa terbahak-bahak Lampir terdengar diatas pepohonan, ikuti anak - anak tersebut. Mereka lari ke rumah Aji untuk bersembunyi, tapi kemudian bahan tertawaan Mak Lampir berhenti, dan Bashir dan blabla pulang. Kemudian pada tengah malam, Mak Lampir menemukan Aji dan ingin menyerang hingga kemudian dihentikan oleh Nyi Bidara. Pertarungan bela diri Nyi Bidara dan Mak Lampir, dan terlihat jelas bahwa keduanya adalah lawan yang setara. Mereka menghilang sebentar, dan ibunya Aji, terbangun, menanyakan kejadian apa yang terjadi di luar. Aji bilang ada orang yang bertengkar, tapi kata ibunya dia ngawur saja.
Keesokan paginya, penduduk desa membicarakan kejadian tadi malam. Mereka mendengar berbagai macam suara dan mencurigai apa - apa yang terjadi. Ternyata seorang wanita telah meninggal karena dicekik nenek. Suaminya, Tuan Raisman datang ke tempat dia dirawat oleh seorang Raden di rumahnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia menemukan seorang nenek mencekik istrinya sampai mati sementara putrinya Farida takut, tetapi anehnya, Farida aman dari Mak Lampir. Kanjeng dan Raden pun diminta menemui Farida dan memeriksanya, karena Mak Lampir tidak bisa menyentuhnya.
Sedangkan Nyi Bidara yang dalam keadaan luka - luka di rumahnya dan meminta bantuan suaminya, Kyai Jabad. Nyi Bidara menceritakan bahwa dia pernah bertengkar dengan Mak Lampir, dan suaminya mengetahui cerita Mak Lampir - cerita guru pertama mereka, Ki Banaspati. Nyi Bidara Lampir Mak mengakui bahwa kekuatannya jauh lebih kuat darinya, dan mengatakan kepadanya bagaimana dia bisa dihajar begitu. Sehari sebelumnya, ia berniat menjaga keluarga Pak Raisman dari Mak Lampir (mBok Gino adalah keturunan Prayogo) dan memberikan bala penangkal wahyu kepada Farida, namun mBok Gino menolak dan mengusir Nyi Bidara pergi. Pada malam itu, Mak Lampir datang untuk membunuh keluarga Pak Raisman, dan dia melawannya. Mak Lampir kali ini bersetting melawan Nyi Bidara, berubah menjadi tumbuhan menjalar raksasa yang melilit - lilitan Nyi Bidara, membuatnya babak belur.
---
Lampir mendapat banyak sekutu dan salah satunya adalah Grandong yang juga ahli seni bela diri dan ilmu hitam.
Lampir mendapat perlawanan dari para pendekar dan ulama Mataram, terutama Sembara.
Pemeran
Season 1 (7 Februari 1999-29 Juli 2001)
Pemeran | Peran |
---|---|
Farida Pasha | Mak Lampir |
Herby Latul | Kyai Ageng Prayogo |
Badirul | |
Marcelino | Sembara |
Devi Zuliaty | Farida |
Yuni Sulistyawati | Farida (setelah Devi Zuliaty) |
Syamsul Gondo | Basir |
Reyvaldo Luntungan | Mardian |
George Taka | Lindu Aji |
Rizal Djibran | Lindu Aji (setelah George Taka) |
Wulan Guritno | Pitaloka/Prihatini |
Monica Oemardi | Mayangsari/Pendekar Perak |
Candy Satrio | Jatmiko |
Teddy Uncle | Panglima Kumbang |
Jaka Wardhana | |
Hadi Leo | Sultan Demak |
Demang Wirantanu | |
Ki Sentanu | |
Ki Bintara | |
Fendy Pradana | Sultan Agung |
Hendra Cipta D. | Ki Mandaraka |
Chairil JM | Tumenggung Surotani |
Datuk Ranggasana | |
Wisnuwardhana | Sunan Kudus |
Samsuri Kaempuan | Kyai Jabat |
Nungki Kusumastuti | Maryamah (Ibunda Sembara) |
Baron Hermanto | Raisman (Ayahanda Farida) |
Anneke Putri | Rosminah (Bibi Farida) |
Yoga Pratama | Sembara kecil |
Niken Ayu | Farida kecil |
Anika Hakim | Nyi Bidara |
Edi Tambudo | Kyai Jabat |
Aldona Toncic | Nyi Roro Kidul |
Nyi Blorong | |
Karen | |
Manan Dipa | Kyai Ageng Jembar Jumantoro |
Fitria Anwar | Darasuta/Nyai Kembang |
Simon Cader | Adolf Pieter |
Rizal Muhaimin | Alang Kibar |
Irman Heryana | Suminta |
Bagus Sajiwo | |
Anne J. Cotto | Ibunda Bagus Sujiwo |
Chaerul JM | Ayahnya Bagus Sajiwo |
Liza Chaniago | Putri Wandan Sari |
Katipari | |
Lannd S. Piana | Sentanu |
Wingky Harun | Kalagondang |
Lilis Suganda | Wak Bayau |
Rindi Antika | |
Budi Swazkrone | Kapten De Voss |
Randy Bramasta | Kalawika |
Hendri Hendarto | Banuseta |
Rochim Latul | Bakawulung |
Lella Anggraini | Nyi Warik |
Benny Burnama | Sarkali |
Bongkok | |
Prie Panggih | Kyai Karang Senaya |
Kyai Gozali | |
Kyai Jamas | |
Hans Gunawan | Kuwu Darta |
Suzanna Meilia | Minten |
Rinata (Ibunda Grandong) | |
Ratu Siluman Srigala | |
Diana Yusuf | Ibu Minten |
Piet Pagau | Juragan Katma |
Ki Bongkok | |
Yurike Prastika | Nyai Sunti |
Dhini Aminarti | Mandakini |
Deo | Omen |
Titin Asmara | Mpok Kutut |
Blirik | Ki Sangguling |
Agus Kuncoro | Sultan Agung setelah Fendy Pradana) |
Ananda George | Kuda Sungsang |
Season 2 (19 Agustus 2001-26 Mei 2002)
Pemeran | Peran |
---|---|
Farida Pasha | Mak Lampir |
Marcelino | Sembara |
Yuni Sulistyawati | Farida |
Syamsul Gondo | Basir |
Rizal Djibran | Lindu Aji |
Monica Oemardi | Mayangsari/Pendekar Perak |
Irman Heryana | Bagus Sajiwo |
Candy Satrio | Jatmiko |
Rizal Muhaimin | Santa Lima/Mata Malaikat |
Wingky Harun | Kalagondang |
Lilis Suganda | Rindi Antika |
Teddy Uncle | Panglima Kumbang |
Samsuri Kaempuan | Kyai Jabat |
Anika Hakim | Nyi Bidara |
Nungki Kusumastuti | Maryamah |
Baron Hermanto | Raisman |
Aldona Toncic | Nyi Blorong |
S.Manan Dipa | Kyai Ageng Jembar Jumantoro |
Agus Kuncoro | Sultan Agung |
Anto Wijaya | Kamasutra |
Lyra Virna | Nona Corry |
Gandasuli | |
Anjasmara | Young Grandong |
Suzanna Meilia | Kenting Jamas |
Cornelia Agtha | |
Indra Bekti | |
Komeng | Kenting Sari |
Ulia Sari | Kenting Wulan |
Febriyanti | Kenting Kuning |
Christine Dewayanti | Winarti |
Errina GD | Endang Sunarsih |
Arif Iskandar | Gundala Seta |
Chaerul JM | Datuk Larang Tapa |
Season 3 (2 Juni 2002-18 Desember 2005)
Pemeran | Peran |
---|---|
Farida Pasha | Mak Lampir |
Marcelino | Sembara |
Yuni Sulistyawati | Farida |
Syamsul Gondo | Basir |
Rizal Djibran | Lindu Aji |
Monica Oemardi | Mayangsari |
Roro Inten | |
Dewi Racun (setelah Anne J. Cotto) | |
Irman Heryana | Bagus Sajiwo |
Candy Satrio | Jatmiko |
Lyra Virna | Gandasuli |
Rizal Muhaimin | Santa Lima/Mata Malaikat |
Wingky Harun | Kalagondang |
Lilis Suganda | Rindi Antika |
Nyi Roro Kidul | |
Chaerul JM | Datuk Larang Tapa |
Dam Saputra | Datuk Larang Tapa (setelah Chaerul JM) |
Anto Wijaya | Kamasutra |
Fitria Anwar | Dewi Ambalika |
Teddy Uncle | Panglima Kumbang |
Samsuri Kaempuan | Kyai Jabat |
Anika Hakim | Nyi Bidara |
S.Manan Dipa | Kyai Ageng Jembar Jumantoro |
Agus Kuncoro | Sultan Agung |
Roy Jordy | Sultan Agung (setelah Agus Kuncoro) |
Anne J. Cotto | Sarkati |
Dewi Racun | |
Indrq Bekti | Kenting Sari |
Tukinah | |
Roro Gandari | |
Uliasari | Kenting Wulan |
Endang Cuwiri | |
Febriyanti | Kenting Kuning |
Inong | |
Christine Dewayanti | unsortableKumbalini |
Reynaldi | Rangga Setan |
Sawung Dahana | |
Welu | |
Jhon Thasrif | Sawung Dahana Dewasa |
Kiki | Grandong (setelah [[Arief Nurman) |
Deo | Mahesa Jenar Kecil |
Choky Andriano | Mahesa Jenar |
Ahmad Affandy | Mahesa Jenar (setelah Choky Andriano) |
Errina GD | Dewi Sendok |
Mawar Putih | |
Dewi Iprih | |
Hellya Septiana | Dewi Bajul |
Arif Iskandar | Gundala Seta |
Setan Utara 1 | |
Dwi Andhika | Bondan |
Angel Karamoy | Puspita |
Lucky Hakim | Raden Samba |
Sofie Amalia | Sukmawati |
Roro Setyawati | |
Budi Chaerul | Ki Dunia Banda |
Gundala Seta | |
Penty Nur Afiani | Ayu Wulandari |
Rah Syahputra/Chris Chandra | Blotong |
Imel Putri Cahyati | Citrasena |
Mahisa Aulia Dinsi | Tirta/Jaka Lelana |
Suzanna Meilia | Minten |
Wulandari | |
Rindi Antika (setelah Lilis Suganda) | |
Revi Mariska | Winarih (Putri Dewi Ambalika & Kamasutra) |
Dewi Kala | |
Dian Selasih | |
Ananda George | Ismoyo |
Sandy Permana | Rangga Seta |
Aryasoma | |
Nurman Arief | Grandong/Indrajit |
Ki Wangs | |
Prabu Naga Pratala | |
Ki Bagaspati | |
Denia | Nyi Tuwi |
Puspa | |
Amprah Erlangga | Ki Lupit |
Murti Sari Dewi | Nyai Parwati |
Ratu Annisa | Putri Rembulan |
Diaz Erlangga | Gendowor/Topeng Hitam |
Dani Permana | Tumenggung Martoloyo |
Afdhal Yusman/Ricky Rifky | Puspo Negoro |
Hans Gunawan | Kyai Jumantoro |
Aris Kurniawan | Aji Basa Pamungkas/Bayu Seta |
Reyvaldo Luntungan | Kapten Marcus |
Tumenggung Wiralaga | |
Sang Hyang Naga Percona | |
Dewa Petir | |
Sigit Antonio | Raden Sutejo |
Amangkurat I | |
Temmy Rahadi | Murid Datuk Larang Tapa |
Bima Sena | Pangeran Purbaya |
Rendy Bramasta | Tumenggung Alap Alap |
Ruslan Basri | Kyai Jabat |
R. Novel | Kyai Basari |
Fairus Salam | Dewi Sekar Arum |
Alex Bernard | Kyai Ageng Sebayu |
Ratu Anya | Sang Hyang Kili |
Imelda Soraya | Nyi Blorong |
M. Arif | Setan Utara 3 |
Nurcholis | Raden Permadi/Wiratsangka |
Andez Raditya | Raden Permadi/Wiratsangka (setelah Nurcholis) |
Banowati | |
Nagasariti | |
Alan | Ki Welang |
Puput | Nyi Weling |
Lisda Oxalis | Nandini (siluman ular) |
Roro Grinsing | |
Nyi Blorong (setelah Imelda Soraya | |
Faisal Bugis | Pangeran Trunojoyo |
Arifin Gunawan | Jaka |
Kuma Somala | |
Husein Khalia | Hiralal Shangker |
Tumenggung Martopuro | |
Setan Bongkok | |
Alfiano | Kala Roma Abang |
Zaenal Patikawa | Ki Pangalanan |
Wawan | Ki Mertani |
Wawan Bima | Ki Sumangkar |
Mack Reynaldo | Pangemis Tangan Seribu |
Yoseph Holne | Ki Panut |
Rossi Ayu | Nyi Panut |
Ambarwati | |
Yuri Zhang | Mawar Putih (setelah Errina GD) |