Gangguan kecemasan sosial

gangguan kecemasan yang terkait dengan situasi sosial

Gangguan Kecemasan Sosial atau Social Anxiety Disorder (SAD) adalah penyakit kecemasan yang ditandai dengan munculnya rasa takut yang kuat pada situasi-situasi sosial tertentu, yang menyebabkan tekanan serta ketidakmampuan untuk berfungsi secara normal dalam beberapa bagian kehidupan yang dijalani penderita.

Gangguan kecemasan sosial
Informasi umum
Nama lainFobia Sosial
SpesialisasiPsikiatri
Faktor risikoFaktor genetik, gangguan mental yang sudah ada sebelumnya
Aspek klinis
Gejala dan tandaIsolasi sosial, kewaspadaan tinggi, perasaan rendah diri, harga diri rendah, kesulitan bersosialisasi dengan orang lain
Awal munculBiasanya selama masa remaja
PerawatanPsikoterapi, obat antidepresan, benzodiazapin, pregabalin
Prevalensi7.1% per tahun[1]

Deskripsi

Merasa gugup dalam beberapa situasi sosial merupakan kondisi yang normal, dan bukan merupakan gangguan kecemasan sosial. Pada gangguan kecemasan sosial (fobia sosial), interaksi sosial sehari-hari pun dapat menyebabkan ketakutan ekstrem.

Gangguan kecemasan sosial adalah suatu kondisi kesehatan mental kronis yang menyebabkan kecemasan irasional atau ketakutan berada di tempat umum yang ramai. Penderita, jika berada di tempat itu, biasanya memiliki ketakutan akan mempermalukan atau menghina dirinya sendiri.

Berada dan mengerjakan sesuatu di tempat umum akan menyebabkan ketidaknyamanan pada penderita gangguan kecemasan sosial. Jika seseorang terganggu oleh jenis ketakutan tersebut, orang itu kemungkinan menderita gangguan kecemasan sosial.

Dari seluruh penderita fobia sosial, 50% di antaranya telah mengalami gejala fobia sosial sejak usia 11 tahun dan 80% sejak usia 20 tahun. Munculnya fobia sosial pada usia dini ini cenderung mendorong munculnya depresi berat, tindakan penyalahgunaan obat-obatan, dan konflik-konflik psikologis maupun sosial lainnya.

Gejala-gejala fisik yang sering muncul pada penderita fobia sosial adalah kulit memerah/merona, munculnya keringat berlebihan (hiperhidrosis), gemetar, jantung berdebar, dan mual. Cara bicara yang terbata-bata atau gagap bersamaan dengan kecepatan bicara yang terlampau tinggi bisa juga muncul pada tingkat tertentu. Dari segi psikologis, serangan panik (panic attacks) mungkin terjadi apabila rasa takut dan tidak nyaman yang muncul luar biasa hebatnya dan benar-benar di luar kendali.

Diagnosis dan penanganan dini sangat penting untuk penderita fobia sosial agar mereka tidak mengalami penyakit tambahan lain, seperti depresi. Beberapa penderita mungkin mencoba mengatasinya dengan cara yang sama sekali tidak sehat dan solutif, misalnya konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang (narkoba). Cara penanganan yang salah ini lumrah terjadi di kalangan penderita, terutama pada mereka yang tidak diberi perhatian, diagnosis dini, penanganan, perawatan, dan pengobatan yang layak. Ini bisa membuat mereka menjadi alkoholik, mendapat gangguan makan, dan terlibat berbagai tindakan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Oleh karena itu, SAD atau fobia sosial sering kali disebut sebagai “penyakit kehilangan kesempatan atau peluang” karena berbagai risiko buruk yang muncul memengaruhi kondisi kesehatan, sosial, hingga kehidupan si penderita.

Penyebab

Seperti banyak kondisi kesehatan mental lainnya, gangguan kecemasan sosial mungkin timbul dari interaksi yang kompleks dari lingkungan dan gen. Para peneliti terus mempelajari kemungkinan penyebab, termasuk:

Gen

Para peneliti mencari gen-gen tertentu yang berperan dalam kecemasan dan ketakutan. Gangguan kecemasan sosial tampaknya menurun dalam keluarga. Namun, bukti menunjukkan bahwa komponen herediter pada kondisi ini disebabkan perilaku cemas yang ditiru dari anggota keluarga lainnya.

Biokimia

Peneliti mengeksplorasi ide bahwa bahan kimia alami dalam tubuh mungkin memainkan peran dalam gangguan kecemasan sosial. Misalnya, ketidakseimbangan dalam serotonin otak bisa menjadi faktor penyebab. Serotonin, merupakan neurotransmitter yang membantu mengatur suasana hati dan emosi. Orang dengan gangguan kecemasan sosial dapat sangat sensitif terhadap efek serotonin.

Respons takut

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa struktur dalam otak yang disebut amigdala mungkin memainkan peran dalam mengendalikan respons takut. Orang yang memiliki amigdala yang terlalu aktif mungkin memiliki respons takut yang tinggi, menyebabkan peningkatan kecemasan dalam lingkungan sosial.

Perawatan

Gangguan kecemasan sosial biasanya berlangsung seumur hidup. Namun, pengobatan dapat membantu untuk mengontrol gejala dan menjadikan penderita lebih percaya diri dan nyaman dalam lingkungan sosial.

Dua jenis perawatan yang paling efektif adalah terapi obat-obatan dan psikoterapi yang disebut terapi perilaku kognitif. Kedua pendekatan ini sering dikombinasikan untuk perawatan gangguan kecemasan sosial.

Lihat pula

Referensi

  • Belzer K. D.; McKee M. B.; Liebowitz M. R. (2005). "Social Anxiety Disorder: Current Perspectives on Diagnosis and Treatment". Primary Psychiatry. 12 (11): 40–53. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-12. Diakses tanggal 2017-05-04. 
  • Beidel, D. C., & Turner, S. M. (2007). Shy children, phobic adults: Nature and treatment of social anxiety disorders (2nd ed.) (pp. 11–46). Washington, DC US: American Psychological Association. doi:10.1037/11533-001
  • Berent, Jonathan, with Amy Lemley (1993). Beyond Shyness: How to Conquer Social Anxieties. New York: Simon & Schuster. ISBN 0-671-74137-3.
  • Bruch M. A. (1989). "Familial and developmental antecedents of social phobia: Issues and findings". Clinical Psychology Review. 9: 37–47. doi:10.1016/0272-7358(89)90045-7. 
  • Burns, D. D. (1999). Feeling Good: the new mood therapy (Rev. ed.). New York: Avon. ISBN 0-380-81033-6.
  • Crozier, W. R., & Alden, L. E. (2001). International Handbook of Social Anxiety: Concepts, Research, and Interventions Relating to the Self and Shyness. New York: John Wiley & Sons, Ltd. ISBN 0-471-49129-2.
  • Hales, R. E., & Yudofsky, S. C. (Eds.). (2003). Social phobia. In Textbook of Clinical Psychiatry (4th ed., pp. 572–580). Washington, D.C.: American Psychiatric Publishing.
  • Marteinsdottir I.; Svensson A.; Svedberg M.; Anderberg U.; von Knorring L. (2007). "The role of life events in social phobia". Nordic Journal of Psychiatry. 61 (3): 207–212. doi:10.1080/08039480701352546. 
  • Social Anxiety (including self-help links) di Curlie (dari DMOZ)
  • Support Group Providers for Gangguan kecemasan sosial di Curlie (dari DMOZ)