Psikoterapi

terapan psikologi untuk mengubah perilaku menjadi yang diinginkan

Psikoterapi adalah pelayanan psikologi yang dilakukan oleh pakar kepada pasien yang memerlukan penyembuhan diri secara psikologi. Para pakar di bidang psikoterapi adalah para psikolog, psikiater, perawat jiwa, dan konselor.[1] Psikoterapi merupakan salah satu bentuk intervensi klinis.[2] Jenis penyakit yang dapat ditangani oleh psikoterapi adalah gangguan jiwa.[3] Pengobatan yang dilakukan pada psikoterapi hanya yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku.[4] Psikoterapi merupakan salah satu metode penanganan klinis yang utama bagi penderita depresi.[5]

Pengertian

sunting

Istilah psikoterapi berasal dari Bahasa Yunani Kuno, yaitu psyche (jiwa) dan therapeia (merawat, mengobati, menyembuhkan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikoterapi diartikan sebagai "cara pengobatan dengan mempergunakan pengaruh (kekuatan batin) dokter atas jiwa (rohani) penderita, dengan cara tidak mempergunakan obat-obatan, tetapi dengan metode sugesti, nasihat, hiburan, hipnosis, dan sebagainya".[6]

Psikoterapi berbeda dengan konseling bila ditinjau dari segi tujuannya. Tujuan konseling lebih terbatas bila dibandingkan dengan psikoterapi. Konseling hanya bertujuan untuk mempengaruhi perkembangan seseorang secara sesaat dengan pelibatan diri. Hasil yang dicapai dari konseling adalah pengembalian fungsi dari diri seseorang sesuai dengan peranannya. Psikoterapi memiliki tujuan yang lebih besar karena tidak hanya menghasilkan perubahan struktur kepribadian yang mendasar di masa sekarang, tetapi juga untuk masa depan. Jadi, psikoterapi memiliki tiga tujuan sekaligus, yaitu terapi, penyesuaian diri dan remediasi.[7]

Psikoterapi dan bimbingan dan konseling sama-sama merupakan metode intervensi. Perbedaan lain antara psikoterapi dan konseling adalah dari segi tingkat permasalahan dari pasien dan alasan penerapannya. Psikoterapi sebagian besar hanya menangani permasalahan yang tergolong masalah berat. Psikoterapi dan konseling memiliki persamaan dari segi permintaan karena keduanya hanya dilakukan atas permintaan pasien. Sedangkan bimbingan dapat dilakukan tanpa adanya permintaan dari pasien.[8]

Penggabungan antara konseling dan psikoterapi diawali dengan dibentuknya Federasi Konseling dan Psikoterapi Australia pada tahun 1998. Namun, Federasi Konseling dan Psikoterapi Australia masih tetap mengakui adanya perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Kemudian di Inggris timbul kecenderungan dari konselor bahwa mereka juga merupakan psikoterapis. Karenanya, pada tahun 2000, Asosiasi Britania untuk Konseling mengubah nama organisasinya menjadi Asosiasi Britania untuk Konseling dan Psikoterapi.[9]

Psikoterapi psikiatrik

sunting

Psikoterapi psikiatrik merupakan jenis terapi holistik yang bertujuan untuk pemulihan rasa percaya diri dari pasiennya. Tujuan lain dari psikoterapi psikiatrik adalah meningkatkan fungsi ego pada pasien.[10]

Psikoterapi transpersonal

sunting

Psikoterapi transpersonal bertujuan untuk peningkatan transendensi kesadaran pikiran sehingga mampu membuatnya mengeksplorasi kesadaran. Hasil yang dicapai dari psikoterapi transpersonal adalah kesadaran transpersonal yang menghasilkan pengungkapan diri yang sejati. Teknik psikoterapi transpersonal meliputi meditasi dan berdoa.[11]

Teknik penyembuhan

sunting

Psikoanalisis

sunting
 
Sigmund Freud, pelopor psikoanalisis yang menjadi salah satu teknik penyembuhan dalam psikoterapi

Psikoanalisis merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk memberikan uraian tentang kualitas-kualitas kejiwaan beserta perubahan-perubahannya. Psikoanalisis diterapkan dalam psikoterapi untuk mengetahui kepribadian seseorang. Tokoh yang pertama kali merintis psikoanalisis adalah Sigmund Freud.[12] Penanganan klinis dalam psikoanalisis meliputi tindakan hipnosis, katarsis, asosiasi bebas, dan analisis mimpi.[13]

Logoterapi

sunting
 
Viktor Frankl, pembuat teknik logoterapi yang menjadi salah satu teknik penyembuhan dalam psikoterapi

Logoterapi merupakan teknik psikoterapi yang dibuat oleh Viktor Frankl. Prinsip dasar dari logoterapi adalah pemaknaan yang terbagi lagi menjadi tiga jenis. Prinsipnya diawali dengan memberikan pandangan bahwa kehidupan selalu memiliki makna bahkan dalam kondisi yang paling menyedihkan sekalipun. Prinsip kedua adalah pandangan bahwa tujuan dari kehidupan adalah mencari makna dari kehidupan itu sendiri. Prinsip ketiga adalah manusia memiliki kebebasan untuk memaknai setiap tindakan yang dilakukan dan dialami olehnya meskipun itu memiliki kesengsaraan.[14]

Doa dan zikir

sunting

Dalam ilmu kesehatan jiwa, doa dan zikir termasuk jenis terapi psikiatrik. Tingkatannya lebih tinggi dibadingkan dengan teknik psikoterapi yang umum. Doa dan zikir dapat mempercepat proses penyembuhan. Percepatan ini merupakan hasil dari nilai yang terkandung di dalam doa dan zikir, yaitu harapan dan rasa percaya diri. Harapan dalam doa dan zikir ditujukan kepada Tuhan. Adanya harapan dan rasa percaya diri ini kemudian memberikan dampak pada peningkatan sistem imun.[15]

Komunikasi

sunting

Konseling telepon

sunting

Konseling telepon merupakan jenis konseling yang dilakukan melalui panggilan telepon untuk keperluan pelayanan psikologi. Pengadaan konseling telepon merupakan pendahuluan untuk mengadakan konseling tatap muka. Selama konseling telepon, pasien ditanyakan akan mengikuti konseling telepon atau mengadakan konseling tatap muka. Konseling telepon telah menjadi salah satu jenis pelayanan yang cenderung digunakan oleh para psikoterapis dan psikolog.[16]

Kaitan dengan agama

sunting

Psikoterapi selalu berkaitan dengan makna hidup, nilai dan perilaku. Ketiga hal ini secara teori maupun praktis telah dimiliki oleh agama. Penghubungan antara agama dengan psikoterapi adalah pada keyakinan. Tanpa adanya sebuah keyakinan yang dimiliki oleh pasien, psikoterapi tidak akan berpengaruh terhadap pasien.[17]

Manfaat

sunting

Penyelesaian permasalahan kehidupan

sunting

Psikoterapi pada prinsipnya dilakukan untuk membantu pasien dalam pemahaman dan kejelasan pandangan hidupnya serta penentuan nasibnya sendiri. Dalam prosesnya, psikoterapi juga menyelesaikan permasalahan kehidupan yang bersifat emosional atau memuat karakter interpersonal.[18] Psikoterapi individual dapat digunakan sebagai teknik bimbingan yang memberikan penyembuhan bagi individu.[19]

Penyakit yang disembuhkan

sunting

Gangguan stres pascatrauma

sunting
 
Psikoterapis (baju putih) sedang mengadakan program pelatihan biofeedback pada pasien (baju hitam) yang mengalami gangguan stres pascatrauma.

Gangguan stres pascatrauma dapat diatasi dengan tiga tipe pengobataan psikoterapi, yakni pengelolaan kegelisahan terapi kognitif dan terapi kepekaan. Pada pengelolaan kegelisahan, pasien akan diajari beberapa keterampilan oleh terapis, yakni pelatihan relaksasi, pelatihan pernapasan berulang, berpikir positif dan bicara sendiri, latihan ketegasan dan berhenti berpikir. Pelatihan relaksasi dilakukan dengan belajar mengendalikan rasa takut dan kecemasan secara sistematis dengan merelaksasikan kelompok otot-otot yang utama. Pelatihan pernapasan berulang dilakukan dengan belajar pernapasan perut dengan santai dan bertahap hingga menimbulkan rasa nyaman. Fisik dicegah dari mengalami reaksi yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit kepala. Berpikir positif dan berbicara sendiri dilakukan dengan belajar menghilangkan pikiran negatif dan menggantinya dengan pikiran positif selama memikirkan sesuatu yang membuat stres. Latihan ketegasan dilakukan dengan belajar mengekspresikan harapan, opini dan emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Sedangkan berhenti berpikir dilakukan dengan pengalihan pikiran dari hal-hal yang membuat stres muncul.[20]

Fobia yang spesifik

sunting

Pengobatan umumnya tidak dilakukan kepada penderita fobia yang spesifik yang objek fobianya diketahui. Penyembuhan yang tepat adalah dengan melakukan psikoterapi dengan metode terapi paparan.[21]

Psikosis fungsional

sunting

Psikosis fungsional merupakan jenis psikosis yang disebabkan oleh faktor-faktor non-organis. Akibat dari penyakit ini adalah pasien mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri secara fungsional dan intelektual. Psikosis fungsional juga menghasilkan pribadi dengan kepribadian yang tidak utuh dan mengalami instabilitas watak. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk diagnosa psikosis fungsional adalah psikoterapis.[22]

Kesulitan belajar

sunting

Kesulitan belajar dapat diatasi dengan memberikan psikoterapi suportif. Dalam penanganannya, anak dan keluarganya dilibatkan. Keduanya diberikan pemahaman mengenai kesulitan belajar yang ada sehingga menimbulkan motivasi untuk menghilangkan kesulitan tersebut secara konsisten.[23]

Ilmu pendukung

sunting

Cara penerapan teori dasar mengenai evolusi manusia dalam psikoterapi memerlukan bantuan dari ilmu konseling perkembangan. Ilmu ini meliputi proses perubahan yang terperinci serta tahap pengembangan evolusi manusia yang berkaitan dengan perilaku, kognitif dan emosi.[24]

Pengaruh

sunting

Psikologi konseling

sunting

Tradisi sejarah yang mendasari psikoterapi dinamik telah menjadi acuan bagi perspektif modern tentang penyembuhan dalam psikologi konseling. Tradisi ini terbagi menjadi tradisi spiritual dan tradisi ilmiah. Dalam tradisi spiritual, kerasukan spiritual merupakan penyebab penderitaan manusia. Pernyataan-pernyataan penyembuhannya mengikuti istilah-istilah dari masyarakat primitif. Beberapa istilah ini yakni pengusiran roh jahat, dan pengakuan dosa sebagai pengobatan jiwa. Istilah tradisional untuk penyembuhan psikoterapi dinamik ini berkembang di komunitas Protestan. Di dalam tradisi ilmiah, pada awalnya metode penyembuhan yang digunakan adalah metode hipnotisme. Metode ini mulai digunakan setelah Sigmund Freud mengawali psikoterapi dinamik dengan praktek-praktek penyembuhan terhadap pasien neurosis khususnya penderita histeria dan neurastenia. Psikologi konseling kemudian melakukan adaptasi terhadap kedua tradisi psikoterapi ini menjadi dua metode konseling, yaitu psikoterapi singkat dan konseling psikoanalitik.[25]

Referensi

sunting
  1. ^ Kasmuri dan Dasril (2014). Psikoterapi Pendekatan Sufistik (PDF). Batusangkar: STAIN Batusangkar Press. hlm. 4–5. ISBN 978-602-8887-91-5. 
  2. ^ Susanto, N., dan Ulfa, E. A. (2016). "Pengembangan Model Intervensi Kognitif untuk Meningkatkan Indeks Kesiapsiagaan Warga Menghadapi Bencana Longsor". Prosiding SNST ke-7. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang: 12. ISBN 978-602-99334-5-1. 
  3. ^ Diponegoro, Ahmad Muhammad (2014). Psikologi dan Konseling Qur’ani (PDF). Bantul: Multi Presindo. hlm. 101. ISBN 978-602-1227-07-7. 
  4. ^ Mufidah, Luluk Indarinul (2015). "Pentingnya Psikoterapi Agama Dalam Kehidupan Di Era Modern" (PDF). Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi. 1 (2): 183. ISSN 1693-6922. 
  5. ^ Hairina, Yulia (2018). "Konseling Qur'ani: Suatu Model Pendekatan Konseling untuk Mengatasi Gangguan Depresi". Seminar Nasional dan Workshop Bimbingan dan Konseling 2018: 162. ISBN 978-602-5498-30-5. 
  6. ^ Setiawan, Ebta. "Arti kata psikoterapi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2018-04-03. 
  7. ^ Farida (2018). "Psikoterapi Islam Anak Berkebutuhan Khusus: Upaya Menumbuhkan Perilaku Sosial Keagamaan". Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf. 4 (2): 303. 
  8. ^ Riskasari, W. dkk. (2016). Psikologi Klinis Kelautan: Kasus-Kasus dalam Bidang Klinis (PDF). Surabaya: Hang Tuah University Press. hlm. 158–159. ISBN 978-979-3153-92-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-02-04. Diakses tanggal 2022-03-04. 
  9. ^ Wibowo, Mungin Eddy (2018). Profesi Konseling Abad 21 (PDF). Semarang: Unnes Press. hlm. 72. ISBN 978-602-285-121-9. 
  10. ^ Udin, MS (2021). Saladin, Bustami, ed. Konsep Dzikir dalam Al-Quran dan Implikasinya Terhadap Kesehatan (PDF). Mataram: Sanabil. hlm. 57. ISBN 978-623-317-128-1. 
  11. ^ Ubayatun, S., dan Diponegoro, A. M. (2015). "Terapan Ajaran dalam Serat Wadhatama untuk Mengatasi Problem Psikologis pada Ibu-Ibu di Wilayah Cangkringan, Sleman Pasca Erupsi Merapi 2010" (PDF). Proceeding Seminar Nasional: Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal: 255–256. ISBN 978-602-71716-3-3. 
  12. ^ Saleh, Adnan Achiruddin (2018). Pengantar Psikologi (PDF). Makassar: Penerbit Aksara Timur. hlm. 15. ISBN 978-602-5802-10-2. 
  13. ^ Dewi, Kartika Sari (2012). Kesehatan Mental (PDF). Semarang: CV. Lestari Mediakreatif. hlm. 13–14. ISBN 978-979-097-043-4. 
  14. ^ Alizamar dan Couto, N. (2016). Psikologi Persepsi dan Desain Informasi: Sebuah Kajian Psikologi Persepsi dan Prinsip Kognitif untuk Kependidikan dan Desain Komunikasi Visual (PDF). Yogyakarta: Media Akademi. hlm. 10. ISBN 978-602-74482-5-4. 
  15. ^ Pujiastuti, Triyani (2021). Nufus, Khayatun, ed. Psikoterapi Islam (PDF). Cirebon: CV. Elsi Pro. hlm. 131–132. 
  16. ^ Hidayat, Dede Rahmat (2018). Konseling di Sekolah: Pendekatan-Pendekatan Kontemporer (PDF). Jakarta: Prenadamedia Group. hlm. 96. ISBN 978-602-422-217-8. 
  17. ^ Rusydi, Ahmad (2015). Yaqin, Maulana Aenul, ed. Kecemasan dan Psikoterapi Spiritual Islam (PDF). Yogyakarta: Istana Publishing. hlm. 20. 
  18. ^ Rajab, K., dkk. (2016). Rekonstruksi Psikoterapi Islam (PDF). Pekanbaru: Cahaya Firdaus Publishing and Printing. hlm. 3. ISBN 978-602-60567-1-9. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-11-26. Diakses tanggal 2022-03-01. 
  19. ^ Hikmawati, Fenti (2016). Bimbingan dan Konseling Edisi Revisi (PDF). Jakarta: Rajawali Pers. hlm. 140. ISBN 978-979-769-300-8. 
  20. ^ Hatta, Kusmawati (2016). Tubin, ed. Trauma dan Pemulihannya: Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca Konflik dan Tsunami (PDF). Banda Aceh: Dakwah Ar-Raniry Press. hlm. 118–119. ISBN 978-602-60756-3-5. 
  21. ^ Sutrisno, dkk., ed. (2021). Covid-19 dan Problematika Kesehatan Mental (PDF). Surabaya: Airlangga University Press. ISBN 978-602-473-739-9. 
  22. ^ Nuryati dan Kresnowati, Lily (2018). Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Masalah Terkait III: Anatomi, Fisiologi, Patologi, Terminologi Medis dan Tindakan pada Sistem Panca Indra, Saraf dan Mental (PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. hlm. 16. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-03-04. Diakses tanggal 2022-03-04. 
  23. ^ Desiningrum, Dinie Ratri (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus (PDF). Yogyakarta: Psikosain. hlm. 12. 
  24. ^ Rahayu, Anizar (2022). Psikologi Konseling: Teori dan Praktik (PDF). Bogor: Penerbit Mitra Wacana Media. hlm. 9. ISBN 978-602-318-512-2. 
  25. ^ Mulyadi, S., dkk. (2015). Putri, Dona Eka, ed. Psikologi Konseling (PDF). Jakarta: Penerbit Gunadarma. hlm. 11. ISBN 978-602-9438-59-8.