Sibagariang
Sibagariang adalah salah satu marga (nama keluarga) dalam suku bangsa Batak dan masuk dalam rumpun marga-marga keturunan Naipospos.
Rumpun Keturunan Naipospos
Dalam silsilah Batak, marga Sibagariang masuk dalam rumpun keturunan Raja Naipospos. Marga ini diwariskan langsung oleh putera sulung Toga Sipoholon yang bernama Donda Hopol. Sibagariang masuk dalam rumpun marga-marga keturunan Raja Naipospos bersama dengan marga Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumbanbatu, Marbun Banjarnahor, dan Marbun Lumbangaol.
Kisah Donda Hopol dan Keturunannya
Sejarah Donda Hopol
Donda Hopol merupakan nenek moyang pertama pewaris marga Sibagariang. Donda Hopol sendiri adalah putera sulung dari empat bersaudara anak anak dari Toga Sipoholon. Konon, nama Donda Hopol adalah nama yang langsung diberikan oleh Kakeknya, si Raja Naipospos, dengan doa semoga Donda Hopol dapat manghopol, yang dalam bahasa Batak mempunyai arti harapan dapat mengayomi adik-adiknya kelak.
Gelar Marga
Bermula dari sifat Donda Hopol yang dikenal ulet dan pekerja keras oleh orang-orang di sekitarnya, sehingga Donda Hopol digelari sipanggariang. Julukan ini didapatkan oleh Donda Hopol karena keuletan dan kerja kerasnya mengolah lahan pertaniannya. Pada masa itu, peralatan pertanian masih sangat minim, maka orang-orang di sekelilingnya heran, bagaimana dia dapat mengolah lahannya. Oleh karena itu, orang-orang pun menjulukinya sipanggariang, yang dalam bahasa Batak berarti sipencakar. Gelar atau julukan sipanggariang ini kemudian diperhalus menjadi Sinagabariang. Hal ini berarti, Donda Hopol diibaratkan seperti naga yang memiliki cakar kuat karena kerja keras dan keuletannya. Di kemudian hari gelar Sinagabariang diubah oleh para tetua keturunan Donda Hopol menjadi Sibagariang.[1]
Sinagabariang Menjadi Sibagariang
Pada awalnya keturunan Donda Hopol bermarga Sinagabariang, namun di kemudian hari oleh karena pertimbangan-pertimbangan tertentu para tetua menyepakati untuk mengubahnya menjadi Sibagariang.
Kurang dapat diketahui pasti waktu perubahan marga Sinagabariang menjadi Sibagariang. Diperkirakan perubahan ini diberlakukan secara umum setelah tahun 1900-an.
Menurut para tetua keturunan Donda Hopol, perubahan marga Sinagabariang menjadi Sibagariang dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para tetua bahwa marga Sinagabariang akan diidentikkan sama dengan marga Sinaga. Padahal dalam silsilah Batak, antara marga Sinagabariang dan Sinaga tidak lagi dalam rumpun marga yang sama. Sinagabariang masuk dalam rumpun marga keturunan Raja Naipospos sedangkan Sinaga masuk dalam rumpun marga keturunan Raja Lontung. Memang masih perlu pembuktian lebih lanjut, tetapi beberapa tetua menyatakan pernah menemukan beberapa marga Sinaga yang sebenarnya adalah marga Sinagabariang namun pada akhirnya menghapus kata bariang dan mengaku marga Sinaga. Maka mengantisipasi agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari, para tetua sepakat mengubah Sinagabariang menjadi Sibagariang.[2]
Pada perkembangannya kini, keturunan Donda Hopol secara umum memakai marga Sibagariang. Dalam berbagai tulisan dan penyebutan dalam acara adat termasuk dalam keturunan Raja Naipospos, keturunan Donda Hopol disebut dengan marga Sibagariang. Namun di beberapa daerah masih ada sebagian kecil tetap memakai marga Sinagabariang. [3]
Daerah Induk
Setelah keturunan Raja Naipospos tersebar dari Dolok Imun, maka Donda Hopol membuka perkampungan pertama kali di Desa Hutaraja dekat kaki Dolok Imun. Saat ini, secara administrasi Hutaraja merupakan sebuah nama desa di Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Maka Hutaraja merupakan tanah ulayat marga Sinagabariang atau Sibagariang karena secara historis merupakan daerah induk atau sentral asal-mula perkembangan keturunan Donda Hopol.
Pada tahun 1998, di Desa Hutaraja didirikan sebuah tugu bertuliskan Donda Hopol marga Sibagariang.
Keturunan Donda Hopol
Donda Hopol merupakan generasi pertama marga Sibagariang, selanjutnya anak Donda Hopol dihitung sebagai generasi kedua, cucu Donda Hopol sebagai generasi ketiga dan demikian seterusnya. Penyebutan nomor generasi ini sering dilakukan ketika sesama keturunan Donda Hopol bertemu untuk mengetahui letak hubungan kekerabatan dalam silsilah. Diperkirakan keturunan Donda Hopol sudah mencapai nomor generasi ke-19.
Donda Hopol memiliki satu orang putera bernama Ompu Soungkapon. Dalam penomoran generasi, maka Ompu Soungkapon menjadi generasi nomor dua dalam silsilah marga Sibagariang.
Ompu Soungkapon kemudian memiliki dua orang putera, yakni: Raja Unggun dan Ompu Sodunggaron. Dalam penomoran generasi, maka Raja Unggun dan Ompu Sodunggararon menjadi generasi nomor tiga dalam silsilah marga Sibagariang.
Raja Unggun kemudian pergi membuka perkampungan ke daerah Aek Godang, Arbaan. Umumnya marga Sibagariang yang berasal dari daerah tersebut merupakan keturunan Raja Unggun. Saat ini, secara administrasi Aek Godang merupakan sebuah nama desa di Kecamatan Onan Ganjang, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara.
Khusus Ompu Sodunggaran menetap di Hutaraja dan memiliki dua orang putera, yakni : Namora Silambok dan Guru Sohalompoan. Dalam penomoran generasi, maka Namora Silambok dan Guru Sohalompoan menjadi generasi nomor empat dalam silsilah marga Sibagariang.
Namora Silambok menetap dan berketurunan di Hutaraja. Saat ini, umumnya marga Sibagariang yang bermukim di Hutaraja merupakan keturunan Namora Silambok.
Sedangkan Guru Sohalompoan tidak menetap di Hutaraja namun pergi ke daerah Pulau Samosir untuk mengadu kesaktiannya. Konon, Guru Sohalompoan memiliki kesaktian khusus dan mampu mengobati penyakit. Keturunannya saat ini pada umumnya bermarga Naipospos dan bermukim di Lumban Tanding, Desa Pananggangan, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir.[2]
Berikut ini bagan silsilah keturunan Donda Hopol sesuai dengan penuturan para tetua dan tokoh adat keturunan Donda Hopol di Hutaraja, sebagai sentral marga Sibagariang. [4]
Donda Hopol (Sibagariang) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ompu Soungkapon | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Raja Unggun di Aek Godang, Arbaan | Ompu Sodunggaron istri boru Silaban | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Namora Silambok di Hutaraja, Sipoholon | Guru Sohalompoan di Pananggangan, Pulau Samosir | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Raja Manarak | Pamona Raja | Panjalahi istri boru Pasaribu | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pendapat Lain
Putera Toga Sipoholon
Dalam beberapa literatur yang beredar menyebutkan bahwa Donda Hopol adalah putera sulung Toga Sipoholon.[5]
Para tetua dan tokoh adat marga Sibagariang tidak setuju akan tulisan tersebut. Tidak pernahnya keturunan Donda Hopol memakai marga Sipoholon menjadi salah satu alasan utama para tetua menolak nama Sipoholon dituliskan sebagai ayah kandung Donda Hopol. Bagi para tetua marga Sibagariang secara khusus yang bermukim di Desa Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, menganggap Sipoholon hanyalah sebagai nama daerah dan bukan nama nenek moyang.
Penamaan Toga Sipoholon ini menjadi kisah yang cukup banyak menuai perdebatan juga di kalangan marga-marga Naipospos hingga kini.[6]
Referensi
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:1
- ^ a b "Tarombo Sibagariang". tulisan Ricardo Parulian Sibagariang.
- ^ "Tarombo Sibagariang". Halaman Facebook Silsilah Sibagariang.
- ^ "Media Komunikasi Marga Sibagariang". website marga Sibagariang.
- ^ Hutagalung, W. M. (1991). PUSTAHA BATAK, Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak. Tulus Jaya.
- ^ "Toga Sipoholon bukanlah putera Naipospos". tulisan Ricardo Parulian Sibagariang.